“Bismillah, deg-degan nih aku,” ujar saya sebelum menggesekkan kartu debit di mesin pembayaran di tempat gym.
Hari itu adalah hari perpanjangan keanggotaan saya di gym dan saya deg-degan banget.
“Kenapa emangnya?” tanya mbak marketing yang biasa mengurus perpanjangan member.
“Takut udah diperpanjang tiba-tiba hamil. Kan sayang nggak bisa dipakai ntar soale aku kalau hamil biasanya dikarantina di rumah,” ujar saya asal saat itu.
Itu adalah cuplikan percakapan di akhir September 2023 saat saya memperpanjang keanggotaan gym yang akan habis di Bulan Oktober 2023. Entah, kenapa rasanya kok berat hati ya mau memperpanjang setengah tahun keanggotaan lagi. Sebenarnya, takut hamil waktu itu cuma alasan belaka. Lha gimana bisa hamil, orang saya saja sudah hampir setahun nggak haid saat itu. Sebenarnya rasa beratnya lebih ke akan olahraga sendiri, padahal di periode sebelumnya saya daftar sama adik saya dan biasanya olahraga bersama-sama.
September 2023 adalah bulan keenam saya jadi anggota gym. Tahun 2023 memang sengaja ikut keanggotaan gym karena saya udah meniatkan buat olahraga dan hidup sehat, semuanya karena emang saran dari dokter untuk olahraga. Katanya, ketidakhaidan saya karena kenaikan drastis berat badan dan salah satu cara mengatasinya ya dengan olahraga.
November 2022 adalah bulan terakhir saya haid. Itu juga setelah sekitar 8 bulan absen haid. Haid saya mulai nggak teratur lagi dan menghilang di tahun 2023. Ada sedikit rasa senang karena nggak perlu repot-repot ngurusin haid tiap bulan. Tapi selebihnya ada rasa sedih karena kok nggak normal lagi. Saya takut ada apa-apa sama kesehatan reproduksi saya, apalagi kalau sampai kena penyakit atau perlengketan lagi. Naudzubillah.
“Kita Mau Punya Anak Berapa?”
Pertengahan 2023 berkali-kali sering saya tanyakan sama suami, “Kita mau punya anak berapa?”. Sejujurnya, saya masih maju mundur pengen nambah anak lagi. Pengen punya anak lagi tapi masih trauma sama drama GTM Aqsa, apalagi ketambahan sekarang dia asma. Kalau nggak nambah lagi, kasihan dia kalau kami udah nggak ada nanti nggak punya teman sharing. Saya, walaupun adik saya kadang banyak ngeselinnya, lumayan juga punya teman ngobrol soal masalah keluarga kalau lagi pengen ada yang diomongin.
Pertimbangan lain adalah riwayat kehamilan saya yang sering rewel dan masalah kesuburan yang complicated. Saya nggak mau kalau program lagi kayak pas Aqsa dulu di mana harus minum puluhan obat per hari, masukin viagra berbulan-bulan karena nggak kunjung haid, sampai suntik ILS yang sakitnya naudzubillah. Suami pun nggak mau kalau harus mengulang proses program hamil kayak pas Aqsa dulu karena nggak mau melihat saya kesakitan.
Belum lagi, saya pesimis soal haid saya yang nggak kunjung datang. Saya nggak mau selalu bergantung pada obat hormon karena takut efek sampingnya di kemudian hari. Makanya obat yang diresepkan dokter di pertengahan tahun 2022 saat saya kontrol karena udah lama nggak haid, nggak saya tebus. Saya memilih cara yang natural aja: olahraga dan jaga pola makan. Makanya sejak awal tahun 2023 saya niatkan olahraga dengan daftar keanggotaan gym.
Oktober 2023 Aqsa ulang tahun yang kelima sekalian sunat. Saya buka obrolan lagi sama suami perihal mau punya anak berapa. Saya mulai ikhlas kalau memang mau punya anak lagi, melihat Aqsa juga sepertinya pengen adik dan sukaaa banget sama bayi. Saya dan suami emang sengaja serius dengan obrolan mau punya anak lagi setelah Aqsa usia 5 tahun dengan pertimbangan menghindari ada 2 toddler dalam 1 rumah karena kami perantau yang sehari-hari hidup tanpa support system sembari menunggu Aqsa perlahan mandiri. Paling tidak, kalau mau punya adik lagi Aqsa udah bisa dilepas makan, mandi, dan tidur sendiri. Dan untuk kemandirian ini, Aqsa perlahan ada kemajuan.
Sejujurnya, setelah melahirkan Aqsa saya juga nggak KB walaupun sempat ketakutan hamil lagi karena saat itu haid tiba-tiba lancar sesuai jadwal sedangkan Aqsa masih sangat kecil. Jadi saya dan suami pakai cara lain yaitu KB ‘cabut singkong’ alias senggama terputus alias coitus interuptus atau bahasa gaulnya ‘buang di luar’. Terbukti cara ini efektif selama 5 tahun. Dan setelah Aqsa 5 tahun, kami memulai kembali hubungan seks yang normal, nggak ada buang-buang di luar.
Di saat itu, sebenarnya saya masih bimbang. Tapi ketidakhaidan saya selama setahun lebih membuat saya sedikit santai karena ‘Nggak mungkin hamil kalaupun keluar di dalam, kan nggak haid. Gimana cara hamilnya?’. Sambil mikir kayak gitu, saya juga udah mulai ikhlas dari yang tadinya keukeuh nggak mau punya anak lagi jadi ya udahlah kalau emang takdirnya punya anak lagi nggak apa, nggak pun nggak apa. Benar-benar ikhlas sama ketentuan yang di atas.
Salah satu tanda keikhlasan saya adalah mulai awal tahun 2024 saya melepaskan ketergantungan saya sama retinol. Yup, udah setahunan ini saya rutin pakai retinol dari awal tahun sebagai ikhtiar biar awet muda. Buat mengantisipasi kalau tiba-tiba saya hamil, saya udah mulai nggak pakai skincare yang mengandung retinol itu karena memang niat mau program hamil walaupun nggak diprogramkan ke dokter.
November 2023 olahraga saya lebih giat karena saya mulai merasa punya teman di tempat gym plus udah akrab sama coach-nya. Di bulan itu juga saya mulai les renang sama salah satu teman blogger. Awalnya emang iseng ikut les renang karena selain murah, saya juga pengen banget bisa berenang karena itu kan salah satu life skill. Dan mulai Desember 2023 jadwal olahraga saya padat banget. Seminggu bisa 3-4 kali gym atau ikut kelas dan seminggu sekali berenang.
November 2023 pula entah kenapa asam lambung saya mulai menggila. Saya lupa pemicunya apa, kemungkinan besar karena makan pedas yang asalnya dari cabe rawit. Tapi sejak itu perut saya sensitif banget. Apalagi kalau kemasukan tepung-tepungan. Makanya, saya mengurangi banget makanan berbahan tepung terutama aci-acian. Saya juga nggak makan roti karena bikin eneg dan pengen muntah setelah makannya.
Desember 2023 olahraga saya makin keras tapi sayangnya kok BB saya nggak turun-turun. BB saya yang tadinya 62 malah makin naik jadi 64. Perut saya pun membuncit padahal saya rajin yoga, pilates, dan main alat di gym. Saya juga udah mengurangi tepung dan gorengan. Sumpah, di saat itu saya stres banget. Dan karena stres ini asam lambung saya sering kumat padahal saya nggak makan yang aneh-aneh. Alhasil, karena menyerah dengan sakitnya perut, saya mulai minumin mylanta. Nggak peduli lagi kalau pada akhirnya mylanta bikin haid saya jadi tambah susah keluar karena sakitnya perut udah nggak ketahan lagi.
Di akhir tahun ini pula saya mulai mencoba intermitten fasting (IF) yang kata orang-orang menyembuhkan asam lambung. Saya mulai dari 12 jam dulu, lalu naik jadi 13-24 jam. Sungguh di masa ini, perut saya makin perih padahal intermitten fastingnya malam ke pagi. Semakin tambah hari, bukannya semakin beradaptasi tapi kok malah makin parah. Karena kata orang kan kalau rutin IF, semakin lama badan semakin menyesuaikan dan durasi bisa ditambah. Tapi nyatanya saya nggak. Bahkan cepat banget laparnya.
Januari 2024, saya minta dibeliin slow juicer sama suami yang habis dapat bonus dari kantornya. Alhamdulillah suami menuruti karena emang niatnya biar saya bisa hidup sehat. Saya emang meniatkan 2024 tuh sehat dalam artian khususnya asam lambung nggak kambuhan lagi. Makanya, salah satu ikhtiarnya minum jus sayur dan buah. Selain itu, saya udah jaga makan banget dan sampai beli tepung pati irut karena katanya bisa bikin asam lambung dan GERD membaik.
Awal-awal minum jus sayur dan buah, meski harus nahan nafas, perut saya emang membaik. Perih dan mual mulai menghilang. Tapi lama-lama perih dan mual datang lagi. Padahal saya minumnya di pagi hari yang katanya direkomendasikan pas perut kosong. Terakhir-terakhir, habis minum jus ditambah makan buah di pagi hari tapi tetap nggak membaik. Makanya kadang kalau lagi olahraga di pagi hari, saya sambil nahan perih di perut.
“Akhirnya Haid Juga”
Sampai akhirnya saya pulkam buat ke nikahan saudara, di situ perut mulai better. Saya pikir, mungkin saya stres dengan tuntutan harus turun BB sedangkan usaha saya selama ini sama sekali nggak membuahkan hasil. BB saya nggak ada turun-turunnya sama sekali walaupun udah olahraga, makan sehat, diet, sampai bahkan sakit lambung. Di kampung halaman, saya sedikit release mungkin karena nggak mikirin BB dan nggak begitu capek soal pekerjaan rumah. Saya bahkan bisa makan dengan puas di kondangan.
Selain makan puas dari sate sampai minum fanta (padahal saya nggak pernah-pernahnya lho minum soda) di nikahan, saya juga ‘pesta’ duren sama suami dan adik ipar saya. Nggak ngerti kenapa pengen banget duren, ndilalah saat itu emang Purworejo lagi panen-panennya duren dan rumah saudara saya dekat dengan penghasil duren. Alhasil, sambil nungguin mertua saya yang masih ngobrol di kondangan, kami pun nyari duren dulu dan makan beramai-ramai di tempatnya.
Balik dari kampung halaman, perut saya nggak enak lagi. Tapi saya paksakan buat tetap konsisten minum jus dan olahraga. Pas itu, ada ibu saya ikut juga ke Jakarta dan saya curhat semua kesakitan saya sama ibu. Ternyata, ibu juga sering mengalami kesakitan yang sama tapi emang pas muda ibu saya doyan makan pedas. Maklum juga kalau perutnya bermasalah di usia hampir 70 tahun. Lha saya ini lho masih 30-an tapi perut sudah trouble terus.
Sampai akhirnya di Minggu malam saya mendapati flek di celana saya.
“Akhirnya saya haid juga”, pikir saya lega. Tapi ternyata saya salah.
Flek yang saya pikir tanda mau haid, ternyata hanya muncul sekali dan itu pun hanya sehari. Saya deg-degan dan sedikit kecewa tanpa ngeh kalau ternyata flek itu adalah tanda kehamilan.
Setelah pulkam, saya juga masih olahraga dan malah hampir tiap hari karena mumpung ada ibu di rumah. Saya ingat banget Hari Selasa, 6 Februari 2024 saat itu, sehari sebelum akhirnya saya tespek, saya masih ikut kelas Strong Nation yang mana itu kayaknya kelas termenguras energi yang pernah saya ikuti. Strong Nation gabungan antara muaythai, workout, dan karate di mana banyak adegan menghentak bahkan sampai sit-up dan push up segala. Pokoknya heboh banget olahraganya.
Rabu, 7 Februari 2024 saya bilang sama suami menyerah dengan keadaan perut dan memilih untuk ke dokter saja. Saya udah bilang mau ke klinik mana dan jam berapa buat besok karena tiap Hari Rabu suami WFO. Tapi, sebelum ke klinik saya penasaran iseng mau tespek karena pasti akan minum obat. Oh ya, Hari Rabu pagi juga jadwal saya poundfit jam 08.00 dan hari itu saya udah booking class.
Tibalah pas tespek (pakai tespek lama tapi untungnya belum expired), lhooo kok ternyata garisnya yang muncul 2?
Salah nih pasti, batin saya sambil tertawa geli. Bisa jadi tespeknya ngaco, mau expired, atau malah karena ini tespek murahan. Saya bilang ke suami dan dia kaget campur senang karena saya ngasih tahunya pas dia lagi tidur. Saya nunjukkin sambil bilang ‘Kok bisa?’ muluk. Beneran, sampai sini saya nggak percaya karena mana bisa perempuan nggak haid tapi tespek garis 2?
Tapi suami saya malah ucap syukur padahal saya masih nggak percaya. Emang sih, akhir-akhir ini saya mual terus, payudara sakit kalau disentuh, dan daerah puting jadi menghitam. Beberapa ciri khas dari hamil, tapi saya nggak pernah berekspektasi sampai ke sana karena masalah haid ini.
Karena tespek garis 2, suami menyarankan saya membatalkan kelas poundfit. Saya jadi ingat kalau kemarin olahraga berat dan kalau benar saya hamil, kuat banget janin dalam kandungannya, masyaallah. Jadi sedikit ada rasa bersalah, deh. Di hari itu pula, suami minta saya booking dokter kandungan yang praktik hari itu dan dia memutuskan buat pulang cepat dari kantor buat anterin saya.
Karena masih penasaran pula sama hasil tespek, kami mau mengadakan second opinion dengan beli tespek lagi. Kali ini tespeknya baru dan agak mahalan. Saya juga mau tesnya pas siangan aja, nyobain kalau hormon HCG-nya udah kuat kan mau pagi, siang atau malah hasilnya akan garis 2. Dan ternyata pas saya tes lagi di tespek yang kedua, hasilnya…. (BERSAMBUNG)