Setiap kehamilan pasti punya cerita tersendiri, termasuk kehamilan-kehamilan saya. Menjalani 4 kali kehamilan, tiap kehamilan itulah punya cerita dan pengalaman yang berbeda. Di kehamilan keempat ini yang kebetulan dikasihnya di usia lebih dari 35 tahun, tentulah sangat berbeda dengan kehamilan sebelumnya di mana usia saya masih 30 tahunan. Dan ternyata hamil di usia lebih dari 35 tahun memang lebih berat daripada sebelum 35 tahun.
Rasa nggak percaya masih menyelimuti saya karena kok bisa nggak haid udah setahun lebih tapi tiba-tiba tespek garis 2. Memang sih, tanda-tanda hamil udah kerasa di diri saya, tapi emang tanda-tandanya nyaru banget sama saya yang punya sakit asam lambung. Rasanya masih nggak percaya.
Sejak punya anak, saya concern banget dengan pertumbuhan giginya agar selalu sehat. Dari disiplin sikat gigi, melarang anak makan diemut, membatasi anak makan makanan tinggi gula, sampai menjadwalkan ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali sudah saya terapkan pada Aqsa semata-mata biar giginya selalu sehat. Berkaca sama saya dan suami yang selain giginya nggak sehat juga nggak bagus buat dilihat membuat saya bertekad untuk merawat kesehatan gigi Aqsa lebih baik lagi.
Sejak tahu hamil, selain searching dokter dan jaga kesehatan, yang saya dan suami searching adalah mau melahirkan di mana dan berapa biaya rumah sakitnya. Kalau saat hamil Aqsa kami nggak punya pilihan selain melahirkan sama Prof. Jacoeb, nah pas hamil adek ini alhamdulillah kami punya banyak pilihan karena sejauh ini kehamilannya lancar tanpa kendala. Termasuk salah satunya punya banyak pilihan untuk menentukan mau melahirkan dengan dokter siapa dan di rumah sakit mana.
“Bismillah, deg-degan nih aku,” ujar saya sebelum menggesekkan kartu debit di mesin pembayaran di tempat gym.
Hari itu adalah hari perpanjangan keanggotaan saya di gym dan saya deg-degan banget.
“Kenapa emangnya?” tanya mbak marketing yang biasa mengurus perpanjangan member.
“Takut udah diperpanjang tiba-tiba hamil. Kan sayang nggak bisa dipakai ntar soale aku kalau hamil biasanya dikarantina di rumah,” ujar saya asal saat itu.
