Kisahku dan Menstruasi (Part 1): Kisah Haid sebelum Punya Anak

Kisahku dan Menstruasi (Part 1): Kisah Haid sebelum Punya Anak

Kalau ada sesuatu yang jadi semacam fokus perhatian di hidup saya, sesuatu itu salah satunya adalah menstruasi. Karena hal yang satu ini, banyak hal besar yang terjadi dalam hidup saya puluhan tahun ini. Karena menstruasi juga, hidup saya jadi terjungkir balik dan tidak diduga. Sungguh, hal yang mungkin buat banyak wanita lain di luar sana sangat biasa, tapi tidak pada saya.

Kisahnya dimulai dari saat saya duduk di bangku kelas 3 SMP. Saat itu, hampir semua teman perempuan saya sudah mengalami menstruasi, sedangkan saya belum. Mereka bercerita tentang pengalamannya mengalami menstruasi, tetapi saya nggak nyambung karena belum pernah mengalami sama sekali. Sejujurnya, ada rasa sedih dan sedikit malu.

Banyak pertanyaan di benak, kenapa saya nggak kunjung mengalami menstruasi? Apakah saya normal?

Kok Haid Pertamaku Telat Banget???

Karena tak kunjung ada tanda-tanda menstruasi, akhirnya saya bilang pada ibu saya. Selanjutnya, ibu saya melakukan appoinment dengan dokter kandungan di RS terdekat. Well, itu juga sebenarnya atas desakan saya. Tapi sayangnya, kunjungan pertama jadi kunjungan yang traumatic buat saya. Pengalaman pertama kali seorang anak usia 15 tahun diperiksa obgyn yang mana harus diperiksa dengan buka celana itu, memalukan dan bikin trauma.

Baca Juga:   Berbagai Pertimbangan Sebelum Memilih Dokter Kandungan

Setelah dari obgyn, saya dapat beberapa obat. Amazingly, beberapa hari kemudian saya haid. Akhirnya saya merasakan juga rasanya keluar darah dari kemaluan. Saya merasa setara dengan teman-teman saya apabila mereka bercerita tentang menstruasi. Sayangnya, haid itu hanya berlangsung 3 harian. Setelah itu, si haid tidak kunjung kembali.

Sampai setahun kemudian saya duduk di bangku SMA dengan status yang tidak pernah haid. Dalam hati kecil, saya sebenarnya khawatir. Tapi rasa trauma diperiksa obgyn membuat saya enggan untuk meminta ibu bikin appointment pemeriksaan obgyn. Saya biarkan saja semuanya hingga suatu hari saat pulang sekolah celana saya terasa nggak enak dan pas saya cek, ternyata saya haid. Saya agak nggak percaya, tapi dalam hati senang juga. Akhirnya setelah setahun menunggu, haid kedua terjadi juga.

Setelah haid kedua itu, haid saya mulai bermunculan walaupun tidak teratur sebulan sekali atau per 28 hari. Dalam sekali haid, periodenya pun nggak menentu, bisa kurang dari 5 hari atau bahkan lebih dari 2 minggu. Tapi saya cuekin aja dan nggak mau minta diperiksa obgyn lagi sama ibu. Saya biarkan karena berpikir, ah nanti lama-lama juga akan teratur sendiri.

Tapi nyatanya tidak!

Bahkan sampai kuliah pun, siklus menstruasi saya tak tentu arah dan tidak bisa ditebak. Menstruasi bisa datang 3-4 bulan sekali atau yang lebih parahnya saya pernah mengalami seminggu setelah hari haid terakhir, saya haid lagi. Mana saat itu saya lagi pakai kain bali karena harus menari di acara tugas kuliah. Nggak kebayang kalau sesuatu yang nggak nyaman sepanjang hari itu adalah darah haid yang basah hingga tembus ke kain Bali. Yup, benar-benar tembus berceceran. Sedih banget saya saat itu karena susah dibersihkan.

Bertahun mengalami dan menjalani siklus menstruasi yang nggak teratur membuat saya lama-lama jadi terbiasa. Meskipun ketika menstruasi itu datang, sakitnya luar biasa. Ibaratnya, itu darah kotor dipendam berbulan-bulan dan ketika harus keluar rasanya sakit sampai nggak bisa bangun. Ya, meski terkadang terbersit rasa takut, akankan siklus menstruasi saya yang berantakan ini akan membuat saya kesulitan punya anak nantinya. Pertanyaan itu terus menghantui saya.

Baca Juga:   Imunisasi Leukosit Suami (ILS): Penjelasan, Proses, dan Manfaatnya dalam Mengatasi Infertilitas

Saat masih pacaran dengan ayahnya Aqsa pun, dia udah tahu gimana siklus menstruasi saya. Sengaja saya jelaskan semua padanya ketika hubungan kami sudah berada di tahap yang lebih serius agar dia juga tidak kaget dan paham konsekuensi menikah dengan saya yang menstruasinya tidak teratur ini. Alhamdulillah, dia tidak masalah dengan semuanya. Inilah salah satu berkah saya, punya suami yang mau menerima kekurangan saya.

Hingga akhirnya saat dunia pernikahan saya masuki, menstruasi ini jadi masalah besar yang mengubah hidup saya.

Lika-Liku Kisah Menstruasi setelah Menikah

Benar saja, menstruasi yang tidak teratur itu adalah salah satu tanda ketidaksuburan. Setelah mencoba ber-positive thinking dengan siklus haid yang amburadul, akhirnya saya menyerah untuk ke dokter kandungan saja. Dan benar, setelah dites, hormon prolaktin saya tinggi banget dan itu yang menyebabkan menstruasi saya nggak lancar.

Baca Juga:   Hallo Hiperprolaktin

Buat melancarkan menstruasi itu, saya harus minum obat yang nggak cuma mahal tapi juga bikin mual. Dan ini berlangsung selama 3 kali program hamil dengan obat yang sama. Bahkan, sampai-sampai pas program hamil kedua, saya sampai sering nggak masuk kerja gegara efek obatnya yang sungguh dahsyat. Yup, semata-mata semuanya biar melancarkan siklus haid.

Selain siklusnya berantakan dan nggak bisa dihitung, saya juga pernah berhenti haid sampai 2 tahun. Yes, kamu nggak salah dengar, 2 tahun. Saking desperate-nya saya sama masalah menstruasi ini, akhirnya saya biarkan saja selama 2 tahun hitung-hitung saya nggak punya tanggungan.

Didiamkan saja selama itu ternyata nggak membuat haid saya muncul sendiri atau ada keajaiban lain, tiba-tiba hamil misalnya. Nggak. Sampai akhirnya saya merasa siap untuk promil dan ke obgyn lagi, ternyata penyebab saya nggak haid-haid adalah karena adanya perlengketan rahim. Bisa jadi karena bekas luka saat kuret. Dan biar haid, saya terlebih dahulu harus mengobati perlengketan rahim itu dengan membukanya.

Baca Juga:   Cerita Program Hamil Ketiga: Bersahabat dengan Viagra

Jangan ditanya proses membukanya karena itu menyakitkan dompet dan badan. Kemaluan saya harus dimasukkan viagra yang sakitnya minta ampun. Mana harga viagranya mahal banget, saat itu 1 pil saja bisa lebih dari Rp 100.000, dikali puluhan pil. Saya sampai mau menyerah saat itu, suami juga kasihan lihat saya kesakitan. Tapi akhirnya haid itu datang juga setelah proses di bulan ke sepuluh.

Haid datang, tak serta-merta jadi teratur. Tapi dengan adanya haid jadi pintu gerbang semua tes saat promil khususnya tes hormon. Haid datang berarti program hamil bisa maju satu langkah. Yah, walaupun saat itu kami juga masih bingung mengatur ritme promil karena haid yang berantakan ini. Sebagai contoh, saat suntik ILS yang mengharuskan kami berhubungan saat masa subur jadi tidak bisa diprediksi kapan kami harus berhubungan seksual. Sementara di luar masa subur, tidak boleh berhubungan karena faktor antibodi yang tinggi. Sungguh kami bingung banget saat itu.

Baca Juga:   Cerita Program Hamil Ketiga: Bye Viagra, Welcome Menstruasi

Sampai akhirnya kami mengira-ngira sendiri kapan masa subur itu walaupun haid nggak lancar. Dan alhamdulillah, puji syukur pada Allah yang punya waktu sendiri untuk memberi rezeki, saya hamil di tengah-tengah proses ILS. Padahal sebelumnya sudah sempat sedih karena haid tak kunjung hadir, hasil cek prolaktin kembali meninggi, dan harus infus gammaras untuk menurunkannya. Tapi, belum sempat tindakan terjadi, saya sudah hamil.

(Bersambung)

 

 

 

0 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023