Bulan Oktober kemarin, akhirnya Aqsa sunat. Dia sunat pas banget setelah usia 5 tahun. Lega banget rasanya meskipun banyak drama sebelum, saat, dan sesudah sunatnya. Sunatnya emang nggak ngapa-ngapain alias nggak diramein karena emang saya maunya gitu. Tapi bagi saya dan suami, acara begini justru lebih sakral dan enak aja.
Wacana Aqsa sunat ini emang udah lama banget dilemparkan. Saya emang dari dulu berangan-angan pengen Aqsa sunat sebelum dia masuk SD. Jadi pas sekolah SD tuh udah nggak ribet sunat-sunat lagi saat liburan sekolah. Jadi, liburan sekolahnya nanti bisa bebas buat senang-senang aja, nggak harus mikirin sunat.
Wacana itu saya sampaikan ke suami pas Aqsa usia 3 tahunan dan suami masih belum merespon karena katanya pas usia itu kek terlalu dini membicarakan sunat. Pas udah dekat-dekat usia 5 tahun, pembicaraan ini saya buka kembali dan tadinya suami juga masih kayak iya-iya enggak-enggak. Tapi akhirnya pas udah dekat-dekat banget ulang tahun Aqsa, kami mulai bisa membicarakan soal sunat ini lebih serius.
Selain ngomong soal sunat ke suami, saya juga ngomong soal sunat ke Aqsa. Dibantu suami, kami udah mulai sounding soal sunat jauh-jauh hari. Bahkan dari awal tahun. Kami kasih tahu Aqsa soal beberapa temannya yang udah sunat biar dia juga nggak takut. Kami juga kasih tahu dia kalau sunat itu kewajiban seorang Muslim karena biar alat kelaminnya bersih.
Selain sounding soal teknis sunatnya sama suami, saya juga mengajukan ´proposal´ untuk tidak ngapa-ngapain pas sunat. Maksudnya nggak ngapa-ngapain tuh, nggak mengadakan pesta. Even ngundang saudara-saudara aja nggak. Saya maunya yang simpel aja, sunat trus syukuran dengan bagi-bagi nasi berkat. Dah gitu aja, tanpa perayaan. Kalaupun mau dirayain ya sekeluarga kecil aja, misalnya dengan staycation bertiga atau ngajak orangtua dan mertua saya makan bersama.
Karena niat sunat tanpa pesta ini, saya juga bilang sama suami untuk nggak gembar-gembor soal Aqsa mau sunat sama orang tua kami. Biar nggak heboh aja, karena takutnya apa yang udah kami rencanakan jadi bubar jalan. Tahu sendiri kalau orang tua kami bisa jadi sangat excited sama sunatan pertama cucunya dan bikin pengumuman sendiri sama orang-orang, sesimpel forward pesan kami pas minta doa buat sunatan Aqsa atau tetiba keceplosan pas mereka lagi ngobrol sama temannya.
Makanya saya bilang ke suami, ngomong dan minta doanya nanti aja kalau pas dekat-dekat hari H. Eeehh tapi dasar si Aqsa yang ember, dia bilang ke ibu saya mau sunat habis ulang tahun yang ke-5, haha. Ya udh saya bilang ke ibu saya emang ada rencana itu dan nggak mau ngapa-ngapain makanya masih rahasia. Saya minta ibu saya buat merahasiakan, eh diceritain ke mertua saya. Ya udah deh, rencana sunat ini sedikit bocor.
Sunat Penuh ´Drama´
Sampai akhirnya Bulan Oktober 2023 tiba dan rencana sunat ini makin diseriusin. Ibu saya yang katanya pengen nemenin pas Aqsa sunat, saya tanya lagi jadi ke Jakarta atau nggak. Aqsa pun kami sounding lebih intens. Sayangnya, pas awal Oktober itu pula nggak disangka-sangka mertua saya merencanakan buat ibadah umrah beberapa hari setelah Aqsa ultah. Ya sudah, berarti kemungkinannya Aqsa sunat pas mertua saya umrah.
Makin dekat waktu sunat, makin intens persiapan kami. Saya dan suami cari info beberapa tempat sunat dan jatuhlah kami ke Safubot yang ada di Bintaro. Kami pun survey ke sana dan tanya-tanya. Aqsa juga kami ajak biar dia tahu dan nggak takut. Alhamdulillah, pas survey saat itu dia excited banget. Apalagi di tempat sunatnya ada mainan.
Kami juga udah menetapkan tanggal sunatnya yaitu 21 Oktober 2023, pas banget dengan Hari Sabtu dan beberapa hari setelah dia ultah. Angan-angan kami saat itu, biar pemulihannya cepat dan izin nggak masuk sekolahnya hanya sebentar, makanya kami pilih mau sunat pas weekend.
Tapi qadarullah, semua rencana bisa kita buat sedemikian rupa tapi Allah lah yang mengatur segalanya. Keberangkatan ibu saya sudah direncanakan dan deal, eh tiba-tiba bulik saya masuk RS dan sakitnya lumayan parah. Jadilah saya dan ibu bingung lagi karena pengen majuin keberangkatan ibu. Karena bulik saya sakit ini pula, pas daftar sunat saya tanya gimana kemungkinannya kalau ada force majeur pas hari H sunat apakah bisa dijadwalkan ulang. Untungnya boleh.
Dan benar saja, Hari Rabu Aqsa ultah, Kamis ibu saya sampai Jakarta, Jumat bulik saya meninggal, dan Sabtu-nya dikubur. Jadi rencana Aqsa sunat harus mundur. Saya bingung banget waktu itu karena waktunya tabrak-tabrakan. Kami hanya punya waktu Hari Minggu dan Senin yang benar-benar kosong atau mundur lebih jauh sekitar 2 mingguan lagi karena Selasa dan seterusnya acaranya sudah padat dan tersusun rapi, termasuk suami saya yang mau pulkam. Setelah diputuskan dengan berbagai pertimbangan, maka sunat pun dilakukan Hari Senin 23 Oktober 2023 setelah Aqsa pulang sekolah.
Pengalaman Sunat di Safubot Bintaro
Sebenarnya nggak ada alasan khusus mengapa akhirnya memutuskan sunat di Safubot selain karena sering lihat iklannya berseliweran di IG. Selamat tim Safubot, kamu berhasil menggaet satu konsumen melalui IG ads! Tadinya Aqsa pengen sunat di Rusunda karena sering lihat rukonya pas main ke Bekasi, rumah sepupunya. Tapi sayang, di Tangerang, sunat Rusunda jauh dari tempat kami tinggal. Yang paling dekat ya Safubot ini.
Sebenarnya bisa aja sih ke klinik-klinik khitan lainnya, toh banyak di dekat rumah klinik khitan untuk anak dengan berbagai metode. Tapi entah kenapa, saya udah jatuh cinta duluan sama Safubot. Selain kliniknya nggak berkesan kayak klinik sunat, antrian dan daftarnya juga mudah.
Pas survey, saya diberi tahu soal paket sunat, cara pendaftaran, dan metode apa yang diberikan. Ada 2 paket sunat di Safubot yaitu paket sunat anak VIP dan reguler dengan biaya serta fasilitas sebagai berikut:
Biaya Sunat Anak VIP (Usia 0-11 Tahun): Rp 3.590.000 | Biaya Sunat Anak Reguler (Usia 0-11 Tahun): Rp 2.890.000 |
---|---|
– Obat minum lengkap – Painkiller tambahan @2 – Celana sunat @3 – Spray Safubot @2 – Kassa + Betadine – Safubot oil – Waitsbag VIP – Boneka Safubot – Kaos Safubot – Stiker, pin, & topi Safubot – Sertifikat & tas goodybag – Kontrol didampingi dokter dan admin sampai sembuh |
– Obat minum lengkap – Painkiller @1 – Celana sunat @2 – Spray Safubot @1 – Kassa + Betadine – Kaos Safubot – Stiker, pin, & topi Safubot – Sertifikat & tas goodybag – Kontrol didampingi dokter dan admin sampai sembuh |
Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kami mengambil paket reguler karena toh perbedaan mendasarnya hanya di merchandise dan oil. Sementara obat dan fasilitas lainnya hampir sama, termasuk pain killer kata petugasnya 1 pun sudah cukup. Ya sudah, bismillah kami mengambil paket reguler.
Sekitar seharian sebelum sunat, kami semakin intens sounding sama Aqsa. Soundingnya sebelum dia tidur, sampai-sampai suami saya bukan cuma sounding tapi ´rekonstruksi´dia pura-pura jadi dokter biar Aqsa nggak tegang. Sampai tahap ini, kami yakin Aqsa berani buat sunat.
Sampai pas Hari Senin dan pulang sekolah pun, Aqsa masih santai. Dia masih membusungkan dada dan siap untuk sunat. Bahkan sampai di tempat sunat pun, dia masih ceria. Ayahnya ngajakin dia main ding-dong yang emang ada di Safubot trus dia kegirangan banget.
Kemudian suasana berubah ketika dokter mengajak dia buat masuk. Nah, di sinilah mulai dramanya. Antara panik, takut, dan dia belum puas makin ding-dong, menolaklah Aqsa buat masuk. Ditawari masuk sama petugasnya, saya, suami, sampai dokternya semua ditolak. Dijanjiin ini-itu nggak mau. Mukanya udah mau nangis dan tiap diajakin masuk di kamar periksa dia lari keluar.
Semakin lama nada bicaranya makin naik dan mau nangis. Dia kabur muluk keluar ruang periksa dan duduk di ruang tunggu. Agak lama dan alot banget buat merayunya. Sampai akhirnya dokternya keluar dan ngasih tahu kalau penisnya Aqsa nanti dibersihkan dengan salep. Bahkan salepnya pun mulai dioleskan ke penisnya walaupun dia agak menghindar tapi akhirnya mau juga masuk kamar dan tiduran dengan janji jangan sakit-sakit.
Pas dia tiduran, bukan berarti semuanya lancar. Dia nangis dan bilang ‘jangan sakit-sakit’. Kami memberikan gadget ke dia dan memperbolehkan nonton tontonan kesukaannya. Sampai di sini, dia masih santai karena ´gong´-nya belum terjadi. Ini sewaktu penisnya masih digambar-gambar sama dokter.
Suasana jadi heboh kemudian karena Aqsa histeris saat dokter menyuntikkan semacam obat bius atau pain killer di sekitar penisnya. Kalau nggak salah ada 2 atau 3 kali, saya agak lupa, dia disuntik. Tiap disuntik ini dia teriak dan nangis kejer ¨Sakiiittt!!!¨ ¨Tolong!!¨ sampai air matanya meleleh-leleh. Beneran teriak-teriak sampai suaranya mau habis. Tapi setelah disuntik itu udah mendingan, nggak teriak-teriak lagi walaupun masih nangis.
Gara-gara nangisnya Aqsa ini, saya dan suami jadi fokus banget ke dia. Cuma, saya sedikit lihat proses sunatnya yaitu setelah digambar, penis diberi semacam sarung pelindung gitu yang ditengahnya ada bolongan mengelilingi penis. Kemudian penyayatan dimulai dengan alat tertentu di bolongannya itu. Lihatnya kayak lagi dibor di lubangnya itu trus nggak lama kulit yang bagian bawahnya dikelupas. Pas prosesnya ini ada bau semacam bau kebakaran. Lalu setelah itu pelindungnya dicopot, nggak ada darah sama sekali.
Karena udah kesakitan pas disuntik, mood Aqsa udah berubah total. Nangisnya nggak selesai-selesai walaupun udah nggak sakit. Kayaknya dia rada trauma disuntik, deh. Trus dia agak shock juga karena penisnya berubah. Setelah selesai, air matanya masih meleleh-leleh. Bahkan pas difoto mukanya masih rembesan air mata. Ini juga awalnya dia ngambek nggak mau difoto, tapi setelah dibujuk baru mau.
Setelah selesai ini, Aqsa juga langsung dipakein celana batok. Penisnya nggak dipakein apapun, jadi emang lukanya dibiarkan terbuka gitu. Kata dokternya kalau mau nggak kerasa perih setelah bius hilang, pas di rumah bisa diangin-anginkan dengan nggak pakai celana. Aqsa juga dikasih obat yang terdiri dari antibiotik yang harus dihabiskan, pereda nyeri, dan salep untuk dioleskan di pagi serta malam hari. Selain itu, kami juga dikasih kapas dan betadine serta diberikan arahan penanganan kalau tiba-tiba penisnya berdarah karena suatu hal, misalnya terjatuh.
Untuk pulih total, dokter bilang butuh 2 mingguan. Tapi setelah bius hilang, anak udah nggak apa-apa banget untuk berkegiatan. Hari H sunat juga Aqsa tidak diperbolehkan dulu buat mandi, biar lukanya nggak kena air. Kemudian 3 hari lagi kami disarankan foto penisnya buat dikirimkan ke nomer WA dokter untuk konsultasi lanjutan. Jadi udah nggak usah bolak-balik klinik untuk buka alat atau periksa luka.
Alhamdulillah, dengan ini proses sunat selesai. Biaya yang kami keluarkan Rp 2.640.000, lebih murah Rp 200.000 karena dipotong diskon harian (Rp 100.000) dan diskon ulang tahun (Rp 150.000).
Pulangnya Aqsa kami belikan es krim Mixue yang kiosnya sederet sama Safubot karena permintaanya setelah sunat cuma minta es krim Mixue yang cup, hahaha. Murah banget. Lalu sekeluarga pun mampir makan siang dulu di RM Simpang Raya, restoran padang kesukaan saya.
Hari-Hari setelah Sunat
Sebenarnya sehari setelah sunat, Aqsa sudah bisa beraktifitas secara normal karena kata dia juga nggak sakit. Hanya saja dia kagok karena harus memakai celana batok yang menggembung di tengah, jadilah jalannya ngengkang. Selain itu, anaknya juga lagi aleman alias manja, jadi nggak mau masuk sekolah. Katanya dia malu kalau ketahuan temannya pakai celana batok.
Pas ditanya memori sunat kemarin kenapa kok histeris, Aqsa cuma ketawa-ketawa aja karena katanya dia panik dan geli, haha. Lucu banget sih anak ini.
Setelah sunat, kami memutuskan buat mengabsenkan Aqsa TPQ selama 3 hari. Kami juga nggak bilang sama guru atau orang tua murid lain kalau Aqsa sunat. Jadi emang benar-benar nggak ngapa-ngapain.
Setelah 3 hari, kami konsultasi online sama dokternya perihal luka sunatnya melalui WA. Dokter bilang lukanya normal dan tidak apa-apa. Hari Jumat pun kami udah menyuruh Aqsa buat lepas celana batok dan di hari itu pula dia udah mulai masuk sekolah.
Aslinya saya dan suami juga nggak mau bilang sama pihak sekolah kalau Aqsa nggak masuk karena sunat. Hanya saja, Aqsa nih suka cerita pamer ke gurunya soal apa saja termasuk soal dia sunat, haha. Jadilah bocor juga dan gurunya tahu.
Di Hari Jumat pula kami mengadakan syukuran kecil-kecilan. Setelah bingung mencari tempat buat nasi kotak, kami akhirnya nemu vendor lewat Shopee yang alhamdulillah amanah. Kami pesan tumpeng mini beberapa buah untuk dibagikan ke tetangga dan tumpeng besar untuk dimakan bareng keluarga. Alhamdulillah, walaupun vendor tumpeng mini dan tumpeng besarnya berbeda, semuanya enak. Ibu saya juga mengakuinya.
Hingga detik ini saya menulis tulisan ini rasanya lega banget karena Aqsa akhirnya sudah sunat. Senangnya lagi, semua prosesnya nggak pakai ribet walaupun ada sedikit drama. Di 10 hari setelah sunat, saya sempat chat lagi ke dokternya karena luka sunatnya terlihat masih basah. Untungnya kata dokter itu normal, Aqsa hanya disuruh berendam aja di air biar koreng-korengnya pada copot.
Itu dia pengalaman sunat Aqsa dan saya serta suami sebagai orang tua. Setelah ini, kami tinggal mengawal tumbuh kembangnya yang lain karena kewajibannya sebagai seorang Muslim sudah dipenuhi. Mudah-mudahan setelah sunat ini Aqsa selalu sehat dan tumbuh dengan optimal. Amin!