Yuk, Mengenal Negara Sudan dari Blog Meutia Rahmah

Yuk, Mengenal Negara Sudan dari Blog Meutia Rahmah

Bagaimana ya rasanya tinggal di Benua Afrika? Membayangkan Afrika saja sudah jauh sekali dan biasanya bayangannya kebanyakan sisi yang negatif. Tinggal di salah satu negara di Benua Afrika, yaitu Sudan, pasti jauh berbeda dengan di Asia khususnya Indonesia. Apalagi, belum banyak orang yang tahu seluk beluk Negara Sudan. Belajar tentang Sudan bisa dari mana saja. Salah satunya adalah dari tulisan-tulisan di blog. Apalagi kalau yang menulis memang pernah tinggal di Sudan selama beberapa tahun.

Salah satu blog yang membahas banyak hal tentang Sudan adalah blog Mbak Meutia Rahmah. Dalam blognya yang beralamat di www.meutiarahmah.com, ada banyak hal yang diceritakan saat ia menuntut ilmu di Sudan. Buat saya, membuka blog Mbak Meutia ibarat membuka buku ensiklopedia baru yang di dalamnya banyak hal-hal yang juga baru saya ketahui. Blogger yang juga pengajar di IAIN Langsa pada Prodi Pendidikan Bahasa Arab ini memberikan banyak pengetahuan baru tentang Sudan, di antaranya:

1. Khartoum

Khartoum? Pertama kali dengar namanya, apa yang kamu bayangkan? Kalau saya sih nggak ada bayangan apa-apa. Pertama dengar kata Khartoum saya pikir itu sejenis khimar, ternyata beda jauh. Dari blog Mba Meutia, saya akhirnya tahu kalau Khartoum adalah sebuah ibukota negara. Sebelumnya saya nggak pernah tahu ataupun dengar tentang Khartoum.

Penasaran tentang Khartoum, akhirnya saya googling juga dan ketemu keterangannya dari Wikipedia:

Khartoum (/kɑːrˈtm/ kar-toom) is the capital and second largest city of Sudan and Khartoum state. It is located at the confluence of the White Nile, flowing north from Lake Victoria, and the Blue Nile, flowing west from Ethiopia. The location where the two Niles meet is known as “al-Mogran” المقرن, meaning the confluence. The main Nile continues to flow north towards Egypt and the Mediterranean Sea.

Khartoum adalah salah satu kota yang terletak di Benua Afrika. Iya, Khartoum adalah ibukota Sudan. Sudan sendiri dikenal sebagai Negeri Dua Nil karena di negara inilah terdapat pertemuan dua Sungai Nil yaitu Sungai Nil Putih dan Sungai Nil Biru. Kontur alam di Khartoum didominasi padang pasir serta iklim sangat panas. Hal ini menjadikan tanah di Khartoum sangat tandus dan didominasi oleh gurun. Saat puncaknya, suhu panas di negara ini bisa mencapai 53 Derajat Celsius. Suhu tersebut sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara atau kota yang juga beriklim tandus lainnya seperti Riyadh, Baghdad, Mesir. Sehingga diperkirakan Khartoum menjadi kota terpanas di dunia. Wow!

Nah, saya jadi bisa ada sedikit bayangan tentang Khartoum deh. Oh ya, Mbak Meutia menghabiskan waktu dua tahun untuk melanjutkan pendidikan di Khartoum, lebih tepatnya di KIIFAL (Khartoum International Institute For Arabic Languange). Di blognya banyak tulisan yang berisi pengalamannya selama menempuh pendidikan di Khartoum.

2. Kehidupan di Sudan, Afrika

Apa yang sering kamu bayangkan tentang Afrika? Kalau saya tidak jauh-jauh dari orang kulit hitam, panas, banyak negara konflik, penduduk yang miskin dan kelaparan, banyak penyakit, dan juga gurun. Lalu bagaimana kehidupan di Afrika dari sudut pandang seorang pendatang dari Asia? Dari blog Mbak Meutia, saya jadi tahu sedikit tentang kehidupan di Afrika.

Baca Juga:   ASUS ExpertBook B3000 Detachable, Laptop Tipis untuk Penyuka Hal Praktis

Panas, memang benar Afrika sangat panas. Di Khartoum, kota yang Mbak Meutia tinggali selama dua tahun saja suhunya bisa mencapai 52 Celcius. Ini bisa dibilang suhu tertinggi atau terpanas di dunia. Ditambah lagi tanah yang tandus dan banyak gurun membuat kehidupan di beberapa negara Afrika terasa sangat gersang. Namun, tak semua tempat di Afrika gersang dan panas kok. Ada pula tempat yang subur dengan pemandangan yang indah. Salah satunya yang pernah diceritakan Mbak Meutia adalah Roy Mishry.

Sebagai negara yang sangat panas, penduduk di Afrika khususnya Khartoum memiliki kebiasaan unik yaitu  membawa ranjang untuk tidur diluar rumah. Pas baca bagian ini saya senyum-senyum sendiri, unik juga ya. Mungkin AC nggak sanggup meredakan panasnya iklim disana. Eh, atau jangan-jangan AC belum jadi barang kebutuhan seperti di rumah-rumah di Indonesia ya?

Di Khartoum juga ada pasar lho. Pasar yang biasa disebut Suuq adalah tempat mempertemukan berbagai macam orang. Di pasar inilah jadi tahu kalau Khartoum atau Sudan sudah banyak ditinggali para pendatang. Pengalaman Mbak Meutia di suatu Suuq bertemu orang China yang biasanya berdagang. Sedangkan orang-orang dari India, Srilanka, Thailand, Filipina, dan Somalia biasanya datang sebagai pekerja.

Dalam pergaulan, orang Sudan terkenal ramah dan baik. Apalagi diceritakan Mbak Meutia saat belanja. Ammu-ammu yang berjualan terkadang kagum dengan alasan kenapa banyak orang mau belajar ke negara ini. Selain itu, para lelaki juga sangat baik dalam memperlakukan wanita khususnya apabila di kendaraan umum. Tak segan mereka memberi tempat duduk pada wanita. Sementara itu, orang Sudan juga sangat memuliakan tamu. Tak jarang mereka sampai memotongkan kambing jika ada tamu yang berkunjung ke rumah mereka.

3. Pendidikan di Khartoum

Bayangan saya tentang Afrika lagi-lagi sangat suram. Jangankan untuk bersekolah, makan saja mungkin kekurangan sehingga banyak musibah kelaparan disana. Akan tetapi, apa yang diceritakan Mbak Meutia memberikan sedikit titik terang tentang pendidikan di Afrika, khususnya Khartoum. Di tempat Mbak Meutia mengambil S2 yaitu di KIIFAL (Khartoum International Institute For Arabic Languange) banyak mahasiswanya yang berasal dari luar negeri seperti Nigeria, Thailand, Cina, Amerika, Srilanka, Kongo, Kenya, Filipina, Korea, Malaysia. Akan tetapi, ternyata sudah ada beberapa mahasiswa yang berasal dari Aceh yang tergabung dalam KMA (Keluarga Mahasiswa Aceh). Salah satunya ya Mbak Meutia ini.

Sistem pembelajaran di KIIFAL antara mahasiwi dan mahasiwa sudah disatukan dalam satu ruangan. Jumlah mahasiwa yang belajar dalam satu kelas sekitar 70 orang. Sehari-hari mereka hidup di sebuah asrama di Sudan dan bercakap-cakap dalam Bahasa Arab Ammiyah. Awalnya, Mbak Meutia kesulitan untuk berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya khususnya mereka yang Sudan tulen. Namun, seiring berjalannya waktu ternyata bisa juga.

Ada satu hal yang menarik perhatian saya yaitu saat wisuda di KIIFAL. Sekilas mungkin terlihat biasa saja seperti halnya mahasiswa yang wisuda memakai baju toga dan duduk bersama. Tetapi, dari cerita dan foto yang diunggah di blog Mbak Meutia, ada yang berbeda dengan prosesi wisuda di Indonesia. Di KIIFAL, wisuda dilakukan di malam hari (ba’da isya) di ruangan terbuka dengan kursi-kursi plastik yang disusun sedemikian rupa di depan panggung. Suasananya lebih kekeluargaan dan sederhana. Sementara di Indonesia, wisuda biasanya dilaksanakan di gedung atau hall atau ballroom pada saat pagi atau siang hari.

Baca Juga:   Anita Carolina Tampubolon, Ibu Bidan yang Cinta Menulis
suasana saat Mbak Meutia wisuda ditulis dalam satu artikel di blognya
suasana saat Mbak Meutia wisuda ditulis dalam satu artikel di blognya

4. Kuliner Sudan

Saya nggak pernah kepikiran atau membayangkan kuliner di Benua Afrika itu apa saja. Tapi dari blog Mbak Meutia saya jadi punya pengetahuan baru tentang kuliner atau makanan di Benua Afrika, khususnya Sudan. Diceritakan Mbak Meutia bahwa rata-rata orang Sudan biasanya makan isy (roti dari gandum) dengan lauk ikan, daging, dan sayur sayuran tetapi sesekali ada juga yang makan nasi. Sementara Mbak Meutia lebih suka makan makanan Timur Tengah seperti tha’miyah, fathirah, syawirma/syawarma, kawareh, dan mulah.

Thamiyah adalah kudapan berupa gorengan khas Timur Tengah. Kalau saya googling dan lihat sepintas bentuknya kok kayak onde-onde ya, hihi. Thamiyah atau yang dikenal juga dengan nama falafel memiliki komposisi berupa kacang arab, lada hitam, bawang putih, baking powder, ketumbar, daun ketumbar dan sedikit garam. Cara membuatnya, semua bahan dihaluskan kemudian dibentuk bulatan kecil lalu digoreng dalam minyak panas. Tha’miyah biasanya disajikan dalam roti pipih (lafa) atau isy roti yang terbuat dari gandum. Thamiyah biasanya dijual di restoran-restoran cepat saji di Sudan.

Fathirah adalah roti yang berisi daging ayam atau daging lembu dan memiliki rasa yang gurih. Ini salah satu makanan kesukaan Mbak Meutia tapi beliau lebih suka yang dalamnya isi daging ayam. Selain berisi daging, fathirah juga diberi bumbu-bumbu serta mayonaise. Roti tersebut kemudian dibakar dan ditaburi habbatussaudak (jintan hitam) lalu diberi sedikit saus. Hmm, kalo yang ini bayangan saya mungkin seperti sandwich bakar kali ya?

Ada lagi makanan bernama firakh masywi. Ini adalah sejenis ayam bakar tetapi rasanya berbeda dengan ayam bakar yang ada di Indonesia. Firakh Masywi mempunyai ciri khas rasa rempah-rempah yang disajikan dengan sedikit nasi kuning, ditambah irisan jeruk nipis dan tomat serta a’jur (sejenis mentimun), lalu ditambah dengan kentang goreng dan jarjir (jenis sayur-sayuran untuk lalapan).

firakh masywi (Sumber: www.meutiarahmah.com)
sallatah dan syurba (Sumber: www.meutiarahmah.com)

Ada lagi makanan bernama sallatah. Apa itu, dilihat dari nama dan bentuknya seperti salad. Sallatah adalah makanan yang berisi irisan paprika, bawang, jarjir, tomat, dan jeruk nipis yang ditaburi seledri dan ditambah dengan mayonaise dan dakwa (bumbu kacang sejenis bumbu ketoprak). Sallatah biasanya dimakan orang Sudan pada saat sarapan atau siang hari. Ada pula sup khas Sudan yang bernama syurbah. Tak seperti sup di Indonesia, syurbah ini rasanya penuh dengan rempah-rempah. Hmm, saya membayangkan mungkin seperti kuah kari kali ya.

Sementara untuk minuman, dari cerita Mbak Meutia saya menangkap kalau orang Sudan suka minuman yang manis atau bahkan sangat manis. Mbak Meutia mencontohkan saat dirinya disuguhi teh manis, gula untuk membuat satu teh manis kecil bisa setengahnya sendiri. Kebayang kan manisnya kayak apa?

Baca Juga:   Atanasia Rian, dari Teman Arisan Jadi Kanca Dolan

5. Tempat Wisata di Sudan

Jangan bayangkan Sudan gersang maka tak ada tempat wisata yang bisa memanjakan mata. Eits, tunggu dulu. Ingat, ada Sungai Nil yang membentang di Sudan, itu artinya ada titik-titik kesuburan disana. Saat liburan tiba, sama halnya dengan di Indonesia, mahasiswa Sudan juga pergi piknik lho walaupun pikniknya sederhana ke tempat-tempat wisata sekitar Sudan. Ini beberapa tempat wisata di Sudan yang dituliskan di blog Mbak Meutia:

  • Roy Mishry adalah tempat wisata di pinggir Sungai Nil yang menyajikan hamparan pemandangan yang hijau menyejukkan mata. Di Roy Mishry banyak aktivitas bisa dilakukan di antaranya berkemah atau melihat sunset. Kisah tentang bagaimana perjalanan ke Roy Mishry juga diceritakan di blog Mbak Meutia dalam judul Roy Mishry (Sisi Lain Khartoum).
Mbak Meutia saat liburan ke Roy Mishri (Sumber: instagram @meutiamansur)
Mbak Meutia saat liburan ke Roy Mishry (Sumber: instagram @meutiamansur)
  • Jabal Aulia merupakan salah satu tempat dimana Nil mengalir. Pas saya googling dan nemu di Wikipedia, Jabal Aulia adalah sebuah dam (bendungan) di Sungai Nil Putih. Jabal Aulia merupakan tempat wisata yang cukup terkenal di Sudan dikunjungi tidak hanya wisatawan asal Sudan tetapi juga negara lain. Di Jabal Aulia, pengunjung bisa menikmati pemandangan Sungai Nil nan indah. Tak hanya itu, di kejauhan juga terlihat perahu-perahu nelayan berjejer rapi serta burung-burung berterbangan di atas sungai.
jabal aulia sudan
Jabal Aulia, Sudan (Sumber foto dari: www.meutiarahmah.com)
  • Zaydab adalah sebuah perkampungan yang bisa ditempuh sekitar enam jam perjalanan dari Khartoum. Zaydab merupakan daerah yang subur, perkampungan yang hijau yang berada di sepanjang Sungai Nil. Zaydab merupakan daerah penghasil sayur-sayuran dan juga buah-buahan. Salah satu kebun yang bisa dilihat di Zaydab adalah kebun jarjir. Jarjir adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang ada di Sudan dan bentuknya mirip daun selada yang pernah suami saya tanam (tapi mati, hiks). Sepanjang perjalanan ke Zaydab yang terlihat adalah hamparan gurun pasir. Zaydab juga merupakan kampung asal salah seorang teman kuliah Mbak Meutia.
  • Suuq Oumdurman adalah Pasar Oumdurman. Pasar ini merupakan tempat berburu oleh-oleh khas Sudan. Di pasar ini dijual banyak pernak-pernik seperti gantungan kunci yang berasal dari tulang berulang, gelang dari tulang-belulang, gelang India, pashmina, sari India, hingga henna. Di pasar ini kondisinya cukup penuh dan konon banyak copet sehingga jika kesini harus berhati-hati terhadap barang bawaan.

Nah, itu dia beberapa hal baru yang saya ketahui tentang negara Sudan dari blog Mbak Meutia. Saya jadi ada bayangan tentang kehidupan di Benua Afrika, khususnya Sudan. Blog Mbak Meutia tidak hanya tentang Sudan kok, ada banyak hal lain yang diceritakan. Ada pula cerita-cerita tentang Aceh yang merupakan tempat asal Mbak Meutia. Masih penasaran dengan Mbak Meutia dan pengalaman-pengalaman hidupnya? Yuk, kepoin aja di blog dan social media miliknya.

Blog : www.meutiarahmah.com

Twitter : @meutimansur

Instagram : @meutiamansur

FB : Meutia mansur

ratna dewi

35 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023