Kalau ditanya komunitas apa yang jadi tempat saya ‘bergantung’ setelah tidak jadi wartawan, setelah beberapa kali kehilangan calon anak, dan setelah resign dan tak tahu mau ngapain, jawabannya adalah KEB atau Kumpulan Emak Blogger. Saya ingat banget, 8 tahunan lalu KEB dan Makminnya menyambut saya yang newbie dan belum tahu apa-apa soal dunia blogging dengan tangan terbuka. Itulah kenapa ketika ada tawaran datang untuk bersama-sama merayakan 11 tahun ulang tahun KEB, tanpa pikir panjang, saya pun mengiyakan.
Well, ini adalah entah ulang tahun KEB ke berapa yang saya datangi secara online. Karena sebelum-sebelumnya, jauh sebelum punya anak saya pernah beberapa kali datang ke ulang tahun KEB. Tapi setelah punya anak dan pandemi, jangankan ulang tahun KEB, acara offline-nya pun bisa dihitung dengan jari. Apalagi ditambah adanya pandemi, ya sudahlah saya hanya bisa bertemu dengan teman-teman blogger dalam layar kaca video konferensi.
Sesuai perkiraan saya, ada banyak acara yang masing-masing punya kesan sendiri saat ulang tahun 11 KEB. Ada yang bikin haru, ada yang mengundang gelak tawa, dan ada yang bikin menganggukkan kepala tanda setuju kepada ilmu baru yang diberikan. So, inilah dia beberapa kesan saya saat menghadiri KEB 11 Tahun, Sabtu 28 Januari 2023 lalu di Bali Notes Terrace, Jl. Prof. Joko Sutono SH No.15, Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Temu Kangen di Ulang Tahun ke 11 KEB
Sejujurnya, ini adalah acara offline pertama KEB yang saya datangi setelah pandemi. Rasa kangen sudah membuncah buat ketemu para teman blogger dari berbagai tempat dan kalangan usia. Hujan kala itu yang merintik sejak pagi, nggak menghalangi niat saya untuk datang ke Bali Notes Terrace untuk temu kangen bukan hanya dengan para blogger tetapi saja makmin KEB tercinta.
Meskipun harus bebawaan dan dandan ala-ala pakai kain yang agak ribet, tapi saya jabanin aja. Kain Batik Purworejo yang berwarna cerah ceria menemani saya sore itu. Untuk atasannya, saya pakai blouse biasa. Maaf seribu maaf, saya yang biasa taat dresscode harus agak tidak sesuai hari itu karena tidak ada satu pun kebaya di lemari yang muat lagi karena efek pandemi yang bikin makan muluk. Tapi sebisa mungkin, saya kenakan dresscode walaupun cuma ada kain Nusantara yang bisa dipakai.
Benar saja, temu kangen yang saya bayangkan sebelumnya memang terjadi. Banyak blogger dari yang senior dari segi usia kayak Bunda Yati, senior dari segi kegiatan blogging kayak Teh Nchie Hani atau Mbak Myra Anastasia, Makmin KEB dari yang baru hingga foundernya, sampai blogger junior macam saya ngumpul semua. Senang banget rasanya bisa berkumpul, berfoto bareng, ngobrol panjang lebar, dan mengikuti acaranya hingga selesai.
Cuaca yang dingin, jalan bebecekan yang saya tempuh saat menuju venue acara, wardrobe lumayan ribet yang saya pakai, jadi nggak ada apa-apanya dibandingkan bahagianya bertemu para rekan blogger, merayakan ultah ke 11 KEB, dan menimba ilmu soal kepenulisan serta social media dari narasumber di acara.
Talkshow Berdaging Soal Kepenulisan dan Social Media
Satu hal yang menarik minat saya di acara ini selain kesempatan temu kangen dengan para blogger adalah kesempatan menimba ilmu yang tentunya nggak main-main karena narasumber yang dihadirkan pun bukan kaleng-kaleng. Talkshow KEB 11 Tahun ini menghadirkan 2 narasumber yaitu Mas Oktora Irahadi yang merupakan founder INFINA dan juga praktisi social media serta teman saya Kang Ali Muakhir, seorang blogger veteran dan juga penulis buku.
Ilmu “Cari Cuan Masa Kini” dari Oktora Irahadi
Mas Okto yang jadi pembicara pertama mengangkat tema soal “Cari Cuan Masa Kini”. Topik “Cari Cuan Masa Kini” erat banget kaitannya dengan social media. Sekitar 10 tahun yang lalu, orang nggak bakal mikir social media bisa jadi tempat buat nyari uang. Momen pandemi 3 tahun ke belakang juga jadi semacam golden time bahwa di rumah aja bisa menghasilkan uang lewat berbagai platform baik itu social media atau e-commerce.
Ada banyak peluang pekerjaan di Era Digital, dari freelancer, bisnis di e-commerce, dropshipper, digital marketing, trader saham dan investor, SEO specialist, penerjemah, konsultan, event planner, dan masih banyak lagi. Kesempatan untuk mencari keuntungan di dunia digital pun sangat besar apabila orang bisa melihat celah mana yang bisa dimasuki.
Banyaknya peluang cuan di dunia digital dan respon positif masyarakat khususnya di masa pandemi di mana semua orang harus berada di rumah dan semua terkoneksi lewat internet, membuat jumlah orang kaya di Indonesia pun makin meningkat. Mas Okto mengatakan, menurut katadata jumlah orang kaya di Indonesia naik 61,7% saat pandemi.
Jumlah orang kaya di Indonesia terus bertambah di tengah pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari laporan Credit Suisse “Global Wealth Report 2021” yang dirilis akhir Juni 2021. Laporan tersebut menyebutkan, terdapat 171,7 ribu orang Indonesia yang memiliki kekayaan bersih di atas US$ 1 juta (Rp14,5 miliar) pada 2020. Jumlah tersebut meningkat 61,7% dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 106,2 ribu orang. Dibandingkan total 270 juta penduduk, jumlah orang kaya itu setara dengan 0,1% populasi.
Dari sinilah, sesuai dengan audience talkshow saat itu yang terdiri dari para emak blogger yang juga menjelma jadi reviewer dan influencer, peluang cuan di masa depan terbuka lebar. Beriklan pun kini bukan jadi sesuatu yang prestise dimiliki media massa karena dari orang biasa pun, yang aktif di social media khususnya, beriklan bisa dikemas jadi review yang soft. Apalagi zaman now, sudah buanyaakk orang terkena paparan social media yang berarti jadi peluang bagi kami, emak-emak blogger, untuk meraup untung dari situ.
Survei Edelman Trust Barometer yang diungkapkan Mas Okto dalam penjelasannya menyatakan bahwa audiens kemungkinan besar akan memercayai sesuatu ketika mereka terpapar 3-5 kali. Itulah mengapa sangat penting untuk aktif dalam saluran pencarian khususnya social media atau berita. Brand pun jadi merasa perlu mengundang orang seperti kita untuk menyebarkan berita dan memberi tahu pengikut mereka tentang produknya.
Pernyataan ini erat kaitannya dengan maraknya iklan yang dikemas jadi review di social media. Instagram atau Tiktok contohnya. Banyak orang yang beriklan lewat review di social media tersebut. Orang biasa yang bisa merepresentasikan suatu produk tertentu dan terlihat meyakinkan akan lebih mengundang orang untuk mencoba/membeli produknya ketimbang menggunakan artis.
Untuk itulah, sebagai reviewer, kita juga harus memahami kultur netizen dunia digital yang banyak di antaranya:
- Natural Born Bored sehingga carilah setiap hari dan nikmati sepenuhnya sampai bosan dalam hitungan detik
- Daily Refreshment yaitu mereka mengikuti orang-orang yang dapat memberikan penyegaran setiap hari/ rutin. Itulah sebabnya mereka suka mengikuti influencer
- Reactive is Coming dengan tipikal “type first, think later”
- Alternative for Social Status Symbol, suka mendapatkan status ‘keren’ dan pengakuan dari orang lain di social media
Melihat karakteristik netizen yang budiman yang seperti itu, ada metode C.O.S.T yang perlu diterapkan dalam ber-social media, yaitu:
- Consistency yang berarti konsisten membuat konten secara terus-menerus
- Objective berkaitan dengan target pemirsa, apa yang ingin disampaikan, di mana, dan bagaimana
- Socialize yang berarti karena social media erat kaitannya dengan engagement (komen, like, share, diskusi) maka bagian yang ini harus di tingkatkan. Sebagaimana contoh di instagram, algoritma akan membaca bagaimana respon postingan di 1 jam pertama setelah dipost.
- Time alias semua butuh waktu, kesabaran, dan tetap berusaha walaupun belum ada hasil atau hasil belum maksimal
Sebagai orang yang sering menangani brand dan campaign, Mas Okto membocorkan apa yang biasanya jadi pertimbangan sebuah brand atau agency untuk memilih seseorang mengiklankan atau merepresentasikan produknya:
- 3R (Reach, Resonant, Relevant): berhubungan dengan seberapa besar engagement yang bisa diraih seorang influencer (Reach), terkait dengan besarnya audience yang terpapar dalam artian seseorang dengan pengikut lebih sedikit akan lebih baik jika engagementnya tinggi daripada seseorang dengan pengikut banyak tapi tidak pernah ada interaksi dengan audience-nya (Resonant), apakah produk yang direpresentasikan sesuai dengan persona, karakteristik, atau niche seseorang (Relevant)
- Authenticity berhubungan dengan karakteristik seseorang yang akan lebih diingat, yang membuat saya ingat dengan kata-kata seorang blogger senior, almarhum Mas Cumi Lebay yang bilang “Jika kamu tidak bisa jadi yang terbaik, jadilah berbeda”
- Reputation berhubungan dengan bagaimana reputasi, jejak digital, attitude, serta sepak terjang seseorang di dunia maya
Well, dari sini sudah ketahuan apa saja yang dibutuhkan agensi atau brand dari seorang influencer. Saya belajar banyak dari materi ini, tentang hal-hal yang harus saya tingkatkan atau perbaiki dari saya sebagai seorang blogger dan juga influencer yang sedang merintis. How about you, teman-teman lainnya?
Ilmu “Menulis Kisah Inspiratif” dari Ali Muakhir
Kang Ali Muakhir adalah salah satu blogger senior yang saya hormati. Selain aktif sebagai blogger, beliau juga sudah menelurkan banyak buku, salah satu bukunya bahkan Aqsa punya dan selalu dibaca berulang-ulang sama dia. Makanya pas Kang Ali hadir sebagai salah satu pembicara, saya merasa terhormat bisa menimba ilmu dari beliau.
Kang Ali membagi ilmu tentang “Menulis Kisah Inspiratif dengan Metode EMAK”, pas banget dengan audience-nya yang merupakan para emak blogger dan Kang Ali merupakan salah satu blogger dengan gaya penulisan berkisah yang bagus.
Kisah inspiratif dari sudut pandang saya bisa membuat tulisan lebih enak dibaca. Sebagai seorang mantan wartawan, saya punya kelemahan kurang bisa runtut dan menyentuh hati dalam bercerita. Sehingga tulisan-tulisan saya cenderung flat dan malah kayak hard news. Apalagi kalau itu tulisan event. So, menimba ilmu soal menulis kisah inspiratif itu jadi penting buat saya sesuai dengan tujuannya yaitu untuk menambah dan menggugah motivasi, semangat, serta rasa percaya diri pembacanya.
Struktur kisah inspiratif menurut Kang Ali Muakhir ada 5, yaitu:
-
- Orientasi yaitu bagian pembuka yang mengenalkan tokoh dan peristiwa yang akan dihadapi tokoh
- Perumitan peristiwa yaitu peristiwa yang dialami tokoh, yang membawa pembaca pada bagian puncak kisah atau konflik.
- Komplikasi yaitu inti dari kisah. Pada bagian ini dikisahkan bagaimana tokoh melewati rintangan yang dihadapi.
- Resolusi yaitu peristiwa yang menyadarkan tokoh tentang kebaikan.
- Koda yaitu penutup yang menjadi simpulan dan pesan moral dalam cerita.
Struktur ini mengingatkan saya dengan struktur sebuah cerita yang biasanya berupa: pembuka-konflik-klimaks-antiklimaks-penyelesaian/penutup. Well, pada dasarnya menulis blog pun sama dengan menulis cerita fiksi. Strukturnya sama karena tujuannya pun serupa, membuat orang lain stay dalam tulisan sampai habis.
Nah, setelah tahu bagaimana strukturnya, Kang Ali pun nggak lupa untuk memberikan Metode EMAK untuk menulis kisah inspiratif yang merupakan akronim dari:
- Endapkan rasa yang bisa dilakukan baik saat mencari ide atau setelah mendapat ide kisah. Hal ini dilakukan supaya kita bisa meresapi lebih dalam.
- Mulailah dengan membuat struktur dan pastikan struktur kisah inspiratif sudah fiks sebelum ditulis.
- Apa pesan yang akan disampaikan dengan cara mencari 1 pesan paling dalam dari kisah inspiratif untuk dijadikan sebagai penutup tulisan.
- Kapan tulisan tuntas? So jangan lupa untuk membuat jadwal menulis sehingga kita bisa memastikan tulisan selesai.
Dari ilmu yang diberikan Kang Ali ini saya jadi kilas balik tentang bagaimana tulisan saya yang masih acak-adut dan nggak menarik dibaca. Ke depannya, perlahan saya ingin terus belajar memperbaiki tulisan dengan struktur dan metode yang Kang Ali berikan. Meskipun menulis blog kadang juga harus berpedoman pada SEO, bukan tidak mungkin kalau kisah inspiratif bergabung dengan SEO bisa menghasilkan tulisan yang bukan hanya enak dibaca tapi juga dinilai layak untuk page one atau mendapat banyak views dari mesin pencari.
Empowering Woman bersama Siberkreasi hingga PPBN
Selain temu kangen dan menimba ilmu di talkshow, banyak pula pihak yang hadir di KEB 11 tahun ini. Kehadirannya apa lagi kalau bukan mendukung dan memperkuat emak-emak yang hadir di sana baik itu sebagai pribadi ataupun sebagai blogger/influencer.
Salah satunya adalah Siberkreasi (Gerakan Nasional Literasi Digital). Nggak banyak cakap tapi menohok, itulah pesan yang diucapkan Mas Donny Budi Utomo, Ketua Umum Siberkreasi, di acara ulang tahun KEB kali ini. Mas Donny minta, sebagai orang yang kerap membentuk opini, bermain social media, menulis sesuatu yang memengaruhi pembaca, dan mengikuti campaign, emak-emak harus memberikan informasi yang benar dalam artian tidak menyebarkan hoax.
Itulah kenapa setiap menerima dan akan menyebarkan informasi, kesadaran kita sebagai orang yang melek dunia digital dituntut untuk lebih awas karena serangan hoax ada di mana-mana. Apalagi jelang 2024 yang mana disebut sebagai tahun politik. Akan banyak peperangan memanas antarkubu dan orang-orang yang memanfaatkan tittle serta celah influencer untuk menyebarkan sesuatu yang belum tentu kebenarannya.
So, walaupun jadi perempuan berdaya yang mana bisa mencari cuan di dunia digital, tapi bekerja menggunakan hati nurani dengan memilih menyebarkan hal-hal yang benar dan bermanfaat itu sudah seharusnya. Uang memang segalanya, tapi uang lantas tidak membuat kita menghalalkan segala cara.
Selain Siberkreasi lewat Ketua Umumnya yang mengapresiasi para emak dalam berkarya dan berdaya, ada pula kelompok perempuan yang berkarya lewat kecintaannya pada kain dan kebaya nusantara. Mereka adalah Perempuan Pelestari Budaya Nusantara (PPBN) yang punya tujuan untuk turut melestarikan kebaya dan kain nusantara sebagai salah satu warisan budaya.
PPBN melalui ketuanya, Elisa Koraag atau yang biasa dipanggil Buncha, menjelaskan bahwa kebaya dan kain nusantara harus dilestarikan sebelum nantinya malah diklaim oleh negara lain sebagai kekayaan budayanya. Mereka membuktikan bahwa kebaya dan kain nusantara bisa dipakai di mana saja, tidak harus di event formal seperti acara kondangan, tetapi juga bisa untuk jalan-jalan atau naik kendaraan umum.
Anggota PPBN pun berasal dari berbagai kalangan usia dan pekerjaan. Bahkan banyak di antara mereka adalah orang-orang yang sudah sepuh dan pensiun tapi tetap ingin berkarya. Senada banget dengan semangat KEB dan membernya dalam berkarya. Itulah kenapa, KEB juga mengapresiasi dan mendukung PPBN untuk terus berkarya.
“Yang pensiun kan hanya pekerjaan, tapi kegiatan kita tidak,” begitu ucap Buncha menirukan mereka yang masih aktif berkegiatan bersama PPBN seusai pensiun.
So, kini PPBN dengan para anggotanya kerap mengadakan fashion show dengan menggunakan baju kebaya dan kain nusantara. Tak hanya itu, mereka pun bangga untuk mengenakan pakaian-pakaian tersebut ke event santai atau pun semiformal.
KEB 11 Tahun, Berjejak dan Berbagi
Usia 11 tahun, walaupun terlihat masih muda tapi bukan usia yang sebentar untuk membina sebuah komunitas. Mak Mira, Mak Injul (Indah Julianti), dan beberapa founder lain adalah penggagasnya, tapi jajaran Makmin yang dari dulu bertugas hingga sekarang adalah penggeraknya. Mereka saling terkait satu sama lain.
Karena sudah 11 tahun berkiprah dan seluruh founder bahkan anggotanya adalah penulis, Makmin KEB pun menggagas dan berhasil menelurkan sebuah buku antologi berjudul “Warna-warni Dunia Blogging dan Cerita di Balik Dapur Komunitas”. Di dalamnya, tercurah bagaimana Makmin membina komunitas hingga bertahan selama 11 tahun dan suka duka dunia blogging.
Selain menelurkan e-book, KEB 11 Tahun kali ini juga diwarnai dengan acara charity. Melalui #KEBPeduli, acara ulang tahun ke 11 ini juga berhasil menghasilkan Rp 2,5 juta dari program #KEBCharity11KRun. Program berlari 11 KM untuk berbagi ini menghasilkan uang yang disumbangkan untuk RA Miftahul Jannah, Noborejo, Salatiga di mana salah satu member KEB, Mak Widi, merupakan pengurus di sana. Diwakili oleh Mak Ranny, Ketua KEB Solo, uang bantuan ini secara simbolis diserahkan oleh Mak Elly sebagai Ketua KEB.
Last but not least, acara puncak dari perayaan KEB 11 Tahun adalah pemotongan tumpeng sebagai simbol atas rasa syukur telah berhasil memasuki usia 11 tahun berkomunitas. Diwakili oleh Mak Mira yang juga founder, potongan tumpeng pertama diserahkan pada Mak Injul, rekan sekaligus sesama founder, yang telah menjadi sahabat dan orang kesayangannya di KEB.
Sementara itu, potongan tumpeng keduanya diberikan pada Mak Icul (Sumarti Saelan) yang juga mantan Ketua KEB di periode selanjutnya. Yang terakhir, potongan tumpeng diserahkan pada Bunda Yati, sebagai apresiasi Lifetime Achievement, karena di masa tuanya masih bisa aktif menulis blog dan tak henti menelurkan karya berupa buku. Sebuah kegiatan masa tua yang patut kita contoh.
Nggak kerasa panjang banget saya cerita soal ultah KEB ini karena emang sepadat itu acaranya. Dari yang senang-senang sampai menuntut ilmu. End up-nya saya menang e-wallet Rp 250.000 dari Mak Mira karena bisa menjawab pertanyaan pamungkas kuis. Thanks, KEB.
Semoga di tahun-tahun berikutnya, 11 tahun-11 tahun lagi yang akan datang, acara-acara ulang tahun seperti ini bisa terus dilakukan. Selain bisa menimba ilmu, emak kayak saya juga bisa me time. Sungguh me time yang berfaedah buat ibu rumah tangga kayak saya.
Terima kasih juga pada Siberkreasi, Kominfo RI, INFINA dan Bali Notes yang telah mendukung terlaksananya acara KEB 11 Tahun ini. Semoga di tahun-tahun berikutnya, kita semua bisa terus berpartisipasi di kemeriahan ulang tahun KEB.