Ekspektasi vs Realita Penampilan dan Pekerjaan Programmer

Ekspektasi vs Realita Penampilan dan Pekerjaan Programmer

Dunia digital merupakan dunia yang sedang jadi primadona saat ini. Pekerjaan di dunia digital pun jadi pekerjaan yang cukup populer dan diminati. Di keluarga saya aja, suami dan adik saya kerja di dunia digital meskipun mereka berbeda posisi. Saya pun secara tidak langsung juga hampir setiap hari bersentuhan dengan dunia digital dengan menjadi freelance blogger dan content creator.

Kerja di dunia digital identik dengan setiap hari di depan komputer, duduk di depan meja, dan berada di ruangan yang sejuk. Pekerjaan yang bersih, kalau kata saya mah. Berbeda jauh dengan pekerjaan lapangan yang harus turun ke jalan dan panas-panasan kayak saya dulu pas masih jadi wartawan. Berbeda juga dengan pekerjaan pabrik yang membutuhkan tenaga untuk kerja seperti memindahkan benda berat atau berdiri seharian di depan mesin. Makanya, beberapa orang menganggap pekerjaan di dunia digital selain pekerjaan yang bersih juga identik dengan penampilan yang perlente.

Lha gimana, rata-rata para pekerja digital bekerja di kantoran atau gedung-gedung tinggi. Dalam benak kita, pasti sering membayangkan mereka keluar masuk gedung dengan pakaian rapi, lanyard yang tergantung di leher, dan duduk di cafe bergengsi untuk ketemu klien dan meeting. Tapi ternyata setelah saya menikah dan hidup bersama dengan suami yang seorang programmer, semua ekspektasi itu runtuh, haha. Pekerja dunia digital khususnya programmer tak seperlente yang dibayangkan.

Baca Juga:   Inilah Suka Duka Ketika Kamu Memutuskan Memilih Pasangan Hidup Seorang Programmer

1. Penampilan Tak Serapi yang Dibayangkan

Celana pantalon yang berbahan kain tersetrika licin, kemeja rapi bahkan kalau bisa slimfit yang lengannya tergulung sampai ke siku, sepatu pantofel mengkilat, lanyard perusahaan yang tergantung di leher, laptop keluaran terbaru yang ditenteng saat berjalan, dan rambut yang disisir rapi bisa jadi bayangan orang-orang terhadap para pekerja digital, salah satunya programmer kayak suami saya. Saya pun yang dulu sering tercekoki sama bayangan para programmer seperti itu yang sering digambarkan sama penulis Wattpad. Atau gampangnya, bayanginnya kayak karakter Xu Yanshi di Drama China ´Here We Meet Again´ lah.

Tapi nyatanya saya salah. Kostum suami saya kalau ke kantor ya celana jeans, kaos, dan sepatu sneaker. Sementara laptop dia masukkan ke tas ransel. Alih-alih terlihat seperti eksekutif muda, malah lebih mirip wibu. Apalagi kalau sudah WFH (FYI, sampai sekarang suami saya masih WFH  hari dalam seminggu), kerja di depan laptop dengan celana pendek dan kaus serta jarang mandi. Bukannya terlihat seperti Xu Yanshi, malah lebih mirip sama penampilan Goo Woong di Yumi´s Cell.

2. Jangan Berharap Jam Kerja yang Teratur

Kerja di kantoran identik dengan jam kerja yang teratur, dari jam 08.00-17.00, berbeda dengan pekerjaan wartawan kayak saya dulu yang bisa jadi cepat atau malah bisa extend sampai seharian tanpa uang lembur. Itu yang ada di pikiran saya dulu. Apalagi sepertinya hampir semua programmer berkutat dengan pekerjaan yang ´halus´.

Baca Juga:   Hati-Hati dengan Kesalahan Penulisan Nama dalam Dokumen di Era Digital

Nyatanya tidak begitu, Ferguso! Suami saya memang bisa masuk dan pulang kantor dengan fleksibel, kebanyakan malah terlihat nyantai. Tapi, dia tidak bisa nyantai di saat-saat yang sedang dibutuhkan. Sebagai contoh, walaupun lagi tidur nyenyak kalau tiba-tiba website down atau server eror, mau nggak mau harus bangun dan memperbaiki. Atau kayak adik saya yang bisa 4 hari kerja nyantai banyak tidurnya, eh hari kelima dia harus melek lebih dari 24 jam gegara pindahan server. Kadang mereka juga harus membawa pekerjaan yang belum selesai dari kantor ke rumah.

3. ´Ngobrol´-nya Pakai Bahasa Pemrograman

Jangan bayangkan seorang programmer orang yang luwes, gampang mingle dengan berbagai orang, supel, atau suka ngobrol karena itu salah besar. Suami saya dan bahkan hampir setiap programmer yang pernah saya temui rata-rata adalah orang yang introvert dan lebih sering menghabiskan keseharian di depan layar komputer.

Jangan harap juga mereka akan sering mengajakmu ngobrol karena keseharian mereka yang lebih banyak menatap layar komputer membuatnya canggung kalau harus memulai percakapan atau bahkan ngobrol panjang lebar dengan orang lain. Kalau mau mengajak ngobrol mereka, ajaklah mengobrol dengan bahasa pemrograman karena itu bisa gampang nyambungnya, haha.

4. Santai saat Jam Kerja

Sering lihat perusahaan-perusahaan digital khususnya kantor start up tuh seru banget. Selain ada area makan dan santai, ada pula area tidur, ngegym, bahkan ngegame. Nggak jarang malah kantornya instagramable dan nyaman banget buat bobok. Ada yang bilang, kantor-kantor media digital dibuat senyaman mungkin karena para pekerja digital ini rawan stres menghadapi pekerjaan mereka yang berkutat dengan komputer.

Itu juga yang terjadi di kantor suami saya. Walaupun nggak didesain instagramable kayak kantor start up, tapi konsol game adalah peralatan yang wajib ada di kantor untuk melepas penat. Selain itu, setiap seminggu sekali ada futsal bersama di kantornya. Nggak heran kalau pas suami saya nyebar kriteria rekruitment buat programmer junior di kantornya, selain keahlian pemrograman syarat wajib lainnya adalah bisa main futsal dan PS.

futsal setiap minggu wajib hukumnya

Itu juga yang bikin penampilan sehari-hari suami saya nyantai banget di kantor. Boro-boro pakai sepatu pantofel mengkilat, pakai sepatu di kantor aja udah bersyukur banget. Di kantornya, biasanya dia malah nyeker atau pakai sandal jepit saat bekerja. Padahal dulu bapak mertua saya udah beliin pantofel buat jaga-jaga kalau anaknya jadi pekerja kantoran harus selalu rapi, tapi ternyata salah.

no sepatu-sepatu resmi club

Momen suami saya pakai sepatu selain hanya pas berangkat dan pulang kerja, palingan kalau harus menghadiri seminar atau pertemuan di hotel. Baru deh dia mau pakai sepatu dan berpakaian agak rapi walaupun terlihat canggung, haha. Makanya, untuk menyamankan diri para pekerja yang canggung di depan umum ini lebih baik memakai sneakers yang lagi populer sekaligus nyaman seperti New Balance 530, New Balance 550, atau Onitsuka Tiger Tokuten untuk alas kakinya. Selain lebih nyaman, mereka juga bisa lebih pede untuk tampil di depan umum. Bahkan untuk brand yang terakhir saya sebutkan juga cocok dipakai untuk para programmer cewek yang terbiasa dengan penampilan kasual dan sporty.

Untuk mendapatkan sneakers yang lagi populer, para programmer yang lebih mementingkan efisiensi di kehidupan sehari-harinya ini mendingan memilih membelinya secara online di e-commerce. Salah satu e-commerce yang terpercaya adalah Tokopedia.

Tokopedia adalah perusahaan teknologi Indonesia dengan misi mencapai pemerataan ekonomi secara digital. Secara statistik, Tokopedia telah menjangkau 99% kota di Indonesia dengan lebih dari 40 produk digital, 1,8 miliar produk terdaftar di platform, dan lebih dari 14 juta penjual yang terdaftar di platform.

Source from Tokopedia

Menjelma sebagai e-commerce yang kredibel, Tokopedia juga memiliki statistik lebih dari 60% pesanan terkirim keesokan harinya. Tak hanya itu, turut membangun ekonomi Indonesia, Tokopedia pun memberdayakan 60% penjual berskala mikro khususnya adalah UMKM. Nggak heran kalau keberadaan Tokopedia di Indonesia pun jadi salah pendukung ekonomi dan memudahkan pembangunan bisnis.

Tokopedia pun nggak lepas dari kehidupan sehari-hari saya dan suami. Dari hal-hal sepele seperti bayar listrik dan internet hingga belanja bulanan, semua saya ´serahkan´ pada Tokopedia. Fitur-fiturnya yang komplit nyatanya memudahkan saya sebagai user.

Mengarungi dunia yang sama, Tokopedia mengerti banget apa yang dibutuhkan para programmer ini untuk pekerjaan dan penampilannya. Mereka butuh kemudahan dan efisiensi berbelanja. Itulah yang diberikan Tokopedia tidak hanya pada programmer atau pekerja digital tetapi semua usernya. Semoga ke depannya Tokopedia bisa terus menghadirkan terobosan berbelanja online sehingga para programmer yang kadang bingung harus berpenampilan seperti apa ini tetap bisa berbelanja dengan mudah hanya dalam genggaman.

 

 

 

4 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023