Akhirnya Aqsa Bisa Naik Sepeda Roda Dua

Akhirnya Aqsa Bisa Naik Sepeda Roda Dua

Akhir Januari 2022 lalu Aqsa akhirnya bisa naik sepeda roda 2 sendiri, yeay!!

Usianya baru 3 tahun 3 bulan ketika akhirnya dia bisa naik sepeda roda 2 sendiri. Saya sebagai ibu cukup bangga sama pencapaian dan milestone-nya dia sampai sejauh ini. Apalagi dia memang mau dan berniat naik sepeda sendiri tanpa saya dan suami paksa.

Baca Juga:   #CeritaIbu: Ide Bermain Anak Usia 3 Tahun

Postingan ini saya dedikasikan untuk mengingat momen, perjuangan, dan perjalanannya naik sepeda. Semacam appreciate post lah buat dia. Nggak cuma itu, saya juga mau berbagi sedikit soal tips gimana biar anak-anak bisa cepat naik sepeda roda 2 sendiri.

Aqsa dan sepeda sebenarnya sudah ´kenalan´ dari usia 1 tahun lebih. Akhir tahun 2019, saya sudah membelikan dia sepeda roda 3 dengan dorongan belakang yang murah meriah seharga Rp 310.000 karena saya habis dapat fee waktu itu. Sepedanya model BMX roda 3 dengan dorongan belakang. Saya beli waktu itu iseng aja biar dia senang punya sepeda.

Nggak lama setelah beli sepeda roda 3, pandemi menyerang.

Baca Juga:   #CeritaIbu: Mengajak Anak ke Luar Rumah di Masa Pandemi

Jadinya kami jarang keluar rumah buat dorong-dorong Aqsa pakai sepeda. Pas covid-19 sudah agak melandai, Aqsa biasanya ikut atau saya ajak ke tukang sayur pakai sepeda roda 3-nya. Sayangnya, nih sepeda roda 3 berat jadi saya lama-lama malas buat ajak dia ke tukang sayur karena harus melewati jalanan pavingan yang rusak. Alhasil, sepeda pun sempat nggak kepakai. Paling dipakai di dalam atau sekitar rumah aja.

Sampai akhirnya pendorongnya di bagian belakang patah dan nggak bisa jadi ´sepeda rasa stroller´ lagi, mau nggak mau Aqsa pun harus mengayuh pedalnya biar sepedanya jalan dan kami pulang kampung selama 2 bulanan lebih. Dunia persepedaan Aqsa pun vakum.

Baca Juga:   Pengalaman Pulang Kampung Saat Pandemi

Tapi setelah pulang kampung dan mungkin kangen dengan rumah, teman-teman, juga sepeda, Aqsa pun jadi sering main sepeda lagi. Karena kebanyakan teman-temannya adalah anak yang lebih besar dan sudah pada bisa naik sepeda, dia pun jadi termotivasi. Lama-kelamaan dia bisa mengayuh walaupun awalnya hanya beberapa meter karena aslinya sepeda BMX roda tiganya ini berat.

Dari yang cuma beberapa meter akhirnya jadi kemana-mana pakai sepeda roda tiga yang dikayuh sendiri. Dari yang pelan-pelan sampai ugal-ugalan pakai kostum tertentu. Dari sepedaan di tanah kering sampai membelah banjir semua dijalani Aqsa pakai sepeda roda 3 dari usia 2 tahunan lebih.

Sampai akhirnya dia ulang tahun ke-3 dan kami sepakat buat membelikannya balance bike.

Soal balance bike ini, tadinya saya gamang antara pengen rental bulanan atau pinjam punya anaknya teman saya. Karena yang saya tahu saat itu harga BB lumayan mahal, sejutaan lebih dan adanya merek-merek terkenal kayak London Taxi. Makanya sayang aja gitu kalau beli cuma dipakai beberapa bulan apalagi mahal.

Sementara saya mau gantiin atau sewa sepeda anak teman saya, kalau ditotal harganya ternyata beda tipis sama kalau beli BB sendiri. Ndilalah pas mau beliin Aqsa saat itu, harga BB sudah pada murah-murah.

Trus tadinya saya juga pengen beli sepeda multifungsi yang bisa jadi balance bike dan juga sepeda biasa. Tapi ternyata harganya muahal, bok! Beli BB yang murah trus beli sepeda biasa yang ada pedalnya kalau dijumlahkan jauh lebih murah daripada beli sepeda multifungsi ini.

Jadilah kami beli BB yang murah aja di toko sepeda dekat rumah seharga Rp 250.000. Kami nggak mikir merk, merk yang ada aja itu mah yang penting fungsinya. Merk BB-nya Aqsa itu EXOTIC. BB yang kami beli ini ringan banget, Aqsa aja bahkan bisa mengangkatnya sendiri.

Nggak perlu waktu lama buat Aqsa belajar balance bike karena hanya selang beberapa hari, dia sudah lancar memakainya. Dari yang tadinya hanya didorong ragu pakai kaki sampai akhirnya dia bisa meluncur dari tanjakan, bahkan ngebut dengan 2 kaki diangkat ke atas.

Hanya 3 bulanan berselang dari waktu membeli balance bike, kami akhirnya memutuskan buat membelikan Aqsa sepeda. Sepeda yang kami beli adalah ukuran 12 yang pas dengan panjang kaki dan tinggi Aqsa. Sepedanya merk CENTRUM yang dibeli seharga Rp 600.000 aja.

Awalnya, kami pengen beli sepeda secara online karena harganya lebih murah. Tapi kalau dihitung-hitung lagi, beli sepeda secara online nggak beda jauh sama offline. Soalnya kalau online, kami masih harus merakitnya lagi. Belum biaya ongkirnya yang udah pasti nggak free. Lalu kami nggak bisa melihat bentuk sepedanya selain dari foto. Aqsa juga nggak bisa mencoba buat menggowesnya sendiri. Dengan berbagai pertimbangan inilah, kami akhirnya memutuskan buat membeli sepeda secara offline saja.

Dari awal membeli sepeda, suami saya udah minta roda bantuannya dibuka sekalian. Selain karena nggak punya kunci pas, kami juga pengennya Aqsa langsung berani pakai sepeda roda 2.

Awalnya, Aqsa memperlakukan sepedanya seperti BB. Dia nggak mengayuh, tapi mendorong sepeda menggunakan kakinya. Biar tambah pede, awal naik sepeda kami pakaikan helm dan pelindung kaki tangan. Kami selalu bilang, pakai pelindung karena kalau jatuh biar nggak sakit. Biar dia nggak fokus di jatuh dan sakitnya tapi justru berani karena udah ada alat yang melindunginya.

Perlahan, Aqsa mulai bisa mengayuh sepedanya tapi masih terus kami dorong dari belakang. Kadang juga kami lepas sebentar. Dalam hati saya sebenarnya yakin dia sudah bisa dan seimbang, hanya saja belum terbiasa dan masih kurang pede.

Selain itu, Aqsa juga masih berat buat mengayuh pedalnya. Mungkin karena terbiasa dengan BB yang sangat ringan dan sepeda roda 3 yang tinggal gowes tanpa harus susah-susah menyeimbangkan, makanya dia merasa berat buat mengayuh sepedanya.

Awalnya Aqsa paling hanya bisa 2-3 kayuhan saat sepeda tidak kami pegangin. Atau dia bisa pede naik kalau di jalan turunan karena gampang menggowesnya. Itu pun kalau udah sampai di jalan datar biasanya dia berhentikan karena berat.

Sampai-sampai ayahnya berpikiran buat memasang roda bantuannya untuk latihan menggowes lagi. Tapi saya waktu itu belum setuju karena sebenarnya Aqsa sudah bisa naik sepeda hanya saja masih belum terlalu pede. Buktinya tiap saya lepas sedikit-sedikit sudah mulai bisa seimbang. Kata saya, ya wajar belum bisa karena masih 2-3 harian. Masih penyesuaian dengan sepeda baru.

Sampai akhirnya kami menemukan cara sendiri. Kami meminta Aqsa buat mendorong sepedanya terlebih dahulu dengan kaki apabila mau menggowesnya. Roda otomatis sudah berputar dan kayuhan pertama tidak terlalu berat.

Untuk memotivasi dan membuat dia lebih percaya diri, saya atau ayahnya pun ikut bersepeda di sampingnya. Kalau kami ikut bersepeda, Aqsa nggak akan minta dorong dan cenderung berusaha sendiri karena dia tahu kalau ayah atau ibunya bawa sepeda sendiri. Kecuali kesulitan yang amat sangat kayak terjebak di becekan atau jatuh, dia akan beranggapan tiap orang bertanggung jawab dengan dirinya sendiri.

Sedikit demi sedikit Aqsa mulai tumbuh rasa percaya dirinya. Apalagi tahu dia bersepeda bareng saya atau ayahnya. Nggak cuma itu, teman-temannya di sekitar rumah juga bersemangat mengajak dia sepedaan. Jadilah Aqsa ketularan semangat dari teman-temannya. Dia tambah pede dan berani buat sepedaan sendiri.

Sekarang, Aqsa sudah lancar banget sepedaan. Udah sepedaan lumayan jauh sampai ke cluster sebelah sama teman-temannya. Sayangnya, dia masih belum begitu bisa menggunakan rem tangan. Jadilah kalau mau ngerem ya masih pakai kaki. Makanya Aqsa harus selalu diawasi terus.

Buat Aqsa, sekarang sepedaan tuh jadi kegiatan favoritnya. Baru bangun, pagi, siang, atau sore kalau bisa sepedaan dia akan sepedaan. Sekarang pun kalau jatuh dia udah nggak hilang percaya dirinya, malah ketawa apalagi pas jatuhnya di becekan.

So far ,kalau dihitung Aqsa hampir setahunan ini berkecimpung sama dunia persepedaan. Dalam setahun ini berarti Aqsa sudah mengalami 3 macam transisi sepeda, dari sepeda roda 3, BB, sampai sepeda roda 2.

Rasanya happy dan bangga banget sih Aqsa bisa naik sepeda sendiri di usia 3 tahunan. Kalau bisa dirangkum, ada beberapa poin penting yang mungkin bisa jadi tips bagi orang tua yang pengen mengajari anaknya naik sepeda:

  1. Tahap sepeda roda 3 merupakan tahap mengenal sepeda, belajar mengayuh, serta belajar mengendalikan sepeda (mengendalikan stang, mengerem, dll)
  2. Kalau punya budget lebih, beli atau sewa balance bike lebih baik
  3. Balance bike sangat membantu anak untuk belajar menyeimbangkan diri di atas sepeda
  4. Beli sepeda yang sesuai ukuran badan anak
  5. Lebih baik membeli sepeda secara offline agar kita bisa melihat bentuknya (ukuran, model, dll) dan anak bisa mencobanya terlebih dahulu
  6. Langsung copot roda bantuan setelah anak bisa menyeimbangkan diri dalam bersepeda
  7. Semangati si kecil dan tumbuhkan rasa percaya dirinya dengan berbagai cara. Khusus untuk Aqsa, menyemangati dan menumbuhkan rasa percaya dirinya dengan bersepeda bersama
  8. Awasi terus si kecil saat belajar bersepeda dan beritahu dia soal berbagai peraturannya saat naik sepeda
  9. Bersepeda bersama teman apalagi yang seumuran membantu si kecil buat menumbuhkan semangat, motivasi, dan rasa percaya dirinya
  10. Cari tempat khusus yang luas untuk bersepeda bersama si kecil

Ada lagi yang bisa ditambahkan?

Sejauh ini saya bersyukur banget Aqsa udah bisa naik sepeda roda 2 sendiri. Tugas saya dan suami sekarang adalah mengawasinya dan memberikan pakem-pakem yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat bersepeda termasuk batas sampai mana Aqsa boleh sepedaan di sekitar rumah. Karena kalau tidak, anaknya suka ucul alias lepas sendiri, haha.

Semangat bersepeda buat para orang tua dan si kecil yang sedang bekerja sama buat belajar naik sepeda roda 2, ya.

 

1 Comment
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023