Pandemi, di rumah aja, dan sama anak umur 2 tahun yang sedang menata emosi itu bikin pengen keluar rumah. Ini antara ibunya yang pengen keluar rumah atau anaknya.
Ya, intinya bikin pengen refreshing sih. Apalagi pandemi udah hampir ulang tahun nih. Hasrat nahan-nahan biar nggak keluar rumah udah kayak bisul yang mau pecah.
Memang sih pas pulang kampung 2,5 bulan kemarin saya dan Aqsa sering keluar rumah buat main di luar ruangan. Tapi itu kan di kampung halaman yang mana rumah jaraknya jauh-jauh, tidak ada kerumunan, dan banyak ruang terbuka hijau. Tapi begitu sampai di Jakarta lagi, kami ya di rumah aja. Kalaupun pengeeenn banget keluar paling cuma keliling naik mobil atau drive thru keliling McD biar nggak bosan.
Yang paling sulit beradaptasi mungkin adalah Aqsa.
Beberapa kali saya izinkan dia buat main ke rumah tetangga atau mengajak teman-temannya main ke rumah, tapi dengan catatan tidak setiap hari. Selain biar Aqsa lebih terkontrol mainnya juga saya masih takut karena kan nggak tahu gimana keluarga teman-temannya menerapkan protokol kesehatan di rumah. Padahal teman-temannya juga tetangga satu cluster kami. Tapi tetap saja, beda rumah pasti ada perbedaan dalam menyikapi corona dan pandemi ini.
Kadang Aqsa juga suka kabur kalau pintu pagar terbuka atau malah teman-temannya yang pada suka nyelonong masuk. Ya gimana, susah bikin anak usia 2 tahun yang harusnya main di luar dan berinteraksi sama banyak teman harus stay di rumah terus. Terus-menerus dikasih gadget pun nggak mungkin, kan? Maka segala cara kami kerahkan biar dia tetap mau di rumah aja atau bahkan anteng main sendiri (sehingga ibu dan ayahnya bisa ngerjain kerjaan juga).
1. Bermain peran di rumah
Sejak covid melanda, saya putar otak banget di rumah. Apalagi pas awal-awal nggak ada persiapan sama sekali buat Aqsa. Bekal dia di rumah aja cuma buku-buku yang memang sudah sering saya belikan bahkan sebelum dia lahir. Karena mati gaya, akhirnya saya mencoba bermain peran sama dia sebagai penjual buku. Bukunya saya gantung di tali. Aqsa berperan sebagai penjual dan saya pembeli. Lumayan juga permainan ini buat menyita perhatiannya biar dia nggak bolak-balik pergi ke ayahnya yang sedang kerja. Bermain peran ini juga kerasa banget manfaatnya buat menambah kosakata Aqsa yang saat itu masih minim banget.
2. Bermain air
Aqsa suka banget bermain air dalam berbagai versi, mulai dari main air becekan, main hujan, ikut cuci motor/mobil, ikut mengepel lantai, bahkan sekedar obok-obok air. Kalau saya lagi spaneng pengen me time sementara Aqsa pengennya lagi nempel mulu sama ibunya, tinggal saya kasih selang air dan cuci motor aja, wuiiihh senangnya bukan main meski basah kuyup. Biasanya saya biarkan dia 30 menit main air dan kalau sudah basah kuyup tinggal ganti baju atau mandiin aja. Saya pun bisa me time sebentar, Aqsa juga senang main air.
3. Beli kolam renang untuk berenang
Karena saking sukanya Aqsa main air, akhirnya kami belikan dia kolam renang portable yang bisa buat main air sepuasnya plus luas arenanya daripada harus duduk di bak atau ember yang sempit. Kalau sudah berenang, Aqsa suenangnya bukan main. Apalagi pas dikombinasikan sama slider/perosotan saat kami sewa mainan, wuiihh makin-makin senangnya. Biasanya Aqsa susah buat selesai kalau sudah berenang, sementara itu kami juga membatasi paling hanya 30 menit waktu berenang dan main air karena takut masuk angin. Kalau sudah berenang, kami pun harus bujuk dia supaya mau udahan.
4. Membaca buku
Mau pandemi atau nggak, dibacain buku adalah salah satu hal yang paling Aqsa suka. Soalnya dari dia kecil banget sudah diakrabkan sama buku dan dibacakan buku saat dia mau tidur. Alhasil, hingga usianya 2 tahun, buku adalah teman akrabnya. Biasanya saya yang paling sering membelikan Aqsa buku karena saya juga suka baca buku, kalau ayahnya lebih sering membelikannya mainan. Nah, untung banget sebelum pandemi kemarin kami sekeluarga sempat-sempatin ke BBW di ICE BSD dan borong banyak buku. Alhasil, buku-buku itu jadi ´senjata´ buat kami untuk bikin Aqsa betah di rumah saat pandemi.
5. Main sensory play
Aqsa adalah anak yang jarang main sensory play karena sebenarnya dia susah buat duduk anteng dan main mainan yang kecil-kecil. Dulu saya sering sediain dia biji-bijian atau beras buat main sensory play dan melatih motorik halusnya, tapi dia lebih senang gedebukan. Kemudian saya menyimpulkan kalau dia memang lebih suka berkegiatan fisik atau yang berhubungan dengan bahasa kayak membaca atau mengenal huruf.
Nah, akhir-akhir ini saya coba belikan dia mainan sensory play dengan tanpa ekspektasi, kalau senang ya udah, nggak ya nggak apa-apa. Dan ternyata responnya senang banget. Dia bisa main water beads sendirian dan lama padahal cuma ambilin water beads dengan saringan. Dia juga mau buat main salju-saljuan yang teksturnya benyek, yang mana dulu dia ogah pegang. Sekarang pun dia udah mau main biji-bijian walaupun end up-nya teteup ya disebar-sebar kemana-mana. Tapi ini termasuk kemajuan buat saya dan Aqsa.
6. Sewa mainan
Sewa mainan adalah jalan ninjaku buat mengobati kebosanan Aqsa!
Akhir tahun kemarin di saat semua orang pada liburan dan kami memutuskan tetap di rumah saja, untuk mengurangi kebosanan Aqsa yang kasihan nggak bisa kemana-mana kami pun sewakan dia mainan. Sebenarnya ide sewa mainan ini sudah ada jauh sebelum kami pulang kampung, tapi banyak jasa sewa mainan yang stoknya kosong. Untungnya pas akhir tahun kemarin ada salah satu jasa rental mainan yang pas banget punya slider/perosotan menganggur, prokesnya bagus, murah, dan gratis ongkir. Setelah sewa mainan, Aqsa senangnya bukan main apalagi dia senang banget perosotan. Setelah slider dikembalikan, kami putuskan buat menyewa mainan lagi yaitu Yaya School Bus with Slider dan alhamdulillah dia juga senang dan betah di rumah.
7. Berlatih menggunting kertas
Ini kegiatan yang sepele banget tapi ternyata mengundang perhatian Aqsa.
Aqsa sebenarnya masih kurang suka sama kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus, makanya saya kenalkan satu per satu secara perlahan, termasuk menggunting kertas. Dia memang senang memegang gunting tapi kadang kurang diarahkan dan khawatirnya malah buat gunting benda-benda yang nggak seharusnya. So, saya arahkan dia buat guntingin kertas pelan-pelan saja. Aqsa juga masih kaku pegang gunting, bahkan masih pegang dengan 2 tangan. Itu pun pakai gunting kuku dia yang kecil. Alhamdulillah beberapa kali bermain menggunting kertas, lama-lama tangannya terbiasa juga. Walaupun dia masih pakai 2 tangan buat memegang gunting tapi sudah nggak kaku lagi saat menggunting saja sudah progress yang luar biasa buat kami.
8. Bermain hujan
Yang terakhir ini terjadinya spontanitas. Sebenarnya Aqsa suka bermain becekan atau dia memang biasa pakai sepatu boots dan payung saat gerimis tapi for the first time kemarin-kemarin Aqsa nyobain beneran hujan-hujanan pas hujan deras. Hujan-hujanannya pun cuma di depan rumah dan ditemenin sama ayahnya biar asyik. Hujan-hujanan ini ternyata bikin Aqsa nagih dan setelah itu ketika ada hujan Aqsa pengen main hujan lagi. Biar nggak sakit, saya membatasi hanya boleh bermain hujan 30 menit setelah itu mandi air hangat dan dibalurin pakai minyak telon yang banyak. Alhamdulillah, so far bermain hujan jadi kegiatan yang bikin Aqsa betah di rumah. Kalaupun keluar ya literally keluar rumah dan hanya di depan untuk hujan-hujanan.
Selain beberapa kegiatan di atas, masih banyak kegiatan lainnya yang membuat Aqsa betah di rumah seperti membantu saya masak, bikin cincau bersama, atau membantu pekerjaan lain seperti isi air di teko, mengepel lantai, atau bantuin saya masuk-masukin baju yang sudah dilipat ke lemari. Pokoknya banyak kegiatan yang coba saya lakukan biar Aqsa nggak bosan dan yang paling penting adalah nggak menghabiskan waktu berlama-lama di depan gadget (handphone, laptop, atau komputer).
Kadang saya juga sering kehilangan ide buat menghabiskan waktu dengan kegiatan apa lagi nih dengan Aqsa. Alhasil, jadinya larinya ke gadget lagi gadget lagi, biar sayanya juga ada jeda dan waras. So, kalau kalian yang baca tulisan ini punya ide lain untuk membuat anak sibuk saat di rumah aja, silakan banget buat komen di kolom komentar ya.