Yang paling menyedihkan dari ibu pasca-IUFD adalah tentang asi. Ya asi, air susu ibu atau aku sering memelesetkannya jadi Azka sayang ibu. Di saat banyak kaum ibu di luar sana bekerja keras sekuat tenaga untuk memerah asinya, tapi aku justru membuangnya. Membendungnya agar jangan terus menerus keluar.
Pascamelahirkan pasti diikuti oleh keluarnya asi. Walaupun baru enam bulan usia kandungan, tapi ternyata asi sudah mulai keluar. Rasanya sakit, sakit sekali. Payudara bengkak dan kencang. Lebih sakit lagi karena air susu yang melimpah tapi tak ada bayi yang menyusunya, yang seharusnya membutuhkannya.
Aku jadi membayangkan betapa kejamnya ibu yang tidak memberikan asi pada bayinya, apalagi karena cuma faktor tidak telaten atau karena takut bentuk badan atau payudaranya rusak. Sungguh, ia menyiksa diri sendiri dan bayinya. Menghalangi sang anak untuk memperoleh makanan sehat yang seharusnya menjadi haknya.
Sementara aku? Harus berjuang supaya asi tidak melulu keluar. Minum semacam obat hormon untuk menambah kadar estrogen dalam tubuh. Asi bahkan tak boleh dikeluarkan karena justru akan menambah banyak asi yang keluar dan menjadi alat KB natural. Jadi dengan begitu, sama halnya aku seperti orang menyusui yang melakukan KB alami sehingga program hamil selanjutnya justru akan semakin lama. Padahal aku bisa saja mendonorkan asi ini buat bayi-bayi kelaparan di luar sana. Tapi terpaksa tidak bisa…
Ibu sayang Azka :*