Hidup memang tidak bisa jauh-jauh dari pertanyaan. Bahkan terkadang pertanyaan yang membuat hidup semakin penuh tekanan. Beberapa hari yang lalu seorang teman curhat kepada saya tentang betapa tertekannya dia yang berulang kali ditanya “Sudah isi belum?” atau “Sudah hamil belum?” padahal pernikahannya baru beberapa bulan. “Ngga lagi-lagi tanya begitu deh sama orang yang udah nikah,” begitu katanya setelah merasakan sendiri. Nah kan…
Terkadang pertanyaan yang disampaikan orang ringan, tapi jawabannya berat. Pertanyaannya gampang, tapi jawabannya yang susah. Apalagi orang yang bertanya kadang tidak peka dan yang diberi pertanyaan kadang terlalu sensitif. Atau orang hanya ingin basa-basi tapi tak pernah lihat kondisi dan situasi. Beberapa pertanyaan yang bisa membuat haru biru di antaranya:
- “Kapan lulus?” (bagi yang sudah tujuh tahun kuliah, lima kali ganti topik skripsi, dan tiga tahun mengerjakan skripsi nggak kelar-kelar)
- “Kerja dimana sekarang?” (bagi yang baru lulus tapi belum dapat kerja, pengangguran menahun, memilih pekerjaan mulia sebagai ibu rumah tangga, atau berjiwa enterpreneur yang nggak selalu harus menggantungkan bekerja sama orang lain)
- “Kapan nikah?” (bagi yang jomblo menahun, sudah pacaran bertahun-tahun tapi belum ada tanda-tanda, atau usia sudah menyundul kepala tiga)
- “Udah isi belum?” (bagi yang baru juga nikah masih mau menikmati berdua atau sudah nikah bertahun-tahun tapi belum juga hamil padahal yang tanya nggak pernah tau seberapa besar effort buat TTC)
- “Kapan bikin adek buat si kecil?” (baru juga tiga bulan yang lalu melahirkan, caesar pula)
- dan seterusnya, dan seterusnya
Saya sih sudah kebal dengan beberapa pertanyaan tertentu. Dari mulai mewek nangis bombay sampai akhirnya cuma ketawa saja. Atau kadang kalau ada yang bertanya “Udah hamil lagi belum?” saya jawab sambil bercanda “Coba menghadap Allah dulu sana, tanyain saya kapan hamil laginya?”. Memang pertanyaan kadang berasal dari orang yang bener-bener kepo, mau bikin drop, atau hanya sebatas basa-basi. Yang pasti sangat sedikit kandungan nilai perhatiannya.
Dari situ saya belajar, bahwa tak perlu terlalu serius menanggapi orang yang juga tak serius-serius amat bertanya sama kita. Tak perlu menghindari pertanyaan, toh hidup memang akan selalu penuh dengan pertanyaan. Saya juga yang pekerjaannya selalu lekat dengan pertanyaan, tak selalu menanggapi serius jawaban dari narasumber saya. Intinya, kita bisa merasakan pertanyaan mana saja yang bisa dianggap dan dijawab serius dan mana yang dibiarkan dibawa angin berlalu.
Intinya, hidup akan selalu penuh pertanyaan. Eh, konon katanya setelah mati juga masih ada pertanyaan, pertanyaan dari malaikat di alam kubur.
Nah kan…
-jawzq-
*gambar dari sini