Drama Tabrakan Mobil hingga Menginap di Airy Rooms Kuta Indah Hotel

Drama Tabrakan Mobil hingga Menginap di Airy Rooms Kuta Indah Hotel

Hari terakhir di Gili Trawangan saya habiskan buat keliling pulau menggunakan sepeda bersama Cenie. Empat hari tiga malam rasanya masih kurang. Tapi sayang banget kan kalau jatah liburan 6 hari hanya dihabiskan di Gili Trawangan. Padahal Lombok menyimpan banyak banget tempat wisata yang keren. Mungkin sebulan di sana baru deh puas dan bisa mengeksplore semua destinasi wisata.

Pagi itu sekitar pukul 10.00 saya sudah berkemas untuk check out dari penginapan. Kami akan meninggalkan Gili Trawangan sekitar pukul 11.00 menaiki kapal motor dari dermaga Gili Trawangan menuju Pelabuhan Bangsal di Lombok.Sebelum check out, saya masih sempat sepedaan keliling Gili Trawangan di pagi hari sama Cenie sambil berburu matahari terbit dan foto di beberapa spot.

(Baca juga: Kisah ‘Mengejar Matahari’ di Gili Trawangan)

pagi hari di Gili Trawangan yang masih sepi
menyempatkan bersepeda pagi di Gili Trawangan

Setelah check out, saya dan Cenie kemudian berjalan kaki menuju dermaga. Satu hal yang saya syukuri adalah bawaan yang nggak beranak-pinak. Tahu sendiri kan kadang kalau traveling bawaan bisa beranak-pinak karena oleh-oleh. Untungnya traveling kali ini saya sudah berkomitmen meminimalisir oleh-oleh biar nggak ribet bebawaan.

Kami sampai di Dermaga Gili Trawangan sekitar pukul 11.00. Sudah banyak orang disana yang sama-sama ingin menyeberang ke Pelabuhan Bangsal. Tiket menyeberang adalah Rp 15.000 per orang. Kapal yang dinaiki adalah kapal motor. Kapal itu selalu ada tiap hari dengan jadwal keberangkatan dari pukul 07.00-16.00. Tak lama setelah kami membeli tiket, kapal pun datang. Hanya perlu waktu sekitar 35 menit untuk menyeberang dari Gili Trawangan menuju Pelabuhan Bangsal. Beruntung siang itu cuaca cerah dan perjalanan kami lancar.

(Baca juga: Mewujudkan Mimpi yang Tertunda ke Gili Trawangan)

Tragedi Tabrakan Mobil yang Bikin Shock

Saya tiba di Pelabuhan Bangsal sekitar pukul 12.00 lebih. Saya dan Cenie sebenarnya masih bingung mau melanjutkan perjalanan ke Kuta Lombok naik apa. Sampai pelabuhan banyak rental mobil yang menawari kami. Harganya juga WOW banget bahkan si supirnya sampai ngikutin kami terus. Sambil mikir, Cenie pun beli kacamata dulu karena sunglasess-nya ketinggalan di tempat diving. Selesai beli kacamata, kami pun menuju semacam kafe yang masih berada di area Pelabuhan Bangsal biar nggak diikutin melulu oleh para supir mobil rental.

Beruntung saat di dalam kafe, pemilik kafe menawari kami shuttle menuju Kuta. Shuttle yang ditawarkan di bayangan saya adalah seperti mobil travel. Eh ternyata apa yang saya bayangkan salah. Shuttle ini ya mirip rental mobil namun dengan sistem sharing. Per orang sudah ada tarifnya berdasarkan tujuan masing-masing. Saat itu saya membayar Rp 110.000 untuk menuju Kuta Lombok.

Baca Juga:   Book Review: Rudy, Mengungkap Sisi Lain Sang Visioner

Dari yang awalnya santai karena sedang menikmati makanan, tiba-tiba pemilik rental bilang sama kami shuttle-nya sudah mau berangkat dan menyarankan makanannya dibungkus saja. Saking buru-burunya, kami jadi lupa bayar makanan, huhuhu. Maafkan ya Pak, habis diburu-buru sih. Oh ya, si bapak pemilik shuttle ini juga yang punya cafe.

(Baca juga: Sulitnya Cari Makanan yang ‘Nyetel’ di Lidah di Gili Trawangan)

Saya dan Cenie satu mobil dengan bule perempuan yang sedang backpacker dari Perancis. Hanya kami bertiga dengan satu supir di dalam mobil. Kami semua akan didrop di Kuta Lombok, hanya beda tujuan. Si bule Perancis (yang saya lupa namanya) di drop di Central Kuta sementara saya di Kuta Indah Lombok Hotel. Perjalanan kami tempuh selama 2 jam dari Pelabuhan Bangsal menuju Kuta. Jalan yang ditempuh pun menembus bukit berkelok-kelok dan beberapa titik masih belum halus. Bahkan di perbukitan kami masih bisa melihat monyet yang berkeliaran di pinggir-pinggir jalan.

Saya dan Cenie sempat berbincang dengan bule Perancis tersebut yang ternyata belum punya penginapan di Kuta. Ia sempat searching beberapa tempat dan ada satu tempat yang ditaksir oleh dia. Setelah sampai di kawasan Kuta, si bule itu meminta driver untuk mengantarkannya ke penginapan yang akan ia tuju. Sayangnya, letak penginapan jauh dari Kuta dan di dekat perbukitan arah ke Pantai Tanjung Aan. Driver shuttle bilang bahwa tempat itu rawan pada malam hari. Maka si bule pun mengurungkan niatnya dan kami balik arah menuju daerah pusat Kuta Lombok.

Beberapa kali si bule sempat bingung pengen menginap dimana. Driver rental pun jadi keder karena harus putar balik. Hingga di satu titik si bule menunjuk sebuah arah dan mobil sudah kebablasan sedikit. Bukannya putar balik, driver malah ingin mundur saja. Memang jalanan di Kuta Lombok sangat sepi tapi sekalinya ada kendaraan jalannya lumayan kencang. Karena mungkin sudah keder bolak-balik dan juga lengah, saat mundur terdengar suara kencang.

“Braakkk”

Mobil menabrak sebuah motor.

Yang ditabrak adalah seorang bule perempuan yang sedang naik motor. Menurut orang-orang di sekitar, yang salah ya driver rental karena orang sekitar sudah memperingatkan kalau di belakang ada motor tapi driver nekat mundur. Sementara pengakuan driver, ia melihat spion dan nggak lihat ada motor di belakang. Saya sendiri malah lieur, nggak tahu juga mana yang benar karena nggak ngeh kalau ada motor di belakang. Waktu itu saya lagi mainan hape jadi nggak ngeh.

Baca Juga:   Rekomendasi Wisata Kuliner Semarang Antimainstream

Yang banyak berinteraksi sama si bule ya Cenie. Tapi yang ada saya malah deg-degan banget saat itu. Shock sih lebih tepatnya Apalagi si bule yang ditabrak mengumpat dan kesakitan walau tak ada luka lecet. Sumpah saat itu awkward banget dan bingung mau ngapain. Kayaknya si bule yang ditabrak juga nggak lancar berbahasa Inggris. Tak lama setelah ditabrak, teman si bule pun datang.

Akhirnya saya dan Cenie bilang ke si bapak driver untuk membawa si bule yang ditabrak ke klinik saja karena dia kelihatan kesakitan. Saya, Cenie, dan bule Perancis yang di dalam mobil pun berinisiatif untuk menurunkan barang-barang karena tujuan kami sudah dekat dan bisa dijangkau dengan jalan kaki. Saya masih shock banget tapi nggak bisa mikir saat itu harus berbuat apa. Akhirnya driver dan mobil pun putar balik membawa bule korban tabrakan ke klinik sementara saya mengantarkan si bule Perancis ke sebuah penginapan, say goodbye, dan berjalan menuju penginapan kami di Kuta Indah Lombok Hotel.

Menginap di Airy Rooms Kuta Indah Lombok Hotel

Letak Kuta Indah Lombok Hotel tak jauh dari pusat keramaian di Kuta. Jaraknya mungkin sekitar 500 meter. Dari tempat saya tabrakan malah jaraknya lebih dekat yaitu sekitar 100 meter. Saat masuk ke Kuta Indah Lombok Hotel saya dan Cenie disambut dengan musik khas Bali dan tariannya. Bukan, bukan buat menyambut saya dink musiknya tapi buat menyambut rombongan tamu yang akan makan siang di resto hotel. Pas rombongan tamu datang, pas saya juga datang jadi berasa disambut juga, hahaha #nebeng.

Moving ke Lombok kali ini saya dan Cenie tetapkan untuk eksplore daerah Lombok Tengah tepatnya di sekitaran Pantai Kuta. Tadinya saya sempat bingung antara mau di sekitar Senggigi atau Kuta. Namun akhirnya setelah pikir-pikir panjang kami memutuskan untuk menjelajah di sekitar Pantai Kuta saja. Dan untuk mendukung penjelajahan kami kali ini, saya pun memutuskan menginap di Airy Rooms Kuta Indah Lombok Hotel.

Baca Juga:   Natur-E Face Mist, Si Mungil Teman Setia saat Traveling

Airy Rooma Kuta Indah Hotel dipilih selain karena harganya yang miring tetapi juga karena tempatnya yang strategis dan juga terlihat bagus di fotonya. Iya, saya memang jatuh cinta pas lihat fotonya. Di foto, saya lihat ada kolam renangnya. Yah, walaupun kemungkinan besar saya nggak akan berenang tapi kalau lihat ada kolam renang adem aja gitu bawaannya. Rasanya pengen nongkrong di pinggirannya sambil santai. Dan ternyata apa yang saya lihat di galeri foto Airy Rooms nggak beda jauh dengan kenyataannya.

Airy Rooms Kuta Indah Lombok Hotel terletak di Kuta Indah Lombok Hotel, hotel yang menurut saya sudah tua tapi masih tetap terurus bagus. Sampai di hotel, kami pun diberikan kamar double bed persis di samping kolam renang. Pemandangan depan kamar kami adalah kolam renang. Saya kegirangan lihatnya karena ternyata tempatnya nyaman, seperti paviliun dengan fasilitas kursi di depan kamar. Sementara Cenie lebih girang lagi karena dia bisa melepaskan hasrat cuci mata sama cowok-cowok bule saat lagi berenang dari dalam kamar. HAHAHAHA.

Seperti layaknya standar kamar Airy Rooms, kamar yang kami tempati pun sangat nyaman dengan fasilitas-fasilitas pelengkapnya. Kamar tidurnya luas walau bangunannya terlihat tidak baru. Di dalam kamar tidur dilengkapi dengan AC, televisi (akhirnya kami ketemu TV juga setelah di Gili Trawangan puasa nonton TV), bantal double (yang satu bantal kecil dari Airy Room), serta wifi (walaupun kadang wifinya suka log out sendiri tapi lumayan kencang kok). Sementara ammenities di kamar Airy Rooms adalah pouch berisikan perlengkapan mandi serta cemilan dan air mineral.

Sejauh saya dan Cenie menginap, pihak hotel juga sangat kooperatif. Pernah suatu kali closet di kamar mandi mampet flush airnya. Ketika kami bilang saat akan pergi keluar, closet pun sudah normal kembali saat kami balik ke kamar. Sementara untuk sarapan pagi, sistemnya adalah dengan memesan menu alias bukan prasmanan. Selain bisa makan di restoran hotel, sarapan juga bisa diantarkan ke kamar.

Selama 3 hari 2 malam di Kuta Indah Lombok Hotel, saya dan Cenie berhasil menjelajah banyak tempat dan dapat wejangan dari beberapa orang yang kami jumpai. Apa saja tempat yang berhasil saya jelajahi dan wejangan yang kami dapat? Tunggu di postingan selanjutnya ya.

 

 

7 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023