Sejak pandemi tiba hingga Bulan Oktober, saya blass nggak pernah makan di restoran lagi. Kalaupun beli makanan di luar, biasanya saya bawa pulang karena masih takut. Padahal dulu biasanya kami sekeluarga makan di luar saat weekend. Kadang kalau Aqsa sudah nggak doyan makan, makan di luar juga jadi sarana refreshing-nya walaupun kadang hanya makan di McD. Segalanya memang berubah sejak corona.
Namun ketika pulang kampung dan periode isolasi mandiri kami sekeluarga sudah selesai, kami mencoba memberanikan diri buat makan di restoran. Syaratnya adalah restorannya menyediakan ruang yang terbuka, ada tempat cuci tangan, dan tidak pada hari libur. Dengan tetap memperhatikan segala protokol kesehatan, akhirnya saya memutuskan buat makan bersama keluarga suami di sebuah restoran yang cukup terkenal di kampung halaman yaitu Bogowonto 77 Resto & Cafe.
Sebenarnya, ide buat makan di Bogowonto 77 Resto & Cafe ini digagas sama bapak mertua saya sih. Kemudian idenya saya iyain sama suami hitung-hitung sekalian merayakan ulang tahun saya dan Aqsa. Jadilah kami sekeluarga makan di Bogowonto 77 Resto & Cafe Hari Jumat saat itu, biar nggak rame dan ketemu kerumunan orang. Alhamdulillah, pas sampai di tempat makannya emang nggak banyak orang yang lagi makan.
Sesuai namanya, Bogowonto 77 Resto & Cafe letaknya persis di samping Sungai Bogowonto, Purworejo. Alamat lengkapnya ada di Desa Jogoboyo RT 02 RW 03, Purwodadi, Purworejo. Gampangnya, jika kita melewati Jl Daendels ke arah Yogyakarta, tepat sebelum jembatan besar sungai Bogowonto terdapat jalan masuk di sebelah kanan jalan. Dari jalan masuk, kita harus menempuh sekitar 300m, melewati kantor dan dermaga BPBD untuk akhirnya sampai di resto.
The Place…
Awalnya, saya mengira Bogowonto 77 Resto & Cafe berkonsep restoran keluarga layaknya resto-resto lain yang sudah pernah saya kunjungi. Tapi pas saya sampai sana ternyata perkiraan saya sedikit salah. Bogowonto 77 Resto & Cafe berkonsep restoran keluarga semi kafe. Kenapa saya bilang begitu?
Begitu turun dari mobil, saya disuguhkan dengan pemandangan ruangan layaknya kafe-kafe kekinian di kota besar dengan bangku-bangku moderen yang berbahan baku daur ulang barang bekas seperti drum minyak, tembok-tembok bercat instagramable, dan meja kasir layaknya kafe kopi kekinian. Yup, ternyata resto ini juga menyediakan menu kopi kekinian dan camilan-camilan ringan yang biasa ditemui di kafe-kafe kopi masa kini.
Sementara itu, di bagian depan resto juga terdapat tempat makan berkonsep outdoor. Tempat makan yang ini persis bersebelahan dengan Sungai Bogowonto. Dari tempat makannya, kita bisa langsung melihat derasnya arus sungai yang langsung bermuara ke Laut Selatan. Jadi, selain bisa melihat Sungai Bogowonto, kita juga bisa melihat besarnya deburan ombak Pantai Selatan.
Sisi yang satu ini sebenarnya menarik untuk ditempati. Bayangin aja, makan dan ngemil sambil diiringi angin sepoi-sepoi, deburan ombak, dan aliran air sungai. Tapi di sisi lain, tempat makan yang satu ini sangat nggak recommended buat yang punya anak kecil seusia Aqsa yang sedang aktif-aktifnya. Selain karena berbatasan sama Sungai Bogowonto yang arus dan dalamnya nggak main-main, tempatnya hanya dibatasi pagar sederhana. Belum lagi kalau hujan deras, rawan tampias alias kena cipratan air hujan. Tapi kalau untuk berdua atau hanya untuk orang-orang dewasa yang akan makan, tempat ini menyenangkan sekali.
Tempat makan selanjutnya ada di lantai 2. Nah, di lantai 2 ini baru kelihatan konsepnya seperti resto keluarga dengan meja dan kursi makan khas restoran keluarga. Di lantai 2 ini juga terdapat dapur yang berkonsep open space. Jadi, pengunjung bisa melihat langsung pelayan dan para koki yang sedang mempersiapkan hidangan. Selain itu, lantai 2 ini juga bisa difungsikan sebagai tempat rapat (terdapat layar untuk kepentingan presentasi), acara keluarga, atau reuni. Dari lantai 2 kita juga bisa melihat pemandangan derasnya Sungai Bogowonto.
Karena punya anak yang lagi aktif-aktifnya, jujur saya agak kewalahan kalau harus makan di resto atau kafe yang ada tangganya karena Aqsa bisa sepanjang kami makan minta naik turun tangga. Begitulah saat di sini. Itu sebabnya buat yang punya anak kecil seusia Aqsa, harus dijaga dengan baik dan jangan sedikit pun meleng.
Karena masih pandemi, restoran ini juga menyediakan tempat cuci tangan baik itu di lantai 1 atau 2. Sementara itu, di lantai 1 juga dilengkapi dengan musala kecil dan juga toilet untuk pengunjung. Bagi yang ingin membawa mobil, Halaman restoran cukup luas dan muat 6 hingga 8 mobil.
The Menus…
Setiap makan, berwisata, nongkrong, atau apapun yang berbau ‘ngota’ atau ‘perkotaan’ di kampung halaman saya, saya nggak pernah memasang ekspektasi yang tinggi. Pasalnya, saya sudah pernah menjajal makanan atau suasana dengan kualitas yang cukup bagus saat di ibukota. Itulah sebabnya, saya nggak pasang ekspektasi tinggi soal menu dan rasa makanan saat makan di Bogowonto 77 Resto & Cafe.
Bogowonto 77 Resto & Cafe menyediakan menu yang lumayan lengkap, dari ayam, ikan, seafood, nasi goreng, cemilan, hingga kopi. Namun, karena saya datang dengan keluarga dan mumpung vibe-nya dekat dengan laut ya kami pesannya seafood aja. Cuma menu Aqsa yang bukan seafood yaitu kentang dan sosis goreng, cemilan favoritnya, karena pas berangkat dia sudah makan siang di mobil.
Biasanya kalau makan seafood sama orang lain kayak teman atau sepupu yang seumuran, kami pesan beberapa menu lalu menunya buat lauk bareng aja gitu. Kali ini karena makannya bareng sama orang tua, jadilah pesannya satu orang satu menu. Suami saya pesan udang blackpepper, bapak mertua pesan udang saus padang, ibu mertua saya pesan nila bakar pedas manis, dan saya pesan premium mix seafood yang di dalamnya berisi seafood lengkap dari udang, cumi, kerang, dan kepiting.
Semua makanan saya cobain. Dari semua pesanan itu yang paling enak sih udang blackpepper pesanan suami saya. Udangnya besar, saus blackpepper-nya enak, dan menyatu dengan makanan meski pernah dalam sekali gigitan saya ‘ketemu’ blackpepper yang masih butiran tapi nggak masalah sih. Sedangkan nila bakar pedas manis yang dipesan ibu mertua saya ya enak tapi buat saya tetap lebih enak udang blackpepper-nya. Nila buat saya enak dibikin apapun mau itu dibakar, goreng, pecak, atau kuah kuning karena pada dasarnya ikannya udah enak dan saya suka. Nilai plusnya dari nila bakar pedas manis ini adalah nggak bau tanah dan pedas manisnya ramah di lidah.
Nah, yang justru bikin saya agak mengernyitkan lidah adalah udang saus padang yang kami pesankan buat bapak mertua saya karena rasanya ternyata manis banget. Sedangkan bumbu saus padang yang saya tahu adalah pedas dengan sedikit sensasi asam. Tapi ini manis kayak udang asam manis. Sebenarnya dari penampakan sausnya saja sudah agak janggal karena biasanya saus padang itu sedikit cair dan berminyak, tapi ini nggak. Bapak mertua saya pun bilang manis banget dan enakan udang blackpepper punya suami saya.
Yang terakhir dan istimewa adalah premium mix seafood yang saya pesan. Saya pesan ini selain karena penasaran dan belum pernah makan premium mix seafood bahkan saat di Jakarta, juga karena harganya murah banget yaitu 75.000 aja. Well, sebenarnya hampir semua menu di sini harganya lumayan murah kalau dibandingkan dengan seafood di Jakarta (ya iyalah!!).
Kepiting yang ada di premium mix seafood ini dengan sangat menyesal saya bilang kecil banget sih. Kayak cuma buat pemanis piringnya, karena nggak bisa yang bisa diambil biar saya udah pecah-pecahin pakai tang di semua bagian. Udangnya lumayan banyak dan enak, sayangnya entah mengapa akhir-akhir ini saya kalau makan udang bibirnya jadi sering gatal dan berakhir sariawan, huhu. Entah yang salah ada di badan saya atau emang seafoodnya yang kurang fresh. Cuminya juga lumayan dan agak chewy. Sedangkan jagungnya masih kerasa sedikit mentah.
Yang paling enak sih kerangnya, aneka kerang lebih tepatnya. Ada beberapa macam kerang di dalamnya, mulai dari kerang darah, kerang hijau, kerang simping, sampai kerang kepah. Dan yang bikin premium mix seafood ini lebih nikmat adalah sausnya yaitu saus padang meski agak kurang pedas. Nah, yang ini baru benar-benar berasa saus padangnya. Oh ya, premium mix seafood ini bisa dimakan buat 2-3 orang ya.
Kalau makanan yang Aqsa pesan sih standar lah ya. Ya gimana lagi rasa french fries dan sosis kan gitu-gitu aja.
Oh ya, saya juga sempat pesan beberapa menu buat dibawa pulang. Sayangnya pengemasan menu buat dibawa pulang ini kurang banget karena semua dikemas pakai kardus kertas, bahkan untuk udang blackpaper sama french fries pun diwadahin kardus. Okelah kalau ikan bakar diwadahin kardus, tapi kalau seafood tanpa dimasukkan dalam plastik dan gorengan yang langsung bulat-bulat dikardusin atulah sausnya keserap di kertas kardusnya, huhu. Semoga next, pihak resto bisa memikirkan kemasan lain yang proper buat bawa pulang makanannya.
The Prices…
Harga makanan dan minuman di Bogowonto 77 Resto & Cafe berkisar antara Rp5.000 hingga Rp75.000, tergantung pesanan. Harga seporsi seafood rata-rata Rp25.000. Sedangkan total saya makan plus yang dibungkus pulang Rp280.000, harga yang cukup murah kalaauuu dibandingkan dengan harga-harga seafood yang sebelumnya pernah saya makan atau dengan harga seafood di ibukota. Namun, kalau dibandingkan dengan standar hidup di Purworejo harga makanan di resto ini lumayan pricey alias mahal. Yah, kalaupun nggak bisa dibilang pricey ya nggak cocok untuk makan sehari-hari.
Kalau ditanya suatu saat pengen ke Bogowonto 77 Resto & Cafe lagi nggak? Saya sih iya tapi pengen pesan menu yang berbeda. Buat saya, dengan harga menu segitu, vibes tempatnya, dan menu sih buat saya lumayan banget. Cuma, nunggu Aqsa udah bisa dikasih tahu buat nggak naik turun tangga sendiri. Saya juga penasaran pengen menikmati makan di gazebo yang bersebelahan banget sama Sungai Bogowonto pas hari cerah.
Jadi, buat yang sedang melintasi atau lagi liburan di Purworejo bisa dicoba makan seafood murah meriah dengan pemandangan sungai dan laut di Bogowonto 77 Resto & Cafe.