Setelah melewati masa jeda 5 tahun dari menikah hingga akhirnya benar-benar menjadi orang tua dengan punya anak yang sehat dan selamat, saya jadi mengerti benar kenapa Tuhan kasih jeda 5 tahun itu. Dulu, 5 tahun itu nggak pernah saya syukuri. Dulu, 5 tahun itu selalu saya keluhkan. Dulu, 5 tahun itu waktu yang dirasa lamaaa sekali buat saya dan suami. Dulu 5 tahun itu, dilewati dengan penuh keluhan dan pertanyaan ´Kenapa saya nggak kunjung punya anak?´.
Tapi sekarang berbeda…
Saya justru mensyukuri jeda 5 tahun itu karena banyak hal justru bisa dilalui dan mematangkan saya dan suami hingga akhirnya benar-benar sampai tahap menjadi orang tua. Saya bersyukur karena 5 tahun itu saya masih sempat kerja dan jalan-jalan. Suami bersyukur karena 5 tahun itu dia bisa membangun karirnya dan ikut di banyak project yang sesuai dengan profesinya sebagai programmer. Kami beruntung, 5 tahun itu sempat menghabiskan waktu ´pacaran´ berdua hingga memiliki aset untuk pemenuhan kenyamanan anak seperti rumah, berbagai perabotan, hingga mobil.
Lima tahun pula ternyata tanpa disadari jadi pendewasaan sikap bagi kami baik itu sebagai pribadi maupun sebagai seorang pasangan suami istri. Saya yang oversensitif dan suka ngambekan, sementara suami yang kelewat cuek dan nggak peka. Semuanya berproses dan berubah ke arah yang lebih baik lagi. Kami beruntung karena 5 tahun itu bukan hanya menjadi lebih baik tetapi juga lebih kuat baik itu secara emosi, fisik, dan mental. Karena buat kami…
Jadi Orang Tua Kudu Kuat
Artikanlah kalimat ini secara harfiah. Iya, harfiah banget karena jadi orang tua memang kudu kuat.
Setelah hampir setahun punya anak dan menikmati perkembangannya, kami, saya sendiri bahkan, menyadari benar bahwa hanya orang-orang terpilihlah yang sanggup menjadi orang tua yang sebenar-benarnya. Nggak harus punya anak dari rahim sendiri, mengurus anak yang bukan anak kandung pun begitu. Karena sejatinya mengurus anak itu ternyata capek dan melelahkan.
Banyak orang yang melihat bahwa memiliki anak itu indah dan melengkapi sebuah keluarga. Apalagi kalau anaknya sehat, lucu, dan menggemaskan. Tapi di balik itu, ada banyak pengorbanan yang memang harus dilakukan. Jam tidur, jam makan, fisik, kesabaran, itu di antaranya. Jadi orang tua itu nggak seindah bayangan. Karena ada banyak drama yang dihadapi.
Fisik yang harus kuat, itu modal pertama untuk jadi orang tua. Dari awal anak lahir saja, ibu harus punya stamina prima untuk mengurus anak. Begitu pun ayah. Lupakan tidur nyenyak sepanjang malam atau malas-malasan bangun siang karena itu jadi hal yang mewah banget ketika kita sudah jadi orang tua. Semakin anak besar, semakin energi pun terkuras. Apalagi ketika anak sudah menjadi aktif. Perhatian kita dituntut lebih apalagi kalau sang anak sudah bisa bereksplorasi dengan lingkungan sekitar.
Saya kasih contoh aja anak saya sendiri. Usia Aqsa yang masih belum 1 tahun aja kadang bikin saya dan suami kelimpungan dan kelelahan. Padahal dia belum bisa jalan lho. Tapi rasa ingin tahu dan kemampuan eksplorasinya untuk mengenal apa yang ada di sekitarnya sangat besar. Anak bayi yang baru bisa dititah tapi pengennya kesana-kemari bisa bikin sang ayah boyoken atau sakit punggung. Belum lagi kalau ia mulai penasaran sama barang-barang di laci lemari, kitchen set, atau lemari baju dan end up bikin keadaan jadi kayak kapal pecah. Secapek apapun setelah seharian main sama dia toh akhirnya tetap harus dibereskan kan? Yah walaupun kalau buat saya, membereskannya pelan-pelan dan seadanya alias nggak rapi-rapi amat.
Itu baru fisik. Belum mental dan emosional. Dari semua fase tumbuh kembang dan drama-dramanya, yang paling menguras mental dan emosi saya dan suami nggak lain nggak bukan adalah drama GTM. Sungguh, drama GTM apalagi selama berminggu-minggu ini membuat saya dan suami kelimpungan. Berbagai resep yang orang rekomendasikan saya coba. Berbagai tip saya terapkan. Saya rela banget kalau disuruh bangun pagi dan masak demi anak. Apapun masakannya dan sepagi apa saya jabanin. Tapi kalau nggak dimakan rasanya ya patah hati.
Kuncinya memang semua kembali ke rasa sabar. Sabar menghadapi bukan hanya GTM, tapi drama-drama yang lain sewaktu punya anak. Hati dan pikiran kudu kuat. Tubuh juga nggak boleh lemah, kudu kuat juga. Karena kalau saya saja sakit, Aqsa udah pasti keteteran, rumah berantakan, dan suami kelimpungan.
Review Bio-Strath Suplemen Alami untuk Keluarga
Bicara soal jadi orang tua kudu kuat, saya jadi ingat postingan seorang teman yang curhat kalau dia lelah sekali fisik dan mental karena mengurus 2 balita. Pengen rasanya saya samperin dan saya peluk, karena kita senasib capeknya. Padahal ini saya baru 1 anak lho. Kebayang kalau 2, 3, atau 4. Makanya salut banget buat para orang tua yang masih berdiri tegak mengurus banyak anak. Saya satu aja tiap hari udah pengen pingsan.
Bayangkan saja, Aqsa anak saya selalu tidur di atas jam 10 malam dan ketika dia melek saya nyaris nggak bisa pegang pekerjaan saya di dunia blogging. Saya baru bisa mengerjakan tugas setelah dia tidur, yang berarti saya harus mengerjakan tugas-tugas di atas jam 10 malam dan biasanya berakhir dini hari. Kalaupun tidak ada tugas, biasanya saya tetap ngedraft untuk rencana postingan atau mengedit vlog. Paginya, saya masih harus bangun paling tidak jam 05.30 untuk salat dan bikin nasi tim untuk Aqsa. Saya yang bukan morning person dipaksa untuk tetap melek buat belanja sayur, masak, dan beberes rumah seperti menyapu atau cuci piring. Ini segini suami saya sudah bantu cuci baju dan nyuapin anak. Plus dengan catatan ini di situasi Aqsa nggak geratakin barang. Kalau dia lagi bereksplorasi mengeluarkan mangkuk-mangkuk dari kitchen set, buang-buangin alat kosmetik dan pouch dari lemari, atau ngeluarin semua baju di lemari pakaian buat diobrak-abrik, maka akan lain lagi ceritanya. Tenaga saya bisa terkuras habis buat beberes saja.
Efeknya, akhir-akhir ini saya jadi sering banget capek badan. Ya pegal lah, punggung sakit lah, dan yang lebih nyebelin lagi adalah jadi gampang flu. Yap, flu karena kurang tidur plus bangun pagi dan ketemu udara dingin. Klop deh. Saya bersin-bersin dan ingusan, nggak lama setelah itu Aqsa pun jadi ketularan bersin-bersin. Baru segitu aja saya merasa sangat bersalah. Akhirnya sebisa mungkin saya nggak dekat-dekat dia dulu, pakai masker, dan menyehatkan diri.
Sampai di sini, udah ngeh kan kenapa jadi orang tua kudu kuat dan harus selalu sehat? Karena ada orang lain yang bergantung sama kita yaitu anak.
Saat udah mau ambruk, segala cara saya kerahkan. Sebisa mungkin saya istirahat saat Aqsa istirahat, minum air putih hangat yang banyak, perbaiki asupan makanan, dan ditunjang dengan suplemen. Pun dengan suami, bebannya juga nggak kalah berat sama saya. Seharian sudah kerja, pulang masih harus main sama anak, dan saat Aqsa tidur harus mengerjakan project dengan salah satu provider besar. Makanya kami harus saling support dan mengingatkan akan kondisi kesehatan masing-masing.
Beruntung banget di tengah berbagai kelelahan yang mendera ini, saya menemukan Bio-Strath. Bio-Strath adalah suplemen vitamin yang bisa banget untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarga. Iya, seluruh anggota keluarga baik itu bayi di atas 6 bulan hingga orang tua, ibu hamil, menyusui, bahkan anak berkebutuhan khusus. Menemukan Bio-Strath ini ibarat menemukan oase di padang pasir. Tahu banget kan kalau busui nggak bisa minum yang macam-macam, hampir se-strict bumil. Makanya pas ketemu Bio-Strath ini saya langsung pengen nyobain. Berikut review Bio-Strath setelah sekitar semingguan lebih saya mencobanya:
Kandungan Bio-Strath
Dalam satu kemasan Bio-Strath terdapat 61 nutrisi, vitamin, mineral, dan zat pembangun yang terbuat dari bahan alami, sehingga dapat dikonsumsi setiap hari oleh semua kalangan dan usia. Nutrisi tersebut berasal dari 13 zat pembangun, 11 vitamin, 19 mineral, dan 18 asam amino. Selain itu, Bio Strath sudah melalui uji klinis dan diklaim terbukti khasiatnya dalam meningkatkan kesehatan serta mengatasi berbagai penyakit.
Dalam proses pembuatannya, Bio Strath melewati tahapan serta proses yang panjang dan teliti. Bio-Strath dibuat dengan menggunakan bahan dasar alami yang diproses melalui pabrik berstandar internasional. Selain itu, proses pembuatan Bio-Strath juga mengikuti pedoman produksi yang ketat membuat kualitasnya terjaga dan dipercaya.
Pada prosesnya, Bio-Strath diproduksi dengan cara memberi makan bakteri baik yang berasal dari buah-buahan segar atau dari yeast berjenis Saccharomyces Cerevisae. FYI, buat yang belum tahu yeast itu apa yeast adalah sejenis jamur yang digunakan dalam industri pangan dan biasanya digunakan untuk membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar, roti dan bir. Setelah diolah sedemikian rupa, hasil terakhirnya yeast jenis ini memiliki sel-sel yang sangat mirip dengan sel tubuh manusia. Dia juga memiliki kemampuan yang unik, yaitu dapat meningkatkan bioavailabilitas (kadar yang diserap dalam tubuh yang akhirnya menentukan kadar efek obat atau suplemen itu) nutrisi dalam tubuh.
Buat saya, buk-ibuk yang biasa berhadapan sama MPASI anak, yeast yang paling familiar adalah nutritional yeast atau yang dikenal sebagai kaldu jamur yang punya kandungan nutrisi baik untuk anak. Yeast dalam pembuatan Bio-Strath ini diberi makan berupa campuran tanaman herbal pilihan dan melewati proses kurang lebih dua bulan lamanya. Tiap herbal yang dipilih pun sudah melewati penelitian panjang dan berguna untuk meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Nggak heran kalau yeast ini masuk sebagai salah satu superfood untuk anak.
Klaim
- All natural atau terbuat dari 100% bahan alami antara lain herbal yeast, pati jagung, sari apel, selulosa, dan silicic acid serta bebas dari zat pengawet, pewarna, dan perasa
- Clinically researched atau sudah melalui uji klinis laboratorium di berbagai universitas dan institut di Swiss dan negara maju lainnya
- Child friendly atau dapat dikonsumsi sejak 6 bulan
- Sudah bersertifikat BPOM dengan nomer POM TI 054 516 501
Kemasan
Bio-Strath diproduksi dalam kemasan khas berwarna biru dan tulisan kuning. Bio-Strath ini tersedia dalam 2 varian yaitu cair dan tablet. Bio-Strath Elixir atau cair memiliki rasa manis dengan kombinasi jeruk dan madu sehingga mudah dikonsumsi oleh anak. Kemasan ini memiliki 2 varian isi yaitu 100ml dan 250ml. Sedangkan Bio-Strath tablet memiliki rasa yang tidak pahit dan mudah hancur dengan cara ditumbuk, dilarutkan, maupun dicampur ke makanan dan minuman. Bio-Strath tablet hadir dalam kemasan 40 tablet dan 100 tablet. Komposisi utama dan manfaatnya pun sama dengan Bio Strath Elixir.
Testimoni Bio-Strath
Testimoni dan review Bio-Strath ini berdasarkan pengalaman pribadi saya yaa..
Awalnya, saya skeptis sama hampir semua jenis suplemen. Selain karena jarang konsumsi suplemen, sebagai ibu menyusui pun harus selektif banget dengan konsumsi segala macam sesuatu ke dalam tubuh. Makanya, daripada salah mendingan nggak usah sekalian.
Tapi lihat klaim manfaat Bio-Strath yang ternyata relate banget sama hidup saya akhir-akhir ini, saya jadi tergoda. Bukan cuma tergoda buat saya aja tetapi juga ke seluruh anggota keluarga. Lha Bio-Strath ini ternyata bisa dikonsumsi oleh busui dan anggota keluarga lain (ayah) sebagai penjaga daya tahan tubuh dan bisa dikonsumsi bayi dengan khasiat menambah nafsu makan. Pas banget buat saya dan suami yang sekarang mudah lelah dan Aqsa yang masih belum sepenuhnya keluar dari drama GTM.
Bio-Strath yang saya konsumsi adalah yang varian tablet. Awalnya karena kemasannya tablet, Bio-Strath ini akan seperti obat. Ternyata, tablet berwarna kuning ini memiliki bau yang khas, bukan bau obat. Kalau saya bisa mengistilahkan, bau tablet Bio-Strath mirip bau nutritional yeast yang Aqsa sering konsumsi. Which is, nutritional yeast ini baunya agak mirip dengan tortilla chips. Jadi bau Bio-Strath di indra saya mengingatkan saya dengan tortilla chips.
Awal mula ´perkenalan´ saya dengan Bio-Strath adalah saat badan mulai pegal dan ngilu serta hidung yang mulai meler pertanda gejala flu. Ini gejala khas banget kalau saya kecapekan, kurang tidur, dan mau sakit. Sudah tahu begitu, saya langsung ´hajar´ dengan banyak minum, istirahat yang cukup, dan konsumsi Bio-Strath sehari dua kali. Setelah 3 hari mengonsumsinya, hasilnya gejala-gejala akan sakit itu hilang blass. Sejak itu saya jadi konsumsi tiap hari, bukan cuma pas mau sakit.
Sadar akan hasil yang sudah dicapai, saya mempengaruhi suami buat minum Bio-Strath juga. Apalagi beliau mengeluh sering capek dan sakit pinggang kalau seharian main sama Aqsa. Setelah saya ceritakan review Bio-Strath ala saya dan dirayu dikit-dikit, akhirnya suami mau juga minum Bio-Strath. Ditunjang dengan menata kembali pola hidup dan minum Bio-Strath, alhamdulillah sampai sekarang daya tahan tubuhnya masih terjaga walaupun kadang kesibukannya padat sekali apalagi jelang raker di kantornya.
Nah, selain saya dan suami, sekarang saya juga sedang mencoba mencampurkan Bio-Strath ke dalam sup yang biasa Aqsa makan karena sudah ada gejala-gejala GTM jilid 2. Cirinya adalah Aqsa makannya sudah mulai susah dan sering disembur-sembur. Semoga dalam beberapa hari ini, nafsu makannya kembali lagi ya. Sambil sayanya juga ganti variasi menunya biar nggak bosan.
Harga dan Tempat Pembelian
Awalnya, karena Bio-Strath ini berasal dari Swiss produknya akan susah dicari di Indonesia. Ternyata produk ini sudah dipasarkan di banyak e-commerce dan marketplace. Di Shopee, Bli Bli, Tokopedia, dan Bukalapak, Bio-Strath sudah tersedia. Atau bisa juga melalui whatsapp langsung ke nomer +62 812-1106-1712 untuk pemesanan produknya.
Jadi para busui atau orang tua yang punya anak dengan segala drama GTM dan sedang aktif-aktifnya, nggak ada salahnya sedia Bio-Strath sebagai suplemen penunjang kesehatan keluarga. Karena selain ´ramah´ dipakai untuk siapapun, khasiatnya banyak, dan yang penting terbuat dari bahan alami.
Pada akhirnya, pelajaran penting menjadi orang tua adalah kurangi mengeluh dan berusahalah menjaga kesehatan fisik dan mental seluruh anggota keluarga karena Pak, Bu, kita kudu kuat untuk anak kita!