Pasang Surut Program Hamil

Pasang Surut Program Hamil

Memutuskan untuk melakukan program hamil merupakan sesuatu yang tidak mudah. Butuh komitmen bersama, butuh persiapan mental, butuh menabung materi secukupnya, butuh kesehatan yang prima, dan butuh ini itu yang lain. Makanya setiap saya bertemu dengan sesama teman yang sedang program hamil, saya selalu support. Kalo mereka butuh info pun, saya tak pelit untuk membagi apa yang saya dapat selama program hamil.

Saya pun terbuka mengakui bahwa iya saya sulit hamil makanya harus pakai jasa dokter untuk program hamil. Karena tak jarang orang yang mau terbuka tentang kondisi kesehatannya. Jarang orang yang mau terbuka kalo dia kena PCO, kalo dia ada penyumbatan, atau kalo suaminya mungkin saja ada masalah sama spermanya.

Bicara tentang program hamil, sama seperti halnya hidup, ada pasang surutnya, ada turun naiknya, ada lelah letihnya. Bahkan banyak pasangan yang akhirnya memilih mengakhiri program hamil karena berbagai alasan. Tak jarang saya mendengar kalimat ‘istirahat dulu deh, udah keluar banyak, sambil pasrah berdoa dan puasa Senin Kamis’ atau ‘lagi istirahat dulu dari dokter, sekarang lagi nyobain pake herbal dulu’. Yang penting jangan berputus asa. Biasanya yang seperti ini terjadi pada mereka yang sudah bertahun-tahun tapi tak jua menghasilkan. Akhirnya berikhtiar saja, pasrah pada Yang Maha Kuasa, dan banyak berdoa. Yang seperti ini pun juga tak salah karena Tuhan kan memang memberikan rezeki anak pada saat yang tak diduga.

Banyak kendala selama menjalani program hamil. Ini bisa terjadi di pihak isteri ataupun suami. Namun pasang surut program hamil yang biasa saya temui bisa dikategorikan karena beberapa kendala, di antaranya:

  • Kendala Finansial

Para pasangan pejuang momongan pasti nggak akan bisa tutup mata sama kendala yang satu ini. Masalah finansial memang menjadi masalah yang sering terjadi yang akhirnya membuat pasang surut program kehamilan. Bayangkan saja berapa pundi-pundi rupiah yang dikeluarkan untuk sekali kontrol, sekali jasa konsultasi dokter khususnya sama dokter obgyn fertilitas, sekali tebus obat atau vitamin, sekali tindakan medis, sekali tes lab. Dan tak ada satu pun asuransi yang meng-cover tindakan untuk program hamil. Kalau dikumpulkan mungkin semua angka di struk pembayaran saya selama program hamil dulu bisa buat beli satu motor. Ya tapi tak apalah, namanya juga usaha.

Baca Juga:   Cerita Program Hamil Ketiga: Menghadapi Berbagai Tes Laboratorium

Kalau perhitungan, angka-angka yang keluar memang kadang ngga masuk akal. Bahkan banyak pasangan yang terpaksa merogoh tabungan rumah atau mobilnya demi program hamil. Apalagi kalau sudah bayi tabung. Bayangkan saja sekali bayi tabung harganya sama dengan mobil second. Itu pun dengan tingkat keberhasilan jauh dibawah 100%. Makanya tak jarang saya menjumpai teman yang sedang rehat program hamil dengan alasan ‘nafas dulu duitnya deh’ atau ‘bentar, lagi nabung lagi’. Saya doakan mereka semua yang program hamil selalu dilancarkan rezekinya. Amiin…

  • Kendala Fisik

Kalau berhubungan dengan program hamil pasti bersentuhan dengan yang namanya fisik, sekecil apapun itu. Apalagi buat yang perempuan, fisik yang prima harus dimiliki selama program hamil. Bayangkan, ‘onderdil’ perempuan yang paling banyak ‘diobok-obok’ selama program hamil. Dari mulai usg transvaginal, ambil darah, belum lagi kalau ada penyumbatan atau masalah hormon pasti tindakan ditujukan sama si perempuan dan rata-rata sakit. Dari hal yang kecil aja, ambil darah, kalau yang takut jarum suntik pasti belum apa-apa kan juga udah panas dingin. Belum lagi kalau ada penyumbatan, masalah hormon, atau masalah lainnya. Saya aja pernah mundur teratur waktu disuruh HSG. Bayanginnya aja udah sakit.

Selama saya program hamil (karena masalahnya di hormon yang tidak seimbang), saya jadi akrab sama yang namanya obat buat hormon, khususnya obat buat nurunin prolaktin. Ngga jarang saya denger sesama teman yang sedang promil dan minum obat hormon khususnya penurun prolaktin jadi mual, muntah, pusing ngga karuan. Saya pun gitu. Selama sebulan pasti ada sehari atau dua hari izin ngga masuk karena mual, muntah, atau pusing kliyengan. Sampe kadang mikir ‘Ya Allah mau punya anak sampe begini amat, sementara yang gampang punya anak disia-siain’. Nah si obat hormon ini juga punya efek samping bikin sensi kayak orang mau dapet haid. Jadi tambah lagi deh tuh gejolak emosi.

Baca Juga:   Living with Uterus Bicornis

Mungkin perjuangan saya belum seberapa jika dibandingkan sama mereka yang harus menempuh HSG, laparoskopi, hidrotubasi, suntik sana suntik sini, dan lainnya. Perkara hanya minum obat pun, kita harus punya ginjal yang kuat biar tuh obat bisa ditampung dengan seksama. Harus banyak minum air putih juga karena konsumsi obat kan otomatis jadi banyak. Kalo buat yang ini satu ini saya selalu berdoa buat saya dan ribuan bahkan puluhan pejuang momongan di luar sana agar selalu sehat.

  • Kendala Psikis

Kalo yang satu ini pasti juga jadi kendala sekecil apapun itu. Dari perkara minum obat hormon aja bisa jadi masalah karena bisa jadi sensi, cepat emosi, dan lain-lain. Belum lagi psikologis yang drop kalau tahu hasil lab ternyata ada yang mengecewakan dari satu atau ke dua belah pihak. Kendala psikis sudah pasti bisa bikin ‘capek hati’ selama program hamil.

Okelah itu yang berasal dari diri sendiri atau faktor kesehatan. Yang berasal dari luar? Wah jangan ditanya, buanyaaakk. Dari yang miris sendiri tiap buka sosial media liat foto bayi, foto orang baru melahirkan, atau foto hamil sampai ke jengkel setiap di tanya orang ‘udah isi?’. Tak semua orang sudah terbuka matanya dan pintu hatinya. Kadang mulut orang memang jadi harimau. Dari yang sekedar orang sepintas lalu sampai keluarga terdekat, dari yang sekedar iseng basa-basi sampai (mungkin saja) bener-bener perhatian. Tiap ketemu jadi nanyain mulu ‘udah isi belum?’ ‘udah hamil belum?’ atau yang lebih jahatnya ‘gimana sih katanya program hamil kok ngga hamil-hamil?’.

Hmmm, tau ngga rasanya ketika ditanya itu? Sakiiittt banget. Sementara ada yang kalo diceritain gimana program hamil kita malah ngeyel sambil ngomong ‘Ah dulu gue hamil juga ngga gitu-gitu amat deh’. Hmmm, kalo ketemu yang kayak begini pengen digetok sekali-kali. Ngana pikir bikin anak segampang bikin kue donat? Jadi bikin drop shaaayy, mengurung diri, dan nangis sendiri di kamar.

Baca Juga:   #CeritaIbu: Tentang Bermain dengan Anak (-Anak)

Jadi intinya, menjalani program hamil tuh ngga mudah. Butuh biaya banyak, fisik yang prima, dan mental yang kuat. Jadi jangan terus-menerus tanyakan ‘sudah hamil belum?’. Namun yang pasti kami selalu tak putus berusaha dan berdoa. Dukung kami, doakan kami. Tak semua orang bisa terbuka dengan usahanya. Jadi tenang saja, kalaupun sudah hamil pastilah kami-kami ini tak akan sungkan berbagi kabar gembira baik secara langsung atau di sosial media.

Tapi tolong, jangan melulu tanyakan dan banding-bandingkan dengan si ini atau si itu. Fisik orang berbeda begitu pula jalan rezekinya. Jadi, doakan dan terus doakan agar kami yang sedang berjuang untuk mendapat momongan bisa terus sehat, kuat, dan berlimpah rezeki. Doakan agar tak putus asa sampai Tuhan mendengar doa kami. Doakan…

-jawzq-

 

0 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023