Satu hal yang saya pengenin dulu saat belum ketahuan hamil adalah ikut kelas hypnobirthing pas udah hamil. Kenapa? Soalnya saya punya trauma yang lumayan berat soal kehamilan dan keguguran. Atas saran dan hasil obrolan dengan seorang teman kerja dulu, saya disarankan mending ikut kelas hypnobirthing kalau hamil lagi buat mengurangi trauma pascakeguguran.
(Baca juga: Trauma Healing Pascakeguguran Berulang)
Pas udah dinyatakan hamil, akhirnya saya niatkan betul browsing soal kelas hypnobirthing ini. Kebetulan suami juga setuju karena mungkin dia juga butuh trauma healing untuk menghadapi kehamilan ketiga saya ini. Sayangnya, waktu itu saya sempat terserang bakteri dan sakit tetek bengek di awal-awal kehamilan. Jadilah pencarian soal hypnobirthing ini dimulai pas usia kandungan hampir 4 bulan.
Banyak yang ikut kelas hypnobirthing saat usia kandungan di atas 5 atau 6 bulan. Sedangkan saya sudah dari awal trimester ketiga mencari info soal hypnobirthing ini. Sounds lebay nggak sih? Aapalagi buang-buang uang jutaan cuma buat kelas 2 kali pertemuan. Nggak kalau kata saya mah. Kami, saya dan suami, butuh dukungan dan afirmasi positif untuk menjalani proses kehamilan penuh kebahagiaan setelah merasakan 2 kali pahitnya kegagalan. Iya, orang yang nggak pernah merasakan 2 kali kegagalan plus susahnya program hamil mungkin nggak akan tahu gimana rasanya.
(Baca juga: FAQ Tentang Program Hamil)
Beruntung, suami saya pernah menangani website sebuah klinik hypnobirthing yaitu Pro-V Clinic. Selidik punya selidik ternyata di situlah Bu Lanny Kuswandi, pakar hypnobirthing Indonesia juga praktik. Nggak pakai ba-bi-bu saya pun memutuskan buat ikutan hypnobirthing sama Bu Lanny aja. Awalnya, saya mau ikutan kelas yang ramean tapi ternyata antriannya udah habis sampai Bulan September. Kelas yang ramean ini adanya cuma Hari Sabtu bertempat di Hotel Diradja atau KMC (Kemang Medical Care). Itu berarti saya bisa ikut kelas sekitar Bulan Oktober atau November. Alamak, keburu brojol diri ini.
Ternyata selain kelas yang ramean ada juga hypnobirthing private class. Kalau kelas private, waktunya lebih fleksibel karena bisa dilakukan di hari-hari biasa di Pro-V Clinic alias disesuaikan dengan jadwal kita. Tapi beda pelayanan tentu beda harga. Kalau kelas yang ramean harganya sekitar Rp 1,6 juta per pasangan, sedangkan kelas privat harganya Rp 2 juta ++ per pasangan. Suami sih lebih setuju yang kelas privat, selain bisa lebih intim, harinya lebih fleksibel, harganya bedanya nggak jauh, yang lebih penting lagi adalah lokasi Pro-V Clinic yang nggak jauh dari kantor suami, selemparan beha ajah.
(Baca juga: Cerita Program Hamil Ketiga: Tip Mempersiapkan Keuangan untuk Program Hamil)
Jadilah saya dan suami booking private class yang diajar langsung sama Bu Lanny. Seharusnya ada 2 kali pertemuan di private class ini, kelas relaksasi yang teori dan kelas praktik (di atas usia 32 minggu). Tapi karena Bu Lanny berbaik hati dan sempat minta tolong suami buat benerin laptopnya, jadilah kelasnya ditambah sekali lagi buat pendalaman materi tentang relaksasi, asiiikkk.
Kelas Relaksasi
Pertemuan pertama kami dengan Bu Lanny diisi dengan pengenalan tentang hypnobirthing dan relaksasi. Sebelum kelas dimulai, saya diperiksa dulu tekanan darahnya, lalu disuruh isi formulir tentang riwayat kehamilan dan kesehatan, serta dibagi goodie bag yang berisi buku Keajaiban Hypnobirthing, modul tentang hypnobirthing, dan 2 pendulum. Pendulum ini gunanya untuk relaksasi.
Perkenalan pertama saya dengan Bu Lanny, kesan yang tertinggal adalah orangnya nice dan keibuan banget. Saya disuruh menceritakan tentang riwayat keguguran dan program hamil saya, termasuk soal antibodi saya yang tinggi yang justru bikin Bu Lanny tertarik dengan hal itu dan tiba-tiba bertanya ¨Kamu pernah ada peristiwa nggak mengenakkan dengan laki-laki?¨
Hmmm, kok Bu Lanny tahu ya. Karena menurutnya faktor antibodi saya ke sperma tinggi karena pernah ada trauma atau peristiwa nggak mengenakkan dengan laki-laki yang bikin saya benci banget. Saya iyain aja, lalu Bu Lanny pun saya ceritakan tentang peristiwa trauma itu. Lalu beliau bilang karena peristiwanya sudah lama, which is sudah 8 tahunan yang lalu maka untuk kebaikan dan kepentingan bersama, saya diminta untuk memaafkan dan berdamai dengan semuanya. Iya kok bu, sudah saya lakukan walaupun forgiven not forgotten, right?
(Baca juga: Cerita Program Hamil Ketiga: Suntik ILS dan Tes ASA)
Selanjutnya saya dan suami dikasih materi pengenalan tentang hypnobirthing yang salah satunya berguna buat trauma healing pascakeguguran. Saya cerita panjang lebar tentang ketakutan saya. Tentang ketakutan akan keguguran lagi, tentang takut sendirian di rumah karena keguguran yang terakhir saya sedang ditinggal suami sendiri di rumah, tentang ketakutan karena hamil ini saya dikasih segambreng obat TORCH, tentang ketakutan tiba-tiba detak jantung bayi hilang, tentang ketakutan jatuh/kepleset di kamar mandi, dan masih banyak lagi.
(Baca juga: We Lost You, Adik…)
Tapi Bu Lanny bilang kalau kamu adalah yang kamu pikirkan, bayimu adalah apa yang kamu pikirkan. Kalau saya mikirnya yang negatif-negatif mulu bisa jadi malah suatu hari akan benar-benar kejadian. Kalau saya mikirnya takut jatuh atau akan jatuh, nggak mustahil kalau suatu hari saya beneran akan jatuh. Di sinilah saya tahu prinsipnya hypnobirthing yaitu afirmasi dan pikiran positif terhadap diri kita dan janin. Semua hal ada jalan keluarnya kok, cuma sayanya aja yang suka overthinking. Ya mungkin inilah ketakutan saya yang harus dihilangkan.
Saya: Saya takut kalau tiba-tiba denyut jantung bayi hilang, kayak dulu
Bu Lanny: nanti saya pinjemin doppler yang bisa digunakan setiap saat buat tahu denyut jantung bayi
Saya: saya takut kalau pas ditinggal suami keluar kota, sendirian di rumah takut kenapa-kenapa
Bu Lanny: Bertemanlah dan berhubungan baik sama tetangga biar mereka yang jadi penolong yang pertama kalau kenapa-kenapa
Begitulah kira-kira ketakutan yang saya hadapi dan solusi yang saya dapat. Sepele ya? Iya, sayanya aja yang suka overthinking makanya pas digituin dalam hati iya juga, benar juga. Saya cuma butuh orang yang mendukung saya dan suami, memberikan afirmasi positif. Makanya saya ikutan kelas hypnobirthing kan?
Bu Lanny bilang bahwa bayi yang ada di kandungan itu sudah diciptakan oleh Tuhan sebegitu sempurna dengan pelindungnya yaitu air ketuban, selaput ketuban, dan plasenta/ari-ari. Mereka juga sudah bisa berkomunikasi batin dengan ibunya, merasakan apa yang sang ibu rasa. Kalau ibu, ayah, atau lingkungan sekelilingnya tidak menginginkannya maka ia akan luruh dengan sendirinya.
Begitu pula dengan ketakutan yang dimiliki. Sehebat apapun dokter yang menangani, sebanyak apapun obat yang dikonsumsi, kalau ketakutan dan kepercayaan diri yang lemah itu masih ada ya semuanya nggak akan bekerja. Kata Bu Lanny, sayang banget kalau saya udah bela-belain berobat dan konsultasi di Prof Jacoeb, yang mana disebutnya udah ahlinya banget di bidang kehamilan lalu saya malah diliputi banyak ketakutan maka semuanya akan sia-sia. Saya dan suami saya yang harus merubah mindset karena sejatinya hypnobirthing itu adalah dimulai dari kesadaran diri sendiri.
(Baca juga: Cerita Program Hamil Ketiga: Hallo, Prof Jacoeb)
Makanya sejak itu saya usahakan betul-betul untuk mengubah mindset saya. Saya dan suami coba enyahkan rasa takut. Kami juga disarankan untuk selalu mengafirmasi janin dengan kalimat-kalimat postif seperti ¨bayiku sehat¨, ¨bayiku kuat¨, ¨dede bayi akan ada di perut ibu hingga 40 minggu dan lahir dengan selamat¨, dan masih banyak lagi. Semuanya HARUS dilakukan dengan kalimat positif, bukan negatif seperti ¨bayiku tidak nakal¨ karena konon sejatinya janin hanya bisa menangkap kata sifat yang kita berikan.
Untuk melakukan pendalaman relaksasi itu, Bu Lanny juga mengajarkan pada kami teknik-teknik relaksasi. Salah satu tekniknya adalah dengan mengosongkan pikiran sambil memejamkan mata setelah sebelumnya dibantu ´dihipnotis´ dengan bantuan pendulum. Semuanya bisa dilakukan berdua dengan suami. Melalui konsentrasi dan pengosongan pikiran itulah, kita bisa jadi relax. Teknik ini bisa dilakukan setiap hari. Saya dan suami pun praktikin setiap hari. Syaratnya harus benar-benar konsentrasi dan mengabaikan apa yang ada di dunia luar. Di dalamnya juga ada proses mengafirmasi bayi dengan doa dan kalimat positif.
Hasilnya memang kami jadi lebih rileks. Ketakutan pun perlahan hilang walaupun masih ada sedikit, iya intensitasnya sedikit. Sudah berkurang jauh dari pas pertama datang. Buktinya saya bisa melewati saat-saat menegangkan pada kehamilan yaitu usia kandungan 24 minggu dimana ini adalah usia kandungan saat IUFD dulu dengan terus memberikan afirmasi bahwa ¨semua akan baik-baik saja¨. Dan buktinya memang semua jadi baik-baik saja.
(Baca juga: Mengenal IUFD)
Kelas Teknik Menghadapi Persalinan
Setelah pertemuan 1 dan 2 yang masih membahas tentang relaksasi, pertemuan terakhir ini lebih banyak membahas tentang persiapan melahirkan secara teknis. Jujur, saya dan suami memang awam banget soal proses-proses melahirkan ini. Tentang kapan harus ke rumah sakit, pecah ketuban itu yang gimana, ketuban rembes itu bagaimana, gimana rasanya kontraksi saat akan melahirkan, gimana menghadapi kontraksi saat akan melahirkan, dan masih banyak lagi.
Memang saya dulu pernah melahirkan normal, tapi kan beda kasusnya. Pembukaan cuma sampai 5 dan yang dilahirkan pun bayi kecil yang sudah meninggal di dalam perut. Nah, kalo persiapan melahirkan yang ini agak beda. Saya bilangnya sih spesial makanya saya juga mempersiapkannya dengan spesial.
(Baca juga: Part-Us)
Ini dia jawaban dari beberapa pertanyaan yang sempat saya tanyakan sama Bu Lanny:
T: Kapan saatnya harus pergi ke rumah sakit:
J: Jika kontraksi sudah semakin sering atau 5-1-1 artinya setiap 5 menit sekali, ketuban pecah, keluar darah campur lendir, ada rasa hangat di perut, nyeri dan pegal di pinggang dan perut bawah
T: Ketuban pecah itu rasanya kayak gimana?
J: kayak ada air yang mengalir dari vagina yang nggak bisa ditahan, ini bedanya sama kebelet pipis. Kalau kebelet pipis masih bisa ditahan.
T: Ada kasus teman saya ketubannya katanya rembes yang tiba-tiba udah habis aja, itu gimana?
J: Ketuban rembes itu ya pecah ketuban hanya saja keluarnya sedikit-sedikit karena bayi sudah di jalan lahir. Solusinya begitu berasa ketuban pecah langsung ke rumah sakit, nggak bisa ditawar-tawar lagi
Dan masih banyak lagi pertanyaannya.
Selain membahas tentang persiapan melahirkan, saya dan suami juga diajarkan teknik-teknik relaksasi dan mengurangi rasa sakit menjelang melahirkan. Di sini peran suami sebagai pendamping persalinan sangat penting. Jadi suami juga aktif diberikan materi teknis yang harus dilakukan menjelang persalinan.
Ada beberapa teknik yang diajarkan menjelang persalinan. Kalau bisa saya kelompokkan menjadi beberapa, antara lain:
- Relaksasi dengan bernafas
Relaksasi dengan bernafas bisa dilatih sendiri mulai dari 32 minggu. Caranya adalah tarik nafas dan hembuskan melalui hidung atau mulut. Saat menarik nafas panjang kembungkan perut dan ambil oksigen sebanyak-banyaknya. Untuk melatihnya bisa menggunakan hitungan, semakin banyak hitungan semakin baik. Sementara saat menghembuskan nafas posisi perut mengempis. Teknik bernafas ini bisa dilakukan selama proses persalinan. Sedangkan saat latihan di rumah bisa dibantu dengan pencahayaan yang redup, musik relaksasi, suhu yang sejuk, aromaterapi, dan benda kesayangan.
- Penggunaan gym ball
Gym ball atau bola yang biasa digunakan untuk pilates menjadi alat bantu yang berguna untuk berlatih agar posisi janin berada di jalan lahir serta mengurangi rasa sakit saat kontraksi. Gym ball bisa membantu saat istri dibantu suami melakukan reknik rebozo shifting, shake the apple tree, dan sidelying release. Ketiga teknik itu menurut Bu Lanny adalah teknik yang digunakan oleh dukun beranak di Indonesia namun sudah diteliti secara kesehatan dan berguna mengurangi rasa sakit saat kontraksi. Selain gym ball, diperlukan kain seperti jarik atau sarung untuk mempraktikan teknik ini.
Selain 3 teknik di atas, gym ball juga berguna untuk mengurangi rasa sakit pada punggung, membantu mengubah posisi bayi ke anterior, membuat badan bergerak, dan mengurangi tekanan pada anus. Caranya adalah ibu hamil memeluk gym ball dengan posisi berlutut. Jika tidak ada gym ball, posisi ini bisa digantikan dengan berlutut di pangkuan suami.
Selain itu, ada pula teknik menggunakan gymball yang bisa digunakan untuk mengurangi rasa sakit saat kontraksi. Caranya adalah si ibu duduk dengan posisi kaki terbuka (ngangkang) di atas gym ball kemudian pantat bergerak ke kanan-kiri, depan-belakang, atau berputar searah-melawan jarum jam. Teknik ini bisa dilakukan sambil memeluk pinggul suami atau berpegangan pada suatu benda sebagai penyeimbang.
- Rangsangan endorfin
Endorfin adalah salah satu hormon yang diperlukan untuk persalinan. Keberadaan hormon ini bisa dirangsang dengan cara melakukan labour dance dengan posisi berpelukan. Tangan istri mengait di belakang leher suami sementara tangan suami memeluk pinggul istri kemudian bergerak seirama. Untuk lebih menambah kenyamanan bisa juga diiringi dengan musik yang lembut.
Selain itu, ada pula endorphin massage atau pijat untuk merangsang hormon endorfin. Pemijatan dilakukan oleh suami di titik-titik yang bisa membantu istri menjadi relaks. Selain bisa mengantarkan oksigen ke otot-otot yang tegang, pemijatan ini juga berguna untuk merangsang ASI.
- Menghadapi kontraksi dan mempercepat persalinan
Kontraksi menjelang melahirkan memang sakit banget apalagi kalau sudah semakin sering. Ya walaupun saya cuma pernah sampai pembukaan 5 tapi tetap aja masih kebayang rasanya. Untuk mengurangi rasa sakit ini, pasangan bisa melakukan beberapa teknik. Teknik yang pertama adalah mobilisasi atau berdiri. Teknik ini dilakukan dengan cara pasangan berdiri dengan posisi istri di depan dan suami di belakang kemudian bergerak ke kanan-kiri untuk mengurangi rasa sakit saat kontraksi.
Selain itu ada juga knee chest position dengan bantuan gym ball dan kain. Pada posisi ini sangat membantu ibu untuk merotasikan kepala bayi ke panggul. Peran ayah sangat penting di sini. Dia yang nantinya sangat membantu ´menata´ tulang panggul while si ibu hanya nungging sambil memeluk gym ball.
Penasaran ya sama teknis persiapan melahirkan yang udah saya jelaskan? Rencananya kalau nggak malas nanti mau saya terangin dan bikin vlognya. Kalau lebih penasaran lagi, silakan ikut kelas hypnobirthing aja di Pro-V Clinic. Untuk yang pengen ikut kelas privat kayak saya biayanya adalah Rp 2. 020.000.
Selamat mencoba!