Rasa nggak percaya masih menyelimuti saya karena kok bisa nggak haid udah setahun lebih tapi tiba-tiba tespek garis 2. Memang sih, tanda-tanda hamil udah kerasa di diri saya, tapi emang tanda-tandanya nyaru banget sama saya yang punya sakit asam lambung. Rasanya masih nggak percaya.
Sebelum pergi ke kantor, siangnya suami saya beli tespek lagi. Kali ini yang agak mahalan karena takutnya tespek murahan bikin hasilnya jadi ngasal, hahaha. Pikiran kami jadi ngaco, sumpah, gara-gara lihat tespek garis 2 setelah lama banget saya nggak haid.
Sengaja saya coba tespek pas siang hari karena kalau emang beneran hamil, mau dipakai pagi, siang, atau sore, tespek tetap akan menunjukkan garis 2. Dan benar saja, meskipun saya tes tengah hari bolong, hasilnya tetap garis 2. Saya antara excited, kaget, senang, dan campur aduk lah perasaaannya. Pas saya kasih tahu suami yang udah di kantor, dia juga senang banget. Rasanya kami dapat rezeki tak terduga.
Sorenya, saya diantar suami pergi ke klinik yang sudah kami booking dokternya terlebih dahulu. Hari itu sebenarnya jadwal suami WFO dan biasanya pulang malam tetapi khusus karena kasus tespek garis 2 ini, dia pulang cepat. Kami milih dokternya cap cip cup aja saat itu karena dadakan dan untungnya klinik yang kami datangi ini terkenal dengan dokter-dokternya yang emang enak.
Pas tiba saatnya dipanggil dokter, saya ceritakan semua riwayat kesehatan reproduksi saya. Sampai-sampai soal haid yang entah kapan terakhir terjadi, saya udah lupa. Termasuk juga soal keterkejutan dan pertanyaan ¨Kok bisa ya?¨ yang berulang kali saya lontarkan ke dokter.
Tapi respon dokternya apa? Ya santai aja, sambil senyum, haha.
Kayaknya ini hal yang udah biasa terjadi pada pasien-pasiennya, deh. Dr Rathi, dokter yang saat itu selain tampak biasa dengan kasus kehamilan yang saya alami, juga beliau terlihat sangat santai dengan berbagai pertanyaan atas kepanikan saya karena ´sembrono´ melakukan beberapa hal dalam beberapa pekan terakhir padahal saat itu saya udah officially hamil.
Saya: Dok, tapi saya kemarin udah olahraga berat. Sit up, push up, yoga yang meliuk-liuk, sampai anak saya suka dudukin perut saya kalau lagi becandaan.
Dokter: Ah, nggak apa-apa. Itulah kenapa kehamilan letaknya terlindungi tulang vagina, jadi aman
Saya: Tapi karena saya ngiranya asam lambung, saya udah minum-minumin obat, Dok.
Dokter: Obatnya apa?
Saya: Mylanta
Dokter: Oh, aman Mylanta mah
Saya: Trus saya juga suka pake-pakein freshcare di perut karena mual
Dokter: Nggak apa-apa
Saya: Karena belum tahu, jadi kemarin saya masih pakai-pakai banyak skincare
Dokter: Nggak apa-apa
Saya: Dok, tapi kok bisa sih saya nggak haid tapi hamil?
Dokter: Pasien saya juga ada yang udah 40 plus, lama nggak haid, dikira udah menopause eh ternyata hamil
Saya: Dok, tapi saya masih nggak percaya soale riwayat hamil yang dulu-dulu selalu ringkih dan penuh perjuangan banget hamilnya
Dokter: Kamu punya adik nggak?
Saya: Punya
Dokter: Laki-laki atau perempuan?
Saya: Laki-laki
Dokter: Beda nggak sama adiknya?
Saya: Beda
Dokter: Ya udah, berarti tiap kehamilan kan akan beda karena kamu sama adik kamu aja berbeda
Saking banyaknya ketidakpercayaan dan pertanyaan dari saya, kayaknya dokternya sampai jengah, deh, haha. Jujur, emang saya kaget banget dan nggak percaya. Tapi, saya emang udah curiga pas payudara saya terus-terusan sakit, puting mulai menghitam, dan mual yang tak kunjung usai. Makanya, entah ada wasiat dari mana saya mulai menyetop penggunaan skincare yang mengandung retinol.
¨Alhamdulillah, itulah insting seorang ibu yang merasakan ada tanda-tanda kehamilan,¨ ujar dokter bersyukur karena saya nggak abai dengan semua sinyal dari tubuh yang menandakan saya sedang hamil
Itu pula salah satu hal yang saya syukuri.
So far setelah kontrol ke dokter, kandungan saya sehat. Saya juga udah mendengar detak jantungnya. Karena saat itu usianya sudah memasuki 10 minggu, saya nggak khawatir. Entah, saya percaya aja sama kehamilan yang ini meskipun kata orang di trimester pertama itu saat-saat yang rawan dan saya pernah punya riwayat blighted ovum. Tapi di kehamilan ini, saya percaya si baby kuat apalagi datangnya dia secara tiba-tiba pasti ada makna di baliknya.
Pulang dari klinik, saya dikasih obat dan vitamin berupa kalsium, asam folat, dan vitamin D. Kebetulan juga saat itu di rumah ada ibu saya yang sedang berkunjung, saya kasih tahu aja sama ibu saya bahwa akhirnya emang benar-benar hamil dan udah 10 minggu. Ibuk senang sekali karena akhirnya saya bisa hamil tanpa harus susah payah promil. Ibuk juga senang karena anaknya yang kemarin nggak pengen nambah anak lagi ternyata dikaruniai kehamilan yang nggak disangka-sangka.
Kalau Aqsa sendiri, secara oficially saya dan suami belum ngasih tahu dia karena mulutnya suka ember, haha. Aqsa suka cerita ke orang-orang kayak tetangga, temennya, atau guru di sekolah secara spontan. Makanya saya pending dulu sampai nunggu perut membesar atau udah lebih dari 4 bulan. Begitu pun dengan mertua saya. Sengaja nggak saya kasih tahu biar surprise. Karena pas mudik nanti kami mau ngasih tahu sebagai hadiah sekaligus mau merayakan 4 bulanan di panti asuhan di kampung halaman saya.
Berbeda dengan pas kehamilan Aqsa yang rasanya ringkih banget dan harus dijaga ketat, di kehamilan yang ini saya dan suami jauh lebih santai. Bahkan, keesokan harinya kami berempat pergi jalan-jalan ke Bandung buat liburan sekaligus nemenin ibu saya ke tempat kakaknya alias Pakde saya. Dan durasi perjalanan ke Bandung yang biasanya ditempuh selama 3 jam, ini bisa sampai 7 jam karena macet.
Alhamdulillah, saya pun nggak khawatir dan nggak ada keluhan apa pun selain laperan. Sebelumnya, saat kontrol saya juga udah izin ke dokter apakah boleh bepergian jauh ke Bandung dan dokter mengizinkan. Yang penting, bagian ruangan kaki di mobil bisa buat saya selonjoran sehingga kaki nggak terus-menerus melipat.
Di Bandung, saya juga puas kulineran. Ibaratnya, apa ngidam saya keturutan dari mie yamin sampai lumpia basah. Pokoknya senang banget, walaupun mual muntah di hamil kali ini lebih parah tapi rezeki yang nggak terduga ini diikuti oleh ketakutan yang minim. Dan insyaallah kami siap menyambut anggota keluarga baru kami.