Dulu di pelajaran ekonomi, makanan atau pangan selalu masuk dalam kebutuhan pokok atau primer. Pun dalam piramida kebutuhan ala Maslow, letak pangan berada di paling bawah atau dasar disejajarkan dengan sandang dan papan. Kalo kebutuhan itu ngga tercukupi maka hidup seseorang bisa dikatakan ngga layak.
Ya, dari dulu hakikatnya makanan adalah sebagai kebutuhan pokok. Sebagai pengenyang perut. Namun, seiring perkembangan zaman ternyata fungsi makanan menjadi semakin luas.
Foodie and The City, Petualangan Kuliner Jelajah Rasa adalah buku ketiga duet Nadia Mulya dan Joy Roesma yang saya baca, setelah Kocok! dan Mom and The City. Namun bedanya, kali ini ada chef cantik Vania Wibisono yang juga ikut andil di buku ini.
Membaca tulisan Nadia Mulya and Joy Roesma emang ngga ada bosennya. Saya selalu suka sama gaya bahasanya yang gaul abis ala mamah-mamah muda plus sosialita ditambah pengetahuan yang luas tentang sesuatu hal dan dibumbui dengan sindiran-sindiran satir terhadap fenomena yang dibahas. Pokoknya gaya bahasanya kres-kres renyah kayak keripik yang sangat ringan buat dinikmati. Ditambah sering ada humor-humor lucu. Oh ya, yang ngga kalah penting bukunya selalu disertai sama ilustrasi-ilustrasi lucu yang cewek banget.
Makanan di zaman sekarang ini telah berubah fungsinya ngga hanya sebagai pengenyang perut, itu yang Nadia, Joy, dan Vania ingin tampilkan. Makanan sekarang bisa dimaknai sebagai perantara lobi, penentu gaya hidup, pengukur strata sosial, atau bahkan alat eksistensi di sosial media. Maka ngga jarang, banyak orang yang diukur strata sosialnya dari dimana dia nongkrong buat makan.
Hmmm kalo bisa saya definisikan sih, menurut ilmu ekonomi kalo aspek pangan ngga terpenuhi berarti kehidupannya ngga layak. Nah kalo sekarang ngga up to date soal makanan, maka kehidupannya ngga kekinian, haha *toyor*.
Gaya makan pun ternyata juga berbeda-beda. Ada yang memang makan karena kebutuhan hidup thok, ada yg pemburu makanan oleh karenanya tercipta istilah wiskul atau wisata kuliner, ada yang memilih makan di tempat-tempat eksklusif buat menunjukan gaya hidup tertentu, atau bahkan ada yang mati-matian membatasi dan disiplin makan demi mendapatkan bentuk tubuh ideal.
Membaca buku ini juga seperti membaca ensiklopedi makanan. Ada banyak istilah baru yang bisa jadi pengetahuan seperti foie grass, molecular gastronomy, sejarah makanan afrodisiak, sampe macam diet dari yang tradisional sampe yang sedang in saat ini. Ngga hanya itu, rekomendasi tempat makan enak dari pinggir jalan sampai hotel berbintang, dari dalam negeri sampe luar negeri dirangkum semuanya disini plus tempat-tempat makan heits yang jadi incaran kaum muda kekinian masa kini.
Berbeda dari bukunya yang lalu-lalu, kali ini Nadia dan Joy banyak menyisipkan foto-foto cantik mereka plus chef Vania disini. Hmm…jadi bikin ngiri makan di tempat-tempat yang ada di foto. Ngga hanya itu ada banyak resep makanan yang bisa didapatkan di buku ini, sekalian buat praktek juga ngga apa-apa. Resepnya pun variatif, dari yang sekedar gemblong atau nasi gila sampai yang susah (baik bahan maupun bikinnya) kayak grilled chipotle rubbed steak with lime butter (opo iku?).
Pokoknya yang penasaran cuss deh baca bukunya, asik bener deh nambah pengetahuan. Hmm.. karena saya juga penggemar buku Nadia dan Joy juga. Tapi beneran deh, ya walaupun belum bisa expert masak, tapi dari buku ini jadi banyak tau makanan dan penasaran jadi pengen masak. Sekalian belajar masak juga ngga apa-apa buat nyenengin suami dan ibu mertua, uhuy. Karena ibu mertua lebih seneng menantu yang bisa bedain merica sama ketumbar, daripada yang cuma bisa bedain lipstik 50K sama 500K. Bener ngga sih?
-jawzq-