Hijab tidak memberikan kamu garansi untuk hidup lebih bahagia setelahnya, tapi memberikan jaminan untuk lebih dekat kepada-Nya – Ratna Dewi
Memaknai Hijab dan Berbagai Cobaan Setelahnya
Kalo ditanya tentang berhijab, saya newbie alias baru kemarin sore berhijab. Iya, saya baru kurang lebih setahun berhijab. Awalnya ngga ada niatan apa-apa cuma karena ditantang suami untuk berhijab maka saya ladeni. Dan mulai 1 Juli 2014 saya berhijab. Bersamaan itu pula saya hamil Azka, maka banyak orang mengira bahwa berhijab adalah nazar saya, padahal bukan tapi tak apalah.
Yang saya tahu, Allah tidak menggaransikan hidup bahagia setelah berhijab. Allah juga tidak menggaransikan kita lebih cantik. Tapi yang saya yakini adalah Allah menjaminkan kita lebih dekat dengan-Nya setelah berhijab. Karena hijab adalah pengingat Allah. Dan menurut saya, hidayah datangnya bukan hanya saat kita ingin menggunakan hijab tetapi juga mempertahankan hijab walau cobaan datang bertubi-tubi setelahnya.
Ya, setelah berhijab saya justru dicoba dengan berbagai macam ujian. Ujian kehilangan Azka, anak saya, yang terasa begitu pedih dan menyakitkan. Lalu drama-drama setelahnya. Lalu ujian kehilangan Adik, calon buah hati saya selanjutnya. Kemudian divonis kelainan rahim ganda. Dan mungkin Allah masih mempersiapkan ujian-ujian lain dan juga tak lupa penawarnya berupa kenikmatan yang harus saya syukuri.
Lalu saya marah karena justru banyak ujian datang setelah berhijab? Tidak. Hijab justru membuat saya semakin dekat dengan Allah. Ketika banyak ujian, hijab secara tidak langsung justru yang menguatkan saya. Menguatkan saya untuk selalu mengadu dan bersandar pada Allah. Saya memaknai hijab adalah pendorong metamorfosis, dari yang tidak baik menjadi baik. Yang paling sulit bagi saya adalah bukan mengawali berhijab, tetapi menjaga hati tetap istiqamah untuk berhijab walau banyak cobaan yang mendera. Dan insyaallah saya istiqamah.
Hijab yang Nyaman?
Secara filosofis (duh berat banget ya bahasanya) kalo ditanya hijab yang nyaman, hmmm hijab yang nyaman di hati? yang paling nyaman ya berhijab. Pusing yaa, hehe? Menurut saya bagi wanita muslimah tidak ada kriteria hijab yang nyaman, karena yang paling nyaman adalah berhijab. Maksudnya kalo sudah berhijab ya nyaman karena sesungguhnya hijab itu adalah batas. Membatasi kita dari hal-hal yang buruk, dan membatasi pandangan buruk orang lain terhadap kita. Perkara bahan, model, bentuk, atau apa pun itu adalah perkara lain di belakangnya. Yang penting adalah menutupi aurat.
Namun, kalo ditanya hijab yang nyaman secara teknis, nah baru saya punya kriteria. Duh mumet banget ya kayak skripsi bahasanya ada filosofis dan teknis, hehe. Tak apalah, karena saya punya kesan mendalam tersendiri dengan hijab dan pengalaman hidup setelahnya.
Bagi saya hijab yang nyaman adalah yang ngga ribet. Hijab adalah kesederhanaan makanya yang nyaman ya yang modelnya nggak ribet. Ngga banyak peniti dan pentul disana-sini. Praktis dan simpel saat dipakai. Makanya kalo saya pake hijab ya modelnya gitu-gitu aja. Biasanya cuma sekali diputer ke atas trus kanan kiri dikasih pentul. Udah ringkas.
Buat model, saya lebih suka pake yang pasmina panjang soalnya lebih mudah dipakai ala saya. Kalo yang jilbab segi empat biasa, saya kurang mahir pakainya. Kadang di muka jatohnya kayak bengep, haha. Aslinya mah karena suka ribet kusut-kusutnya dan berantakan modelnya. Cuma satu jilbab segiempat yang saya punya dan suka yaitu yang warna peach bahan katun paris. Selain bahannya enak, di muka saya kayaknya pas gitu, hehe. Itu aja sih. Makanya saya lebih suka yang bentuknya pasmina, nempel di muka saya dan ngga ribet dengan kusut-kusutnya di bagian jidat.
Kalo perkara bahan, mayoritas bahan jilbab saya suka asalkan ngga terawang. Mayoritas saya suka bahan satin velvet yang simpel tapi kesannya mewah. Saya juga suka rawis india, yang lembut dan ngga gampang kusut plus ngga perlu susah-susah buat nyetrikanya karena memang bahannya juga udah kusut. Oh ya, khusus untuk rawis India, biasanya saya pake harus dilipat jadi dua dulu karena biar ngga terlalu tipis. Trus saya juga suka pasmina kasmir soalnya tebal dan adem dipake.
Buat warna, saya mood-moodan. Kayak OOTD aja, kadang suka warna-warni, kadang suka monokrom, kadang suka warna-warna pastel. Oh ya, pernah saya kegandrungan sama pasmina kasmir gradasi gitu, akhirnya saya beli warna-warni deh, hehe. Tapi akhir-akhir ini saya lagi suka pake kerudung warna item, soalnya kalo kusut ngga keliatan.
Hijab adalah Metamorfosis
Saya suka menyayangkan kalo ada teman yang sudah berhijab lebih dulu trus memandang sebelah mata yang belum berhijab. Buat saya, berhijab dengan ikhlas adalah sebuah proses yang tidak bisa serta merta dipaksakan. Berhijab dengan ikhlas adalah sebuah tahap pembelajaran dan perbaikan setapak demi setapak.
Jangan berhijab karena ingin cantik. Jangan berhijab karena ingin dikagumi. Jangan berhijab karena ingin bisa diterima di masyarakat. Jangan berhijab karena ingin dapat jodoh. Tapi berhijablah semata-mata karena Allah. Kalo dapet itu semua? Bersyukurlah, itu bonus dari Allah. Berhijablah dengan ikhlas. Berhijablah dengan istiqamah.
Karena hijab adalah sebuah pembelajaran, pun demikian dengan berpakaian. Setelah berhijab, pakaian pun harus menyesuaikan. Paling tidak yang menutup aurat, tidak ketat, dan tidak menerawang. Perkara syari atau belum, itu semua lewat sebuah proses. Saya pun awal berhijab masih pake celana jeans ketat atau baju lengan tiga per empat. Bahkan teman-teman saya suka ngecengin kalo saya contoh orang yang berpakaian jilboob karena pakai jilbab tapi pakaiannya ketat. Namun, itulah proses, alhamdulillah sekarang sudah lebih baik.
Trus bagaimana donk dengan yang jilboob? Saya pernah mewawancarai Kak Syifa Fauzia, ketua Hijabers Community Jakarta, beliau bilang bahwa sebenarnya memakai jilbab saja sudah bagus karena berarti si muslimah sudah ada kesadaran menaati perintah Allah. Namun, berjilbab pun bukan hanya menutup rambut, tetapi juga memperhatikan dan memperbaiki pakaian, sifat, dan perilaku agar sesuai. Semua butuh belajar dan proses dan jika ada kemauan maka insyaallah akan ada progres. Dan saya setuju dengan itu.
Walaupun memang manusia suka lupa, salah, dan khilaf marilah kita semua saling mengingatkan, saling menguatkan, bukan saling menjatuhkan. Dan bukankah hakikat hijab akan membawa kita menjadi manusia yang lebih baik? Bukan menggurui atau malah mengintimidasi…
Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway “Hijab yang nyaman di hati”
-jawzq-