Buat saya, ngeblog itu ternyata gampang-gampang susah. Sekitar setahun serius menekuni dunia blogging, saya jadi sadar bahwa blog itu nggak melulu soal menulis. Kalo cuma menulis sih bisa tapi kan sampai kapan blog cuma jadi tempat curhat. Apalah gunanya blog kalo tulisannya nggak informatif atau berguna bagi orang lain. Belum lagi masalah angka-angka dan statistik, dari Alexa Rank, DA, PA, dan semua-semuanya. Terus masalah SEO dan apalah-apalah yang lain yang membuat blog semakin kece.
Untuk bisa seperti ini, saya pun dibantu sama orang lain. Kalo bicara siapa yang paling berperan terhadap blog saya selain saya tentunya suami saya. Iya, suami saya itu supporter paling depan dari blog saya. Dari mulai beli domain, beli hosting, pindahan rumah dari Tumblr ke WordPress, bantuin desain, dan utak-atik ini itu dilakukan sama suami saya.
Belum lagi mengajarkan saya soal SEO, soal menulis judul yang mendongkrak SEO, download-in Google Analytics di hape buat memantau perkembangan blog, dan lainnya diajarin sama suami saya. Trus yang setting blog versi mobile sampai memantau blog tiap hari dilakukan sama suami saya. Makanya pas diajarin Mbak Shintaries soal SEO blogging, saya sudah nggak asing lagi. Tapi dasarnya saya ngeyelan kalo diajarin suami jadilah kadang suka masuk kuping kiri keluar kuping kanan itu pelajarannya (maafkan saya ya suami). Lucky me, punya suami yang nggak jauh-jauh dari dunia internet jadi saya bisa nanya apa saja soal blog. Bisa minta benerin apa saja kalo blog tiba-tiba bermasalah. Bisa diskusi apapun soal blog.
Selain maintenance blog saya, suami juga pembaca pertama blogpost saya. Sebelum diposting biasanya saya minta tolong diliatin sama dia dulu, dibaca apakah kepanjangan apa nggak, apa gambar/fotonya sesuai sama blogpostnya, dan apa desain tulisan di foto/gambarnya sudah kece. Oh ya, suami saya juga secara nggak langsung jadi fotografer buat blog saya. Foto-foto di blogpost saya kebanyakan diambil sama suami saya soalnya selain kamera hapenya lebih bagus, hasil fotonya juga lebih kece daripada saya.
Nggak hanya itu, bahkan buat mendukung kegiatan blogging saya yang kadang masih suka angot-angotan, dia bersedia mengantar, nungguin sampai ikut workshop soal blogging sama saya. Yah, walopun di tempat workshopnya dia sambil koding tapi setiap ada sesuatu yang saya nggak ngerti soal blog bisa ditanyakan ke suami saya. Belum lagi kalo saya merasa stres dikit sama kegiatan ngeblog (FYI, saya orangnya gampang stres, nyapu nggak bersih aja stres, haha) diajakin jalan-jalan buat refreshing. Peran suami adalah asisten sekaligus konsultan buat saya. Pokoknya suami benar-benar supporter paling depan buat blog saya.
Jasa suami yang sedemikian besar yang selalu mendorong saya buat ngeblog dan jadi blogger yang lebih baik memang nggak ada duanya deh. Hasilnya, alhamdulillah sedikit-sedikit blog sudah mulai menghasilkan. Walaupun besarnya sebulan penghasilan belum sebesar gaji saya pas kerja dulu tapi ini juga udah disyukuri. Atas semua berkah ini, saya pengen banget mengapresiasi suami. Saya pengen mengajak beliau buat makan-makan menikmati penghasilan saya sebagai blogger. Ini memang sudah kebiasaan saya, pas dulu bekerja pun saya selalu traktir dari gaji pertama saya. Nah, kali ini saya pengen mengajak suami buat nge-date romantis aja.
Buat mewujudkan dating ini jadi acara yang seru dan nggak garing, saya pun bikin rencana.
1. Pilih makan di cafe
Saya lalu berjanji mengajak suami buat sesekali makan di cafe yang heits gitu, bisa yang di mall atau cafe-cafe hits yang lain, dari duit hasil ngeblog saya. Menghabiskan beberapa ratus ribu di cafe buat makan dan menikmati suasananya kayaknya seru. Ya, milih tempat nongkrongnya yang suasananya intim dan romantis itung-itung sambil nge-date mengulang masa pacaran dulu. Kami lebih memilih yang indoor daripada outdoor mengingat lagi musim hujan. Hmm, kira-kira rekomendasi dimana ya enaknya?
2. Dandan yang kece
Kami pengen dandan kece, kalo perlu pakai baju yang warnanya senada biar bisa foto-foto dan posting di Instagram, haha. Mumpung masih berdua juga kan. Sayangnya pas saya lihat lemari ternyata suami saya nggak punya baju yang pas buat mengimbangi saya. Pengennya pake baju yang casual tapi jangan kaos. Kalo saya sih jangan ditanya, bajunya seabrek tinggal milih (ketahuan deh suka belanja online). Nah, kalo suami? Adanya cuma kaos oblong, kemeja formal, sama batik. Ada polo shirt tapi udah buluk dan bolong. Saya nggak merekomendasikan untuk pake kaos karena kesannya santai banget nanti jomplang sama saya. Sedangkan kemeja sama batik juga big no no, yang ada kesannya suami saya nanti dikira mau kondangan atau memimpin rapat.
Daripada bingung mikir seperti apa baju yang cocok plus saya males keliling mall cuma buat mencari sepotong baju buat suami, saya biasanya buka Zalora aja. Dan setelah mencari-cari sambil membayangkan postur tubuh suami, saya jatuh cinta pada kemeja flanel yang ada di Zalora. Kemeja flanel ini model dan coraknya variatif, warnanya juga banyak pilihan, dan nggak memberikan kesan tua.
3. Menentukan Waktu
Malam minggu atau Hari Minggu sepertinya hari yang seru buat kami nge-date. Tentu harus lihat-lihat cuaca dulu karena sekarang kan musim hujan. Karena kami belum punya mobil, jadi otomatis faktor cuaca ini juga menentukan. Nggak lucu kan kalo udah dandan paripurna trus sampai tempatnya basah kuyup kayak ayam kecemplung sawah. Semoga pas udah ditentukan kapan kami mau nge-date, cuaca mendukung ya.
Semoga rencana ini berjalan lancar. Saya juga berdoa semoga rezeki semakin banyak dari ngeblog. Tak lupa, saya selalu berdoa juga agar supporter blog saya, suami, selalu sehat agar bisa terus dan tak henti untuk mendukung dan mengapresiasi saya.