Obat Itu Bernama Menulis

Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang. – Seno Gumira Ajidarma

Menuliskan ini, saya harus mengingat memori sekitar lebih dari satu tahun yang lalu. Akhir tahun 2014 yang lalu, saya kehilangan anak. Jangan ditanya seperti apa rasanya, yang jelas kesedihannya tidak cukup diungkapkan dengan kata-kata. Rasanya hidup berhenti disitu. Rasanya apa yang saya usahakan sebelumnya terasa sia-sia.

Saya putus asa. Ingin sekali menyerah pada hidup. Kalo boleh saya berterima kasih, saya ingin berterima kasih pada blog sehingga saya masih bisa menuliskan kisah ini sekarang. Blog adalah penolong saya. Menulis lebih tepatnya. Entah dorongan apa yang ada dalam diri saya saat itu, yang pasti saya tergerak untuk menuliskan segala kisah dan memori yang saya alami saat kehilangan anak. Semua itu saya jadikan album kenangan untuk saya.

Saya tidak tahu tentang dunia blogging saat itu. Yang saya tahu, saya menulis di sebuah platform blog bernama Tumblr. Menulis itu adalah terapi buat saya sehingga setiap ditanya apa tujuan saya buat menulis dan blogging adalah self healing. Ada banyak cara memang untuk self healing, tetapi sepertinya saya ditunjukan pada menulis dan blogging.

tulisan-tulisan saya di awal ngeblog bener-bener curhat
kisah sedih saya ditulis biar nggak lupa dan bisa dibaca di kemudian hari

Apa yang ada di perasaan dan pengalaman saya, saya tulis lalu saya share. Saya nggak akan pernah menyangka, dari hal sepele sekecil itu, saya jadi seperti sekarang. Memang saya belum apa-apa, tapi setidaknya dari menulis dan blogging, saya bisa menyembuhkan luka diri saya sendiri akibat kehilangan anak. Menulis dan blogging telah memberikan perubahan, paling tidak untuk diri saya sendiri. Menulis dan blogging juga telah memberikan saya keberanian untuk mengambil keputusan yang berat yaitu resign dari pekerjaan saya dan memantapkan hati untuk terus ngeblog.

Komunitas Sangat Membantu

Kesedihan pascakehilangan anak sudah mulai terobati dengan menulis, lalu muncul masalah baru yaitu trauma kehilangan anak. Trauma itu menjadikan saya orang yang sangat rendah diri apalagi untuk bertemu orang baru. Dua kali gagal memiliki anak rasanya ingin menenggelamkan diri saja dalam kesendirian, nggak usah bertemu atau berinteraksi dengan siapa pun karena saya benci ditanya-tanya apalagi dihakimi oleh orang lain.

Baca Juga:   Bebas Baper Saat Merayakan Idul Adha di Perantauan

Sebelumnya saya adalah orang yang percaya diri, sangat percaya diri malahan. Rasa percaya diri saya memang telah dipupuk dan ditumbuhkan dari kecil oleh orang tua saya tapi semuanya mendadak runtuh. Saya harus mengembalikannya kembali dan mengobati rendah diri saya. Ingat cerita saya saat ikut kegiatan baru selalu minta ditunggui suami? Ya, itu salah satu bentuk trauma saya untuk bertemu orang baru.

Setelah saya mengenal blogging saya direkomendasikan suami untuk ikut berbagai komunitas blogger. Saya pun menurut dan bergabung di banyak komunitas, salah satunya Kumpulan Emak Blogger (KEB). Ini adalah komunitas blogger pertama yang saya ikuti. Saya diterima dengan tangan terbuka. Saya diberikan peluang untuk membagi tulisan-tulisan saya agar semakin luas dibaca banyak orang. Saya dirangkul, diajak mengikuti berbagai kegiatan walaupun saya masih terhitung baru di dunia blogging. Saya rasa, di pertambahan umurnya yang ke empat, komunitas ini sudah mempunyai tempat tersendiri di hati para anggotanya.

KEB jadi salah satu komunitas yang membantu self healing saya (sumber foto: www.emak2blogger.com)
KEB jadi salah satu komunitas yang membantu self healing saya (sumber pic: www.emak2blogger.com)

Bergabung dengan berbagai komunitas,mengajarkan saya berbagi. Saya membaca tulisan orang lain dan orang lain membaca tulisan saya. Saya belajar menulis lebih baik, saya belajar ngeblog dengan lebih baik pula. Dari situ pula saya tahu ternyata masih banyak orang yang bahkan nggak pernah saya temui, yang sangat baik. Mereka bersimpati, mereka turut berbagi, mereka menghibur, dan mereka mengapresiasi tulisan saya.

Dengan mengenal berbagai komunitas, saya tahu berkarya. Saya jadi tahu bahwa kesedihan tidak seharusnya terus menetap sebagai kesedihan. Bahwa kesedihan tak melulu harus diratapi. Dari situ saya juga tahu bahwa dari kesedihan, saya bisa menciptakan karya yang nantinya bisa dibaca banyak orang untuk mendapat pengetahuan dan informasi bukan cuma untuk mengasihani saya.

Baca Juga:   (Pantaskah) Saya Menggugat Allah?

Dari ikut komunitas pula akhirnya saya belajar banyak hal tentang bagaimana menulis yang baik. Saya juga belajar untuk berkompetisi menghasilkan karya yang baik. Namun, masih ada satu kekhawatiran saya. Selama ini saya berinteraksi di dunia maya, akankah mereka akan menerima saya dengan tangan terbuka saat bertemu di dunia nyata? Lagi-lagi rasa rendah diri itu muncul.

Bertemu Banyak Orang untuk Berkarya

Perlahan-lahan, saya mulai ikut kopi darat (kopdar) berbagai komunitas blog. Saya nggak pilih-pilih, setiap ada kesempatan yang bisa saya ikuti, saya ikut. Saya mencoba menantang diri saya untuk berani bertemu lagi dengan orang-orang baru lagi. Dan ternyata sambutan mereka sangat terbuka dan ramah, di luar ekspektasi saya. Yang tua turut merangkul yang muda, yang sudah berpengalaman tak pelit berbagi ilmu pada mereka para pendatang baru, yang berprestasi tak sungkan untuk membuka rahasia suksesnya. Sejak saat itu saya sangat bersyukur dan bertekad untuk terus berkarya.

Bertemu banyak orang dari berbagai komunitas itu adalah suatu pengalaman baru. Perbedaan usia, latar belakang, bahkan hingga sudut pandang ternyata tidak membuka jurang perbedaan baru, bagi saya itu makin memperkaya khususnya dalam hal menulis dan blogging. Mereka saling merangkul tanpa memandang perbedaan yang ada. Ya, karena perbedaan itu adalah potensi. Mengenal mereka yang berbeda dalam beberapa hal dengan saya justru semakin memperkaya ilmu dan pengalaman. Saya akhirnya semakin senang untuk ikut acara bersama para blogger.

Tua-muda, pria-wanita, yang sudah menikah-lajang, wanita karir-ibu rumah tangga, dan berbagai macam perbedaan lainnya ternyata melebur saat sesama blogger bertemu di sebuah acara. Persamaannya adalah kami sama-sama antusias ingin belajar lebih baik, menulis lebih baik, dan menghasilkan karya yang lebih baik. Itu yang saya lihat dari para blogger saat berada di sebuah acara. And guess what? Rasa rendah diri saya perlahan mulai hilang. Saya sudah mulai berani berbaur dengan yang lain. Rasa percaya diri mulai tumbuh kembali.

Baca Juga:   Berjejak dan Berbagi di Acara KEB 11 Tahun

Saya mulai belajar dari mereka yang lebih berpengalaman dan senior di bidang tulis menulis dan blogging. Responnya pun luar biasa diterima dengan tangan terbuka. Apalagi semangat yang terus diberikan pada saya semakin memotivasi. Perlahan, saya mulai menulis sesuatu yang berguna. Kesedihan tidak melulu harus dikemas dengan kesedihan. Kesedihan bisa dikemas menjadi sebuah tulisan yang informatif. Walaupun blog dan tulisan saya belum terlalu populer, tapi saya sangat bersyukur kalau ada orang lain yang terbantu dengan tulisan-tulisan saya. Itu pencapaian blog yang tidak bisa dibayar dengan apapun.

Sekarang, saat saya bisa menuliskan tulisan ini, saya benar-benar merasa bersyukur karena bisa melampiaskan kesedihan dalam tulisan di blog. Tulisan dan blog sangat membantu saya, mengubah saya hingga tidak melulu meratapi kesedihan. Walau belum banyak membawa perubahan pada dunia atau masyarakat luas, paling tidak tulisan-tulisan saya di blog telah mengubah hidup saya. Blog ini membawa perubahan besar bagi saya. Mengubah kesedihan dan trauma menjadi karya.

menulis kehilangan anak karena IUFD dari sisi yang lebih informatif

 

sedih karena harus bolak-balik program hamil, tapi saya tulis tentang program hamil dari sisi yang lebih informatif

Blog ini adalah sebuah pembuktian bahwa kalau saya bisa mengelola kesedihan menjadi karya, orang lain juga pasti bisa. Kalau saya belum bisa berprestasi dalam hal materi melalui tulisan di blog, paling tidak saya punya prestasi bisa bangkit dari keterpurukan. Kalau saya belum bisa mengubah dunia atau bahkan hidup orang lain, paling tidak saya bisa mengubah hidup saya menjadi lebih baik. Mengenal banyak orang dengan beragam pribadi dari berbagai komunitas adalah obat yang semakin menutup luka dan kesedihan saya.

Blog ini adalah kumpulan memori. Blog ini adalah sarana terapi. Blog ini adalah pemberi informasi. Blog ini adalah pemberi jalan untuk bertemu dan mengenal banyak orang dengan berbagai latar belakang. Dan yang paling penting adalah dear Azka dan Adik, anak-anak saya di surga, ibu semakin kuat karena blog ini, karena terus menulis.

Menulis akan menyembuhkan luka―Dian Nafi, Matahari Mata Hati

 

 

ratna dewi

22 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023