Penyesalan memang selalu datang terlambat. Seolah penyesalan dan kata terlambat memang sudah satu paket. Kesedihanku membuncah di dalam taksi yang kami naiki malam itu menuju ke rumah. Air mata tak berhenti mengalir. Dimana bayiku? Kembalikan bayiku?
Di perjalanan hingga ke rumah, rasa sesal memenuhi benakku. Andai saja aku peka sejak beberapa hari yang lalu. Andai saja aku tak terlalu capek. Andai saja aku pergi ke doker lebih awal. Andai saja..andai saja yang lain muncul. Tak peduli kata dr Arman bahwa ini bukan salahku. Bahwa murni ini memang belum rejeki dan kalaupun sudah dari kemarin ketahuan, tak ada yang bisa diperbuat karena letak bayi di dalam perut.