Resorts World Genting hari pertama…
Siang itu, pesawat yang saya tumpangi bersama dengan 11 orang blogger dan influencer lain dari Indonesia mendarat dengan mulus di Kuala Lumpur International Airport (KLIA) 2. Muka-muka kami semua berseri karena dalam 4 hari kami akan bersama di suatu tempat yang konon udaranya sejuk dengan fasilitas yang sangat modern, Resorts World Genting.
Euforia kami semakin bertambah ketika proses demi proses di bandara KLIA 2 selesai. Dari beli kartu seluler, melewati pintu imigrasi, hingga pengambilan bagasi. Langkah kami terus berjalan. Namun, belum benar-benar sampai di pintu keluar bandara kami mampir dahulu ke counter Resorts World Genting yang berada di dalam area bandara untuk bertemu dengan blogger lain, yang juga dari Indonesia dan Thailand.
Tak lama kami istirahat dan mengisi tenaga, bus yang menjemput kami pun sudah menunggu di depan pintu keluar. Siang itu, Kuala Lumpur sedikit temaram. Bahkan di beberapa ruas jalanan gerimis sempat datang dan membuat suasana sedikit syahdu. Rasa kantuk menghinggapi mata saya kala berada di dalam bus. Namun, pemandangan Kuala Lumpur saat gerimis di luar sana lebih menarik hati.
Disambut Kabut di Resorts World Genting
Butuh waktu sekitar 2 jam untuk menuju Genting dari Kuala Lumpur. Jalanan yang dilewati pun bervariasi, dari jalanan lurus hingga berkelok-kelok. Setelah sampai di jalanan yang berkelok, saya baru sadar bahwa bus yang saya tumpangi telah masuk di kawasan Genting. Perlahan saya mulai melihat cable car yang lalu lalang di atas. Lalu pegunungan yang menghijau dengan sedikit kabutnya. Sore itu, cuaca di sekitar Genting sedikit muram tapi tidak dengan hati saya. Saya semakin antusias ketika bus sudah berhenti tepat di depan hotel.
Hotel On The Park adalah tujuan terakhir bus sekaligus tujuan pertama kami saat menginjakkan kaki di Genting. Oh ya, per November 2017 ini nama Hotel On The Park resmi diubah menjadi Theme Park Hotel. Sebelum sampai di hotel ini, saya sudah browsing untuk cari tahu sedikit tentang hotelnya. Ternyata Hotel On The Park adalah salah satu hotel di kawasan Genting yang memiliki banyak spot instagramable. Beruntung sekali saya dan rombongan FAM Trip bisa menginap di sana. Sebelum check in, saya dan rombongan bertemu Jay dan Alicia, teman baik yang setia mengantarkan kami kemana saja saat di Genting.
Sudah seperti yang saya duga sebelumnya, Hotel On The Park memang memiliki sudut-sudut yang instagramable. Dari lobby-nya saja sudah ada tumpukan cangkir-cangkir raksasa berwarna-warni yang cocok sekali untuk background berfoto. Belum lagi tempat duduk yang ternyata adalah semacam mirroring 3D wall yang bisa digunakan untuk menghasilkan foto ‘unik’. Maka nggak heran kalau 2 spot ini jadi spot andalan bagi tamu untuk berfoto.
Sambil menunggu untuk menuju ke kamar, rombongan kami pun mendapatkan welcoming drink dari Eatopia. Saya memilih teh tarik sebagai welcoming drink-nya biar berasa ‘Malaysia banget’. Selain itu, kami juga bisa mengambil roti atau makanan yang ada di sana sebagai pengganjal lapar. Sore itu saya memilih croissant. Saya, Astari, Pandu, dan Om Yayan (Om Nduut) join makanan biar bisa saling icip rasa. Dari donat, croissant, hingga croissant almond semua diletakkan di tray dan kami coba satu persatu. Rasa yang paling juara ada pada croissant almond yang diambil Astari.
Eatopia adalah counter food and beverages yang terletak di lobby Hotel On The Park. Karena tidak ada restoran di hotel ini, Eatopia berguna sekali untuk menolong mereka-mereka yang perutnya lapar. Berbagai makanan seperti nasi lemak hingga croissant dijual di sana. Sistemnya adalah grab & go, setelah membayar pembeli bebas untuk makan dimana saja.
Selesai makan, kami pun naik ke atas untuk meletakkan barang di kamar. Surprise-nya, setiap orang mendapat satu kamar tipe Quads yang berkapasitas untuk 4 orang. Selain girang karena kamarnya luas saya sempat khawatir karena tentunya akan tidur sendirian. Untungnya, di kanan kiri kamar saya adalah kamar rombongan peserta FAM Trip juga jadi nggak akan khawatir kesepian. Kami hanya diberi waktu sekitar 10 menit untuk meletakkan barang karena setelah itu Jay akan mengajak rombongan untuk hotel tour di Hotel On The Park.
Sensasi Menginap di Hotel On The Park (Theme Park Hotel)
Hotel tour diawali dengan melihat tipe kamar yang pertama, kamar yang paling besar. Kamar ini bisa dihuni 3 orang tamu. Ada 2 macam bed di kamar ini, 1 bed queen size untuk 2 orang dan 1 single bed. Yang bikin kamar ini istimewa adalah tempat tidur single bed-nya bisa dinaikturunkan di bagian kepala menggunakan remote. Mirip tempat tidur rumah sakit yang dengan mudahnya bisa ditegakkan. Kamar ini ditujukan untuk mereka yang membawa lansia. Oleh karena itu, tipe tempat tidurnya pun sudah disesuaikan.
Kamar tipe kedua yang kami datangi adalah tipe Quads. Kamar ini sekaligus jadi kamar yang saya dan rombongan lain tempati di lantai 7 dan 8. Kamar tipe ini memiliki 2 bed tipe queen dan muat untuk 4 orang. Bentuk tempat tidurnya pun unik, matrasnya diletakkan langsung di atas semacam tatami yang default-nya sudah menempel pada dinding kamar. Selain itu, di bagian bawah tempat tidur jadi tempat serbaguna untuk menyimpan tas, koper, laundry bag, dan juga brankas.
Sementara itu kamar terakhir yang kami singgahi adalah tipe Sixers yang bisa memuat 6 orang tamu. Di kamar ini, ada 1 bed tipe queen untuk 2 orang dan bunk bed yang bisa memuat 4 orang. Jadi, total tamu yang bisa menginap di kamar ini adalah 6 orang. Cocok sekali buat mereka yang ingin liburan bersama banyak teman atau keluarga besar.
Di setiap kamar di Hotel On The Park sudah disediakan fasilitas untuk menunjang kenyamanan pengunjung. Toilet di setiap kamar dijadikan 2 ruangan yaitu dipisah antara closet dan kamar mandi. Amenities hotel pun lengkap dari mulai peralatan mandi (sabun, shampo, conditioner, sikat gigi, body lotion, cotton bud, shower cup, pisau cukur, hingga sanitary bag) hingga keperluan minum (air mineral, teh, gula, dan kopi). Di setiap kamar pun sudah tersedia fasilitas penunjang seperti hair dryer, kulkas, telepon (yang bentuknya unik), dan teko pemanas air (water heater).
Yang paling saya suka dari hotel ini adalah kamar-kamarnya yang instagramable. Semuanya terkonsep dengan baik. Gambar-gambar di dinding yang konsepnya handwritten makin membuat kamar jadi spot foto yang kekinian. Gambar-gambar itu ada di dinding, pintu kamar mandi, hingga tirai. Yang paling jadi ciri khasnya adalah televisi yang diberi casing bentuk kumbang dan gantungan baju serta hanger-nya yang dibuat seolah-olah menyerupai lemari.
Nah, yang masih penasaran atau memperkirakan seperti apa ruangan hotel yang saya tinggali, bisa lihat video room tour saya di bawah ini:
Di setiap kamar juga dilengkapi dengan stop kontak universal. Ini yang cukup melegakan hati saya pasalnya saya lupa membawa travel charger yang ketinggalan di kantor suami. Untungnya colokan di kamar cukup bersahabat untuk segala jenis charger. Oh ya, jangan berharap menemukan AC (air conditioner) di dalam hotel ini karena semua kamar hanya dilengkapi dengan kipas angin. Namun jangan khawatir dulu karena suhu Genting yang sejuk rasanya pun ngalah-ngalahin AC. Saat malam suhunya bisa mencapai 18 derajat celcius. Bahkan kalau habis mandi, ‘AC alami’ itu terasa dingin dan nggak bisa dikecilin.
Tak hanya memiliki konsep interior yang unik, pemandangan dataran tinggi Genting yang sejuk juga dihadirkan lewat jendela-jendela kamar. Dari kamar saya saja terlihat Mall Sky Avenue, First World Hotel, dan cable car yang berlalu-lalang. Saat pagi hari, pemandangan-pemandangan itu menjadi sangat syahdu karena objeknya tertutup kabut. Pemandangan lebih memukau lagi terlihat dari kamar Raisa aka Astari. Dari kamarnya terlihat hamparan pegunungan Genting yang menghijau dengan puncak Chin Swee Temple terlihat di kejauhan. Di bawahnya terlihat pula taman hotel yang sering dijadikan lokasi foto oleh orang-orang.
Empat hari 3 malam menginap di Hotel On The Park rasanya sangat nyaman. Setiap malam saya bisa tidur nyenyak dengan suhu udara rasa AC tanpa harus menyalakan kipas angin. Kalaupun ingin mandi tinggal pergi ke kamar mandi dan merasakan sensasi ‘pijatan’ air hangat dari kucuran air shower yang mengalir. Belum lagi fasilitas wifi yang cukup kencang membuat saya jadi mudah berkomunikasi via saluran internet dengan suami yang ada di Jakarta. Saya bisa video call sambil room tour menunjukkan apa saja yang ada di dalam hotel dan pemandangan luarnya.
Selain Eatopia yang bisa dijadikan ‘pelarian’ kala perut lapar, ada pula vending machine yang berisi makanan dan minuman dengan sistem self service. Vending machine ini terletak di lantai 5. Sayangnya, agak sulit buat saya yang berada di lantai 7 untuk menuju lantai 5 karena automatic card hanya bisa digunakan di lift untuk menuju ke lantai dimana saya menginap. Tapi itu tak jadi masalah, karena makanan-makanan di Eatopia pun sudah bisa mengenyangkan perut apabila memberontak ingin diisi.
Setelah room tour selesai di sore hari pertama itu, saya dan rombongan pun melanjutkan perjalanan menuju Mall Sky Avenue untuk makan malam. Di sini petualangan saya dan rombongan FAM Trip berlanjut. Apa saja cerita serunya? Cerita lebih lanjutnya, tunggu yaa. Masih banyak yang seru-seru yang saya dan rombongan FAM Trip lewati di Resorts World Genting.
Bersambung….