Doa untuk Azka

Sabtu, 8 November 2014

“Allah Maha Baik, takdir Allah pasti baik. Beberapa minggu yang lalu kami sedang di puncak bahagia2nya melihat titipan Allah di perut. Titipan yang kami tunggu2 sejak satu tahun perkawinan. Amazing melihatnya bergerak2 aktif di dalam perut. Tapi Allah Maha Pembolak balik hati manusia. Kamis lalu aku tidak merasakan apapun, bahkan tendangan kecilnya. Dokter tidak menemukan detak jantungnya. Bukan karena aku capek, jatuh, atau salah makan. Tapi karena lehernya terlilit tali pusar dan plasentanya terlalu kecil dan rapuh sehingga asupan makanan dan oksigen tidak masuk. Hari ini dia terpaksa lahir, tanpa pernah aku dengar tangisannya, tanpa pernah bisa aku peluk. I lost my baby boy, Azka Adhyastha Alana. Insyaallah kami ikhlas, doakan terus kami tabah. Insyaallah dia tabungan surga kami. Tolong selipkan sedikit dalam doa kalian untuk anak kami..”

 

Itu pesan pertama yang aku kirim via whatsapp setelah beberapa hari aku menghilang tanpa kabar dari kantor.

Tak perlu menunggu lama, pesan ucapan bela sungkawa pun berdatangan. Nasihat supaya sabar dan ikhlas banyak diucapkan. Ya, sabar dan ikhlas, kata-kata yang mulai sekarang sangat sulit untuk dilakukan. Sulit, sulit sekali…

Azka Adhyastha Alana, itu nama indah yang kami berikan padanya. Maknanya adalah anak lelaki yang diharapkan bisa menjadi pemimpin yang bersih. Iya, dia pemimpinku, pemimpin kami menuju surga kelak.

Aku sayang Azka, kami sayang Azka, semua sayang Azka. Beribu doa diucapkan untukmu, Nak. Meski ada buliran air mata mengikuti.

“Demi Allah,” Rosulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya janin yang keguguran akan membawa Ibunya ke Syurga dengan tali pusarnya, jika Ibunya itu Ikhlas.”
(Hadist Riwayat: Ibnu Majah)

Subhanallah.
Demikian luar biasa pahala dan Hikmah keguguran.
Jika Ujian itu dihadapi dengan Ikhlas, sang Ibu akan masuk Syurga karenanya.
Sebuah balasan yang sangat Mulia dan mahal nilainya.

Hadits lain dari Ali bin Abi Thalib bahkan menyatakan bukan hanya ibu yang “terselamatkan” berkat keguguran yang dihadapi dengan penuh ke Ikhlasan, melainkan juga sang Ayah.
“Sesungguhnya janin yang keguguran akan memohon dengan sangat kepada Rabbnya, jika kedua orang tuanya masuk Neraka. Sehingga dikatakan kepadanya, ‘Wahai janin yang memohon kepada Tuhannya, masukkan-lah kedua orang tua-mu ke dalam Syurga. Kemudian janin itu pun menarik mereka dengan tali pusarnya menuju Syurga.”

Subhanallah…
Subhanallah..

Ibu sayang Azka :*

0 Comments

Part-Us

Kami berubah pikiran. Rencananya hari Sabtu baru akan ke RS untuk melahirkan, tapi sesegera mungkin setelah second opinion itu tak ada bedanya, kami pun segera ke RS awal untuk melahirkan Azka dengan bantuan dr Arman. Kasian Azka kalo kelamaan, kata suamiku.

Aku sudah kebal. Tak ada rasa apapun hanya bisa menurut. Aku hanya terus berdoa agar diberi yang terbaik untukku dan juga Azka.

Aku langsung menuju lantai tiga RS, tempat dimana dr Arman merujukkan. Aku dan tanteku menunggu di ruang bersalin sementara suamiku mengurus administrasi persalinan normal. Ruangan ini kini begitu dingin. Dingin perih menusuk tulang. Dingin melihat mereka yang kesakitan dan berujung bahagia saat mengetahui bayinya lahir dengan selamat. Sementara aku akan melewatkan hari di RS untuk berjuang melahirkan bayiku yang sudah tak bernyawa.

Continue Reading
2 Comments

Second Opinion

“Mba maaf aku ngga bisa masuk lagi hari ini, bayiku detak jantungnya ilang. Tolong kasih tau teman produser lain via personal message aja ya, jangan di grup. Thx”

Begitu pesan via whatsapp yang aku kirimkan pada salah satu asisten produserku untuk izin tidak masuk. Aku sengaja tidak memberitahukan via grup karena masih sangat berharap pendapat dr Arman salah. Ya, masih berharap my Azka masih ada dan tidak membuat panik temanku.

Ini hari Jumat. Jumuah mubarokah seharusnya. Tapi mungkin ini menjadi seperti Jumat keramat di KPK karena aku harus menerima putusan,apapun bahkan yang terburuk sekalipun.

Continue Reading
1 Comment

Penyesalan

Penyesalan memang selalu datang terlambat. Seolah penyesalan dan kata terlambat memang sudah satu paket. Kesedihanku membuncah di dalam taksi yang kami naiki malam itu menuju ke rumah. Air mata tak berhenti mengalir. Dimana bayiku? Kembalikan bayiku?

Di perjalanan hingga ke rumah, rasa sesal memenuhi benakku. Andai saja aku peka sejak beberapa hari yang lalu. Andai saja aku tak terlalu capek. Andai saja aku pergi ke doker lebih awal. Andai saja..andai saja yang lain muncul. Tak peduli kata dr Arman bahwa ini bukan salahku. Bahwa murni ini memang belum rejeki dan kalaupun sudah dari kemarin ketahuan, tak ada yang bisa diperbuat karena letak bayi di dalam perut.

Continue Reading
0 Comments

Kamis, 6 November 2014: Azka (Benar-Benar) Telah Pergi

Aku bangun penuh gemuruh rasa tidak enak hati yang menyelimuti. Sungguh perasaan tak enak membuncah memenuhi dada. Semoga tidak ada apa-apa, pikirku. Tapi rasanya bangun kali ini berbeda, aku tak merasakan apa-apa di perut. Ringan sekali. Seperti tidak hamil. Pikiranku sudah kemana-mana tapi aku masih berusaha untuk berpikiran positif, Azka sehat.

Hari ini aku masih bekerja seperti biasa. Walaupun ada sedikit rasa ngga enak tapi kupaksakan. Toh nanti sore aku ke dokter kandungan. Selain memang jadwal kontrol bulanan, sekalian memastikan kenapa malaikat kecilku tak jua bergerak.

Continue Reading
1 Comment