Pengalaman Mudik Lebaran 2023

Pengalaman Mudik Lebaran 2023

Tulisan ini tuh sudah ditulis dari kapan tahun tapi masih bertengger di draft karena malas editing fotonya. Tapi menurut saya kok ya sayang kalau cuma ada di draft, jadi di-publish aja akhirnya. Mohon maaf kalau ada ketidak-update-an topik.

Sebagai rutinitas tahunan, mudik akan terasa sama saja kegiatannya setiap tahun. Pulang, lewat tol, melewati jalan berliku selepas tol, lalu sampai di rumah. Tapi setiap tahun akan ada sesuatu yang berbeda dari sekedar rutinitas. Begitu pula dengan mudik tahun ini, ada cerita yang berbeda tentunya dengan mudik tahun-tahun sebelumnya.

Mudik tahun ini kami lakukan H-8 sebelum Lebaran. Dibanding tahun sebelumnya saat sedang pandemi, tahun ini mudik relatif lebih mepet Hari Lebaran karena pertimbangan kondisi kesehatan kami sekeluarga. Aqsa habis sembuh pertusis dan beberapa hari sebelum mudik malah kena alergi sampai sesak nafas. Sementara saya dan suami lagi batuk tak berkesudahan. Makanya kami menunggu sampai semua pulih dan cukup kuat buat perjalanan jauh.

Baca Juga:   Kisah Aqsa Berjuang Melawan Pertusis

Berbeda dari tahun lalu yang perjalanannya nyubuh banget alias subuh-subuh habis sahur berangkatnya, tahun ini kami membuat skema yang berbeda. Kami berangkat sengaja agak siangan, jam 10.00 agar bisa istirahat atau paling tidak tidur dulu sebelum bepergian. Suami saya sih yang tidur dulu, sedangkan saya bisa siap-siap lebih banyak dan beresin rumah dulu.

Baca Juga:   #CeritaIbu: Pengalaman Mudik Awal Waktu bersama Anak saat Pandemi

Kami sengaja berangkat agak siangan juga karena memang merencanakan perjalanan selama 2 hari. Hari pertama hanya sampai Purwokerto dan hari kedua baru menuju Purworejo. Skema ini sudah kami rencanakan dari jauh-jauh hari karena selain biar perjalanan lebih santai, kami juga ingin sedikit refreshing dengan menghabiskan malam di kota lain.

Hari Pertama Mudik Lebaran

Kami berangkat mudik start sekitar jam 10.00 dari Ciledug. Tujuan kami di hari pertama adalah Purwokerto. Dari Ciledug, kami masuk dari gerbang tol Ciledug hingga keluar di Pejagan kemudian melanjutkan melalui jalan biasa ke Purwokerto.

Cuaca siang itu panas. Entah kenapa memang selama bulan puasa, cuaca siang puanaass banget sampai tiap siang saya nyalain AC. Tapi nggak apalah karena saya justru lebih senang kalau di perjalanan cuacanya panas gini. Kalau hujan, perjalanan jadi lebih cepat dan minim bahaya. Kalau hujan, jadinya malah sedih di jalan.

Baca Juga:   Kisah Si Penderita Alergi Bertahan saat Musim Hujan dan Pandemi

Setelah melewati sekitar 3 jam perjalanan, kami istirahat di rest area di Subang buat salat dan beliin Aqsa makan siang sekaligus bukaan puasanya. Hari itu, lalu lintas di tol belum ramai dan pemudik belum begitu banyak. Akan tetapi, beberapa fasilitas pendukung arus mudik sudah berdiri kayak posko Lebaran di rest area. Dan di rest area Subang ini temanya unik banget, Minions. Udah gitu, ada mini playground-nya pulak plus masih sepi pemudik. Jadilah Aqsa bisa sambil mainan di playground pas saya atau ayahnya salat.

Selesai salat, kami lanjut perjalanan dan memutuskan untuk nyuapin Aqsa makan di mobil saja karena takut kemalaman sampai Purwokerto. Alhamdulillah, sampai keluar tol Pejagan, perjalanan lancar jaya. Hanya saja di beberapa ruas jalan masih banyak perbaikan. Plus yang jadi sorotan saya adalah, jalanan di tol yang bergelombang karena banyak tambalan. Tumbenan ini jelang Idul Fitri kok nggak dibereskan?

Kaluar Tol Pejagan, perjalanan masih lancar jaya. Daerah Songgom, Brebes yang biasanya jalannya juelek banget di pinggir sungai, ini 90% sudah bagus. Jadi kecepatan mobil nggak perlu melambat drastis untuk menyesuaikan medan jalan. Sambil berperjalanan, saya pesan hotel di Purwokerto. Semendadak itu memang karena sejak punya anak, rencana perjalanan bisa berubah bahkan dalam hitungan jam menyesuaikan kondisinya. Jadi, hal-hal yang kayak gini emang udah biasa.

Baca Juga:   Aron Hotel, Hotel Klasik Murah Meriah di Pusat Kota Purwokerto

Seperti yang sudah saya perkirakan, kami sampai di hotel di Purwokerto beberapa menit sebelum azan Magrib. Lega rasanya, bisa sampai di tujuan sebelum berbuka puasa. Meski berbuka seadanya dulu, paling tidak, kami bisa merenggangkan kaki dan badan. Hotel yang kami tuju saat itu adalah Aron Hotel, Purwokerto. Hotel klasik tapi nyaman banget untuk diinapi. Nanti kapan-kapan saya tulis sendiri review hotelnya di artikel terpisah.

Selesai Salat Magrib di hotel, kami lanjut cari makan yang dekat-dekat hotel saja. Kami makan di  dekat-dekat hotel saja dan pilihannya jatuh pada Sroto Sokaraja Pak H Loso. Srotonya ini enak, apalagi saat itu kami kelaparan. Beruntung juga karena warungnya pun nggak ngantri di jam buka puasa. Semangkuk sroto, walaupun agak pricey buat harga Purwokerto, tapi cukup membuat perut kami sekeluarga kenyang. Aqsa juga doyan pas makan sroto di sini. Padahal sebelumnya kukira nggak akan doyan.

Mudik hari pertama ini selanjutnya kami tutup dengan leyeh-leyeh di kamar hotel. Aqsa jangan ditanya lagi, dia girang banget setiap kami ajak menginap di hotel. Begitu pun hari itu.

Hari Kedua Mudik Lebaran

Hari kedua mudik dibuka dengan sahur di hotel. Kebetulan paket yang kita ambil adalah kamar plus sarapan yang diganti dengan makan sahur bagi yang berpuasa. Makan sahur baru bisa dimulai pukul 03.30 di hotel.

Nggak banyak orang yang makan sahur hari itu, entah karena sedikit pengunjung yang berpuasa atau banyak yang memilih makan di kamar. Menu makanan pagi itu tak begitu banyak di resto, hanya ada buffet nasi dan lauk, bubur, cemilan berupa donat dan mendoan, buah, aneka minuman kopi dan teh, serta roti tawar. Lauk nasinya pun nggak banyak, hanya sayur capcay, bihun, sambal goreng kentang, ayam goreng, sambal dan kerupuk.

Tapi ada yang spesial dengan menu makan sahur ini karena rasanya enak. Beneran enak, kayak rasa makanan rumahan dan bukan tipikal makanan hotel yang biasanya suka hambar. Saya yang biasanya nggak nafsu makan saat sahur, jadi makan banyak. Bahkan suami yang biasanya flat aja kalau mengomentari masakan, dia bilang kalau makanannya enak. Juaranya buat saya adalah tempe mendoannya. Saya sampai makan lagi dan lagi padahal sedang ngurangin gorengan.

Selesai sahur, nggak ada kegiatan yang bisa kami lakukan. Buat re-charge energi, kami tidur setelah Salat Subuh. Awalnya, saya kira hotel ini ada kolam renangnya, tapi ternyata tidak. Padahal saya udah bilang Aqsa mau ngajakin dia renang. Untung anaknya nggak kecewa dan lanjut tidur sampai siang.

Baca Juga:   Staycation Pertama Kali saat Pandemi di Eastparc Hotel

Jelang check out, kami sengaja meluangkan waktu buat menikmati suasana hotel yang klasik. Karena hari itu Hari Jumat, suami memutuskan untuk Salat Jumat di Masjid Raya yang dekat dengan hotel. Sementara suami Jumatan, saya nemenin Aqsa buka puasa dengan makan ramen di Rita Mall yang dekat dengan masjid dan Alun-Alun Purwokerto. Pulang makan, kami sempat foto-foto di area alun-alunnya.

Sebelum resmi berangkat ke Purworejo, kami beli getuk goreng dulu yang juga oleh-oleh khas Purwokerto di Getuk Goreng H. Tohirin yang ternyata banyak buanget cabangnya berderet sejalan-jalan. Beres beli getuk goreng, kami pun cusss berangkat ke Purworejo diiringi langit mendung dan sesekali hujan rintik di beberapa titik.

Sempat mampir di tempat saudara di Kebumen, kami pun kemudian melanjutkan perjalanan ke Purworejo demi mengejar buka puasa di rumah. Alhamdulillah, kami bisa sampai ke rumah mertua saya sekitar pukul 17.00, pas banget saat ada gempa Tuban dan orang-orang sedang pada di luar rumah. Jadi, kami datang disambut gempa deh.

Alhamdulillah, kami bisa mudik dan bertemu Lebaran lagi tahun ini. Bisa juga merasakan sensasi mudik yang berbeda tahun ini. Kalau kalian, gimana pengalaman mudiknya tahun ini?

 

0 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023