“Prof, kira-kira kenapa ya penyebabnya kok bisa naik lagi?” tanya saya getir ketika mengetahui hormon prolaktin yang sebulan lalu mati-matian diturunkan untuk kedua kalinya di promil kali ini justru naik hampir 2 kali lipatnya.
Tak seperti program hamil pertama dan kedua, entah mengapa di program hamil kali ini si prolaktin tampak membandel. Sudah 2 kali dikasih obat yang berbeda tak kunjung berada di angka normal malah grafiknya naik turun. Terakhir justru naik di angka 70 sekian padahal pada konsultasi sebelumnya sudah ada di angka 43, sedangkan batas maksimalnya adalah sekitar 24.
“Angkanya tinggi nih, suntik ILS ya,” begitu kira-kira kalau tidak salah kalimat yang dilontarkan Prof Jacoeb setelah melihat hasil uji Antibody Sperm Autoimmune (ASA).
Saya nggak ngerti awalnya apa yang dimaksud Prof Jacoeb. Bahkan setelah keluar dari ruangan konsultasi saat itu. Yang saya paham hanyalah antibodi tubuh saya terlalu tinggi hingga menyebabkan sperma yang masuk dianggap benda asing. Belum sampai membuahi, si sperma sudah mati duluan. Begitulah kira-kira.
Sudah ratusan purnama rasanya saya pengen banget menyaksikan kemeriahan Imlek tapi kok ya selalu nggak pas waktunya. Waktu masih kerja di TV, sebelum Imlek biasanya saya liputan serba-serbinya di Glodok, trus wawancara tokoh Tionghoa, wawancara pengamat budaya Tionghoa, ke museum yang menyimpan sejarah Tionghoa, atau wawancara suhu atau peramal shio. Nyaris pas hari H Imlek saya justru nggak menyaksikan seperti apa kemeriahannya karena selalu dikasih liputan non-Imlek.
‘Bangun tidur yang dicari pertama kali hape’
‘Kalau dibangunin susah tapi giliran ada chat atau telepon masuk langsung buru-buru angkat’
‘Berlama-lama main hape betah tapi disuruh baca buku satu halaman aja udah ngantuk’
Dan masih banyak lagi.