Kami berubah pikiran. Rencananya hari Sabtu baru akan ke RS untuk melahirkan, tapi sesegera mungkin setelah second opinion itu tak ada bedanya, kami pun segera ke RS awal untuk melahirkan Azka dengan bantuan dr Arman. Kasian Azka kalo kelamaan, kata suamiku.
Aku sudah kebal. Tak ada rasa apapun hanya bisa menurut. Aku hanya terus berdoa agar diberi yang terbaik untukku dan juga Azka.
Aku langsung menuju lantai tiga RS, tempat dimana dr Arman merujukkan. Aku dan tanteku menunggu di ruang bersalin sementara suamiku mengurus administrasi persalinan normal. Ruangan ini kini begitu dingin. Dingin perih menusuk tulang. Dingin melihat mereka yang kesakitan dan berujung bahagia saat mengetahui bayinya lahir dengan selamat. Sementara aku akan melewatkan hari di RS untuk berjuang melahirkan bayiku yang sudah tak bernyawa.