Infertilitas atau ketidaksuburan sering menjadi persoalan yang mempengaruhi banyak pasangan yang berusaha untuk memiliki anak. Salah satu terapi yang digunakan dalam mengatasi kondisi infertilitas adalah Imunisasi Leukosit Suami (ILS). Artikel ini akan membahas ILS sebagai metode terapi, prosesnya, serta manfaat yang dapat dihadirkan dalam menangani masalah infertilitas pada pasangan suami istri.
Semenjak program hamil ketiga dan berhasil dengan output berupa Aqsa (udah kek barang aja nih), saya sering banget dapat DM mengenai pertanyaan seputar program hamil. Untungnya, saya masih telaten sih balasin satu per satu tapi ya itu kadang pertanyaan yang masuk mirip-mirip. Jadi saya berasa repetisi ngetiknya. Kadang juga malah ada DM yang kelewat dan baru kebaca beberapa minggu kemudian. Kasihan juga sih kalau memang membutuhkan jawaban.
“Angkanya tinggi nih, suntik ILS ya,” begitu kira-kira kalau tidak salah kalimat yang dilontarkan Prof Jacoeb setelah melihat hasil uji Antibody Sperm Autoimmune (ASA).
Saya nggak ngerti awalnya apa yang dimaksud Prof Jacoeb. Bahkan setelah keluar dari ruangan konsultasi saat itu. Yang saya paham hanyalah antibodi tubuh saya terlalu tinggi hingga menyebabkan sperma yang masuk dianggap benda asing. Belum sampai membuahi, si sperma sudah mati duluan. Begitulah kira-kira.
Saya dan suami masuk ke ruang tunggu Klinik Sam Marie sore itu. Ruangan sudah penuh oleh pengunjung dan diperkirakan saya akan menunggu lama. Ini adalah kunjungan ke sekian kalinya ke Prof Jacoeb. Namun kali ini saya agak sedikit deg-degan karena di kunjungan kali ini Prof akan membacakan seluruh hasil tes laboratorium yang saya dan suami telah lakukan sebelumnya.
