Cerita Program Hamil Ketiga: Baca Hasil Lab dan Panen Obat

Cerita Program Hamil Ketiga: Baca Hasil Lab dan Panen Obat

Saya dan suami masuk ke ruang tunggu Klinik Sam Marie sore itu. Ruangan sudah penuh oleh pengunjung dan diperkirakan saya akan menunggu lama. Ini adalah kunjungan ke sekian kalinya ke Prof Jacoeb. Namun kali ini saya agak sedikit deg-degan karena di kunjungan kali ini Prof akan membacakan seluruh hasil tes laboratorium yang saya dan suami telah lakukan sebelumnya.

(Baca juga: Cerita Program Hamil Ketiga: Menghadapi Berbagai Tes Laboratorium)

Sebelum masuk ke ruangan Prof Jacoeb, seperti biasa saya harus melewati fase USG transvaginal bersama dr Nadir Chan. Sebenarnya ini adalah tindakan yang cukup menyakitkan secara harfiah walau saya sudah nggak kehitung entah berapa kali di-USG transvaginal. Tapi yang satu ini tetap saja mendebarkan dan bikin sakit.

Selesai USG transvaginal kami masih menunggu ketika jam dinding sudah maju 60 menitan dari waktu pertama kali masuk ke dalam ruang tunggu. Saya sih sudah pasrah dan memperkirakan akan menunggu sekitar 3-4 jam sampai semua urusan sesi konsultasi kali ini berakhir.

(Baca juga: Cerita Program Hamil Ketiga: Hallo, Prof Jacoeb)

Ini adalah hal yang biasa banget saya alami kala program hamil. Mungkin karena saya sengaja memilih dokter kandungan yang lumayan populer jadi ya harus terima aja kala konsultasi ke dokter lumayan mengantri. Apalagi Prof Jacoeb yang baru balik dari Swiss selama 3 minggu bikin pasien membludak. Ditambah sebentar lagi masuk waktu Maghrib, jadi sudah pasti Prof Jacoeb akan istirahat salat sampai Isya. Saya menarik nafas panjang hingga akhirnya terdengar panggilan

“Ibu Dewi Ratnasari,” suara suster memanggil nama saya. Iya nama saya dan saya kaget kalau ternyata bakal secepat ini. Saya kira saya harus menunggu 3-4 jam lagi.

Saya pun masuk ke ruangan Prof Jacoeb. Sudah ada banyak kertas hasil tes lab di atas meja Prof dan tinggal menunggu dibacakan. Rasanya dag dig dug dhueerr takut hasilnya mengecewakan dan malah bikin saya atau suami tambah down. Takutnya juga ada kesalahan prosedur tes dan harus diulang semuanya karena beberapa kali sebelum tes, saya dan suster bingung apakah harus melakukan USG Folikel, mikrokuretase, dan HSG atau tidak karena sebelumnya Prof Jacoeb pun nggak menyarankan.

Baca Juga:   Menyambut 2017, antara Resolusi dan Realitas

Pertama kali hasil lab yang dibacakan adalah punya saya. Antara lain seperti ini hasilnya:

  • Hasil cek darah (hematologi) semuanya bagus. Fiuuhh, yang bagian ini lega banget karena saya kira bakal ada indikasi kekentalan darah.
  • Hasil tes urine fungsi ginjal masih bagus
  • Fungsi hati masih bagus
  • Kolesterol agak sedikit tinggi, di atas ambang normal tapi masih dalam angka aman.
  • Gula agak sedikit tinggi, di atas ambang normal tapi masih dalam angka aman.
  • Hormon FSH, LH, dan AMH normal
  • Hormon estradiol, testosteron, dan progesteron normal
  • Hormon prolaktin sangat tinggi, angkanya sampai 83,03 padahal batas normal paling tinggi 25.00. Kata Prof harus minum obat. Kalau sudah diminumin obat nggak turun harus MRI. Bahkan kalau angkanya di atas 100 harus langsung MRI.
  • Hasil tes TORCH beberapa positif jadi harus minum obat untuk mengobatinya. Obatnya diminum sampai hamil nanti nggak boleh berhenti. TORCH ini kata Prof yang bisa menyerang janin dan bikin janin jadi terinfeksi sehingga bisa menyebabkan kelainan atau kecacatan janin.
  • Hasil uji antibodi antisperma ditemukan antibodi yang tinggi dalam darah terhadap sperma (ini bener nggak sih begini istilahnya? Yah pokoknya tubuh menganggap sperma yang masuk adalah benda asing jadi antibodinya bekerja buat mematikan sperma)

Itu baru hasil uji lab dari pihak saya. Beberapa hal kayak hasil tes TORCH bikin saya kaget. Tapi nilai hormon prolaktin yang tinggi sih saya nggak kaget lagi karena dari dulu memang itu biang susah hamil di diri saya. Trus senangnya lagi, saya juga nggak harus USG folikel, HSG, dan mikrokuretase sama Prof Jacoeb.

(Baca juga: Hallo Hiperprolaktin)

Oke sekarang lanjut ke hasil tes lab suami. Hasilnya antara lain:

  • Hasil cek darah (hematologi) semuanya bagus.
  • Hasil tes urine fungsi ginjal masih bagus
  • Fungsi hati masih bagus
  • Kolesterol agak sedikit tinggi, di atas ambang normal tapi masih dalam angka aman.
  • Gula agak sedikit tinggi, di atas ambang normal tapi masih dalam angka aman.
  • Hasil cek sperma jumlahnya bagus namun pergerakannya masih kurang. Spermanya kalau kata Prof Jacoeb pada suka ngumpul dan ‘ngerumpi’. Nah karena hasil ini, suami saya juga disarankan harus minum obat.
  • Umur sperma rata-rata 1,5 hari atau 36 jam dengan angka normalnya 72 jam. Maka kami disarankan berhubungan di atas jam 6 sore dan tidak disarankan pada pagi hari.
Baca Juga:   Mengenal Saraf Kejepit dan Penanganannya di RS Premier Bintaro

Dari hasil cek lab semuanya yang sudah dibacakan Prof Jacoeb, simpulannya adalah saya dan suami sama-sama harus minum obat. Rincian obatnya pun nggak tanggung-tanggung karena sehari bisa minum 5 hingga 8 kali. Jadi saya dan suami harus banyak minum biar kerja ginjal nggak berat.

Berikut rincian obat yang saya harus minum:

  • Varoc (spiramicyn) diminum 4 kali sehari di 10 hari pertama
  • Valvir diminum 2 kali sehari di 10 hari kedua
  • Viadoxin diminum 2 kali sehari di 10 hari ketiga
  • Isoprinosine diminum 4 kali sehari setiap hari Selasa dan Rabu
  • Caberline diminum 2 kali sehari setengah tablet setiap hari Senin dan Kamis
  • Vitamin B6 diminum 1 kali sehari setiap hari

Semua obat di atas harus diminum dan ditebus ulang kalau sudah habis kecuali Caberline. Sementara daftar obat suami antara lain:

  • Alerten diminum 1 kali sehari
  • Pectocil diminum 1 kali sehari
  • Oligocare diminum 1 kali sehari
  • Seloxy diminum 1 kali sehari
  • Vitan diminum 1 kali sehari

Semua obat suami harus diminum setiap hari dengan jeda 1 jam sampai habis dan ditebus lagi dalam periode hingga 3 bulan.

beberapa obat promil suami, punya saya belum sempat difoto, hehe

Selain ‘panen obat’, Prof Jacoeb juga kasih kami rekomendasi untuk cek lab dan konsultasi ke dokter lagi, antara lain:

  • Cek TORCH buat suami
  • Tambal gigi buat suami karena giginya ada yang bolong, khawatir bakteri dari gigi bisa mengganggu proses program hamil (nggak nyangka ya sampai sedetail ini?)
  • Cek hormon prolaktin di hari ke 21/22 haid. Prof Jacoeb bilang setelah Caberline habis pasti haid datang.
  • Tes lab TORCH buat saya di bulan Januari 2018
  • Konsultasi dan suntik ILS (imunisasi leukosit suami) ke dr Sundari

Sesi konsultasi kami selesai pas banget saat alarm adzan maghrib di hape Prof Jacoeb berbunyi. Kami menghela nafas panjang. Perjuangan belum berakhir dan kami harus mengumpulkan semangat dan tenaga (serta materi) buat program hamil ini. Dan berikut rincian biaya konsultasi serta obat pada hari itu:

  • Konsultasi dengan Prof Jacoeb Rp 450.000
  • USG Transvaginal dengan dr Nadir Chan SpOG Rp 300.000
  • Obat apotek (punya saya) Rp 2.569.100
  • Obat apotek (punya suami) Rp 1.463.500
Baca Juga:   #CeritaIbu: Menyapih Aqsa dengan Cinta, Tega, dan Drama

Total Jenderal: Rp 4.782.600

Fiuuuhhh, capek nggak bacanya? Saya sih capek nulisnya, haha tapi harus tetap semangat menjalaninya. Lagi-lagi saya minta doanya ya biar semua proses ini berjalan lancar dan memeroleh hasil yang terbaik sesuai dengan ekspektasi kami.

 

10 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023