“Kamu pengen kerja dimana?” tanya saya pada seseorang.
“Nggak tahu,”ujarnya bingung.
“Nah sekarang passion-mu apa? Biar aku bisa mengarahkan,” ujar saya sedikit gemas.
“Hmmm, bingung juga apaan ya? Kayaknya aku nggak punya passion deh,” ujarnya lunglai.
“Kalau semua hal bisa dilakukan secara online, kenapa nggak,” ujar suami saya, seorang programmer yang motto hidupnya adalah ‘kalau ada cara yang mudah kenapa pakai yang ribet’.
Bukan tanpa alasan memang suami saya punya motto begitu. Pasalnya, ia adalah orang yang sangat percaya bahwa kemajuan teknologi punya banyak sisi baik, salah satunya adalah mempermudah manusia. Maka sejak menikah dengannya pun saya ‘dipaksa’ untuk melek dan memanfaatkan teknologi.
“Perasaan resolusimu itu muluk deh tiap tahun,” ujar suami kala saya bilang bahwa tahun depan harus hidup lebih sehat.
Kalau dipikir-pikir benar juga apa kata suami. Hampir tiap akhir tahun saya bikin resolusi pasti memasukkan hidup sehat di deretan resolusi saya. Tahun 2017 aja saya memasukkan rutin olahraga seminggu sekali ke dalam resolusi saya tapi kenyataannya wakwaw, haha.
Dulu, zaman duluuu banget, saya sering baca tabloid wanita langganan ibu saya dan mengamati gaya berpakaian ibu-ibu pejabat. Zaman dulu juga masih sedikit pejabat perempuan atau istri pejabat yang berhijab. Sekalinya berhijab, model hijabnya membungkus rambut sasakan yang menjulang tinggi atau model jipon alias jilbab poni (berjilbab tapi masih kelihatan poninya).
Motor yang saya dan suami naiki berbelok ke sebuah tempat dengan lahan parkir yang cukup luas. Kami memilih tempat yang teduh di bawah besarnya pohon untuk menempatkan motor siang itu. Saya kemudian melihat sekilas jam di ponsel, baru sekitar jam 11.00 namun tempat ini sudah lumayan ramai. Beberapa mobil dan motor terparkir di halaman depan warung. Saya pun mengernyitkan dahi, ternyata tempat yang letaknya bukan di jalan perkotaan ini dikunjungi cukup banyak orang meski belum masuk jam makan siang.
