“Lucu kali ya kalo punya anak kembar.”
Pernyataan itu masih sering saya ucapkan kalau melihat ada anak kembar di hadapan saya. Mungkin juga pernyataan itu jadi doa. Sempat saya merayu suami buat “Udahlah yuk kita program bayi tabung kembar aja”. Sungguh, dari dalam lubuk hati sebenarnya kadang tersirat juga ingin punya anak kembar walaupun saya dan suami tidak memiliki keturunan kembar. Melihat anak kembar rasanya gemas, apalagi jika sudah besar dan punya profesi yang sama. Dalam pikiran saya juga terbersit kalau punya anak kembar itu sekalian sakitnya pas melahirkan, sekalian repot juga pas gedeinnya. Tapi benar nggak sih seperti itu?