#CeritaIbu: Pengalaman Pertama Aqsa ke Dokter Gigi

#CeritaIbu: Pengalaman Pertama Aqsa ke Dokter Gigi

Sebagai orang yang punya banyak masalah gigi baik itu ketika masih kecil atau saat dewasa, pas punya anak saya punya cita-cita jangan sampai Aqsa kayak saya yang bolong giginya banyak dan malu saat beranjak dewasa karena gigi masih hitam. Makanya, dari kecil saya jaga banget kesehatan giginya mulai dari mengajari dia rajin menyikat gigi khususnya di malam hari, nggak ngasih makanan manis salah satunya permen, nggak membiarkan dia suka ngemut makanan, hingga membawa dia ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

Baca Juga:   Cerita Kehamilan Ketiga: Drama Perawatan Gigi saat Hamil

Puji syukur banget saya sama Tuhan karena punya rezeki lebih dari cukup untuk membesarkan anak. Saya bisa bawa dia ke dokter gigi bahkan di tempat yang bagus tanpa harus mikir biaya. Awalnya, saya dan suami pengen mengajak Aqsa ke dokter gigi pas usianya setahunan lebih karena dia tumbuh gigi baru usia lebih dari setahun. Tapi qadarullah pas mendekati waktunya justru terjadi pandemi.

Saat pandemi ke dokter gigi jadi momok yang paling besar karena kemungkinan tertular sangat besar peluangnya. Makanya, kami memilih menunggu sampai pandemi benar-benar reda karena nggak mau gambling. Jangan sampai menjaga kesehatan gigi Aqsa tapi bersamaan dengan itu juga mempertaruhkan kesehatannya yang lain. Saya nggak mau itu terjadi. Makanya saya memilih bersabar dan bersama suami berikhtiar sendiri dulu buat menjaga kesehatan giginya dari rumah selama pandemi.

Baca Juga:   #CeritaIbu: Kegiatan bersama Balita di Rumah saat Pandemi

Saat pandemi sudah sedikit mereda, alhamdulillah saya sempat dapat job dari salah satu brand pasta gigi dan di acaranya ada pemeriksaan gigi anak. Itu adalah kali pertama Aqsa ‘dipegang’ sama dokter gigi dan dokternya bilang gigi Aqsa bagus dan sangat sehat. Pemeriksaannya sih nggak lama tapi sudah cukup bikin hati saya dan suami lega.

Dari situ saya bertekad kalau pandemi sudah benar-benar reda, saya pengen bawa dia ke klinik gigi untuk periksa gigi yang sesungguhnya. Dan benar saja, ketika pandemi sudah berubah menjadi endemi, kami akhirnya membawanya periksa gigi di dokter gigi untuk pertama kalinya.

Pengalaman Periksa Gigi di Medikids Bintaro

Saya adalah orang yang paling heboh mencari klinik mana yang akan jadi tempat periksa gigi Aqsa pertama kali. Karena ini yang pertama dan supaya ke depannya dia nggak takut lagi kalau mau ke dokter gigi, tentulah saya pengen klinik giginya yang bagus, dengan sentuhan atau pendekatan yang menyenangkan ke anak, biayanya masuk ke budget pengeluaran kami, review google-nya bagus, dan tidak jauh dari rumah.

Setelah browsing dan bertanya sana-sini, akhirnya kami putuskan buat memeriksakan gigi Aqsa di Medikids Bintaro. Klinik ini nggak jauh-jauh amat dari rumah, desainnya lucu (yang pasti bisa mengurangi rasa nervous Aqsa ke dokter gigi), dan harganya masih masuk di kantong kami.

Alhamdulillah, setelah sounding beberapa kali ke Aqsa, dia antusias banget. Apalagi pas udah sampai klinik. Kami bisa datang langsung tanpa harus booking. Walaupun dadakan, beruntung saat itu ada dokter gigi yang masih praktik. Kami hanya disuruh menunggu sekitar 30 menit untuk bisa masuk dan berkonsultasi dengan dokter.

Baca Juga:   Tentang Menjaga Kesehatan Gigi Keluarga

Dari pertama masuk kliniknya, Aqsa udah senang banget. Walaupun tidak besar tapi suasana kliniknya hangat dan menyenangkan. Ditambah ornamen interiornya yang jauh dari kata seram, beda dengan klinik dokter gigi di kampung tempat saya periksa dulu.

Selain interiornya yang colorful dan banyak ornamen anak, di klinik ini juga menyediakan tempat bermain dan beberapa permainan anak. Wuaahhh Aqsa senang banget bisa bermain di sana walaupun beberapa mainannya sudah nggak utuh lagi. Suasana ngeri ke dokter gigi jadi sirna seketika. Berubah jadi excited dan menyenangkan.

Sambil main, kami juga terus sounding dan kasih sugesti positif ke Aqsa biar semakin dekat waktunya ketemu dokter, dia nggak makin ciut. Saya juga bawa dia lihat ruangan pemeriksaan dan alhamdulillah banget dia justru makin excited.

Hingga akhirnya tibalah Aqsa untuk masuk ruangan pemeriksaan dan kami bertemu drg. Asry Muda atau drg. Muda yang ramah banget. Aqsa yang kelihatan sedikit ragu pas masuk ruangan pemeriksaan, jadi berani ketika ditanya sama dokter. Dia juga kooperatif banget pas diminta dokter untuk buka mulut dan dilakukan serangkaian tindakan.

Dokter bilang bahwa gigi Aqsa ini bagus dan terawat. Giginya juga nggak ada yang bolong dan sehat. Semuanya dokter perlihatkan kondisi giginya di monitor. Karena giginya sehat, Aqsa hanya diminta untuk scalling atau membersihkan gigi. Saat itu, dia di scalling dengan semacam pasta gigi rasa jeruk, rasa pilihannya sendiri.

Saat scalling, dokter bilang bahwa tipikal gigi geraham Aqsa punya lekukan yang dalam, ia menyarankan untuk diberi semacam lapisan pelindung biar nggak mudah bolong. Tapi, karena saya dan suami pikir gigi Aqsa masih gigi susu dan dari awal kami soundingnya ke dokter gigi hanya untuk dibersihkan, maka kami menolak tawaran itu. Dokter pun maklum dengan alasan kami.

Hanya sekitar 15 menitan gigi Aqsa di-scalling. Selama 15 menit itu juga ia tenang dan kooperatif dengan apa yang dikatakan dan diperintahkan oleh dokter. Setelah selesai, ia diberi sticker tempel kesukaannya. Sementara itu, dokter memberikan kami beberapa wejangan seperti jangan lupa untuk periksa gigi setiap 6 bulan sekali, wajib banget sikat gigi malam buat Aqsa, dan setelah sikat gigi tidak boleh makan apapun. Alhamdulillah, 2 wejangan yang terakhir sudah kami lakukan bahkan saat gigi Aqsa mulai tumbuh.

Selesai periksa, tibalah saat kami bayar-bayar. Alhamdulillah biaya masih masuk akal banget. Untuk pemeriksaan dengan tindakan scalling, biaya yang harus dibayarkan adalah Rp 400.000, dengan rincian:

  • Rp 100.000 untuk administrasi
  • Rp 300.000 untuk biaya tindakan dokternya (Oral profilaksis pedo RARB)

Menurut saya, ini masih terjangkau (karena bisa diklaim asuransi kantor suami juga).

Tips Mengajak Anak ke Dokter Gigi

Buat banyak orang terutama anak-anak, memang masih ada beberapa kelompok anak yang takut terhadap dokter gigi. Alasannya biasanya karena sudah ditakut-takuti duluan atau karena giginya sudah rusak yang memungkinkan terjadinya tindakan yang bikin trauma. Sejujurnya, buat saya yang sudah dewasa aja, pergi dan melakukan tindakan ke dokter gigi aja rasanya malas banget. Ngebayangin mulut menganga dalam jangka waktu yang lama, gigi ngilu karena terkena peralatannya, sampai suara mesin bor dokter gigi yang khas banget rasanya bikin bergidik duluan.

Oleh karena itu, sejak masih kecil banget saya selalu kasih sugesti positif ke Aqsa kalau ke dokter gigi itu menyenangkan. Saya selalu kasih visual-visual yang menarik ke dokter gigi biar kesan dia sama dokter gigi tuh nggak buruk.

Alhamdulillah, perjalanan kami mengantar Aqsa pertama kali ke dokter gigi mulus sekali, nyaris tanpa halangan. Mungkin saya bukan orang yang punya tantangan besar dalam mengajak anak ke dokter gigi, tapi kalau boleh berbagi izinkan saya memberikan beberapa tips supaya anak berani untuk ke dokter gigi.

Berikut beberapa tips agar anak berani untuk ke dokter gigi:

1. Kenalkan dan tanamkan image positif soal dokter gigi sejak awal

Saya dan suami adalah orang yang paling anti nakut-nakutin anak, apalagi nakutinnya dengan bawa-bawa profesi atau tindakan tertentu, misalnya: “Awas nanti kalau nggak nurut ditangkap polisi, lho!” atau “Kalau nakal nanti kamu disuntik dokter, lho!”. Tujuannya ya biar dia nggak berprasangka buruk sama profesi atau tindakan tertentu. Salah satunya ya dokter gigi.

Daripada menakuti anak soal dokter gigi, saya mendingan menyugesti dia dengan sesuatu yang positif, misalnya: dokter gigi itu baik, dokter gigi itu membersihkan gigi yang kotor, gigi harus selalu dikontrol sama dokter setiap 6 bulan sekali, dll.

2. Kenalkan profesi dokter gigi dan kebersihan gigi lewat media tertentu

Karena keluarga kami biasa terpapar sama buku, biasanya kami bacakan buku-buku cerita yang berhubungan soal gigi pada Aqsa. Misalnya, saya pernah punya buku Baby Shark soal peri gigi yang saya bacakan berulang kali pada Aqsa. Kami juga punya buku panduan dari brand pasta gigi yang pernah saya datangi yang berisi perihal kesehatan gigi. Di buku itu ada barcode cerita soal kesehatan gigi di Youtube. Nah, saya perbolehkan Aqsa buat nonton cerita itu berulang-ulang.

3. Pilih klinik gigi yang kids friendly

Beruntungnya saya yang tinggal di kota besar dan punya banyak pilihan untuk datang ke dokter gigi dan klinik mana aja, yang penting ada duitnya. Nah, untuk memilih klinik gigi ini saya benar-benar pilih yang kids friendly baik itu dari soal tempat ataupun dokternya. Buat tahu apakah kliniknya cukup bagus dan ramah anak, saya biasanya lihat dari google review, baca review dari blog-blog, atau bacain komen-komen di social medianya.

4. Sounding ke anak dari jauh-jauh hari

Saya dan suami selalu sounding apapun ke anak, termasuk ketika akan mengajak Aqsa ke dokter gigi. Kami sudah sounding dari jauh-jauh hari. Jadi dia nggak kaget. Kami kasih tahu nanti sekiranya gigi Aqsa mau diapain aja dan saya pastikan dia akan selalu nyaman dengan ngasih opsi-opsi, seperti: “Nanti kalau Aqsa kerasa sakit atau nggak enak, bilang sama dokternya atau sama ayah/ibu, ya!”.

5. Temani saat prosedur tindakan dan bantu hal yang ia perlukan

Walaupun usianya udah 5 tahun, kami tetap masuk ke dalam ruangan dan menemani Aqsa. Banyak pertanyaan dokter yang ia jawab sendiri. Kendati begitu, saya yakin dia tetap butuh sosok kami sebagai orang tuanya untuk meningkatkan rasa percaya dirinya ketika pertama kali mengunjungi dokter gigi. Termasuk saat dokter harus memeriksa giginya dan melakukan tindakan tertentu. Dari awal hingga akhir, kami temani dia di dalam ruangan agar keberaniannya tumbuh dan merasa nyaman.

6. Apresiasi keberaniannya

Setelah selesai diperiksa dan dilakukan tindakan, saya dan suami apresiasi Aqsa. Saya apresiasi keberaniannya dengan memberikan pujian dan rasa terima kasih kayak ¨Yeayy, terima kasih Aqsa sudah mau diperiksa dokter dengan baik. Kamu hari ini good boy banget, berani periksa gigi sendiri¨. Selain pujian, saya juga sertakan pesan buat dia untuk selalu rajin menyikat gigi dan menghindari makan makanan manis terlalu banyak agar giginya tetap putih bersih seperti yang dikatakan dokter.

Itu dia pengalaman dan beberapa tips dari kami yang akhirnya officially membawa Aqsa ke dokter gigi tanpa drama-drama. Alhamdulillah, kesehatan gigi Aqsa juga sangat baik. Semoga saya dan suami bisa terus kontinyu memeriksakan gigi Aqsa setiap 6 bulan sekali dan teguh untuk menjaga kesehatan giginya dari rumah.

Kalau kalian, ada tips atau pengalaman menarik saat membawa anak ke dokter gigi? Share di kolom komentar, yuk!

 

0 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023