Dalam delapan tahun terakhir ini rupanya pertanyaan dengan kata “kapan” sangat sering terdengar di kuping saya. Mulai dari kapan lulus, kapan kerja, kapan nikah, kapan punya rumah, kapan beli mobil, sampai kapan punya anak. Trus gimana rasanya? Buat sesekali sih oke, tapi kalo pertanyaan yang sama diulang-ulang mulu kok ya kesannya jadi bosan dan ganggu ya.
Saya sih sudah kebal sama pertanyaan kapan lulus, kapan kerja, kapan nikah, kapan hamil, sama kapan punya rumah karena pertanyaan itu sudah menemukan jawabannya seiring dengan waktu. Sedangkan pertanyaan kapan punya mobil mah selalu dijawab santai. Selain karena suami belum lancar menyetir, kami pun belum berminat untuk membeli mobil. Jadi pertanyaan itu nggak ganggu-ganggu banget. Nah, yang terakhir pertanyaan “kapan punya anak?” ini yang akhirnya jadi momok di hidup saya.
(Baca juga: Jangan Katakan Ini Pada Perempuan yang Belum Memiliki Anak)
Loh, katanya sudah menemukan jawaban atas pertanyaan “Kapan hamil?”. Iya, saya memang pernah hamil, dua kali malah. Tapi dua-duanya tak pernah lahir dengan selamat. Jadilah, saya pernah hamil tapi belum pernah punya anak yang hidup karena saya adalah perempuan yang pernah mengalami keguguran saat hamil. Berulang malah kegugurannya. Jadi, kalau dengar pertanyaan “Kapan punya anak?” saya rada sensi.
Saya sudah masuk dalam tahap bosan ketika ditanya “Kapan punya anak”. Ini mungkin adalah tahap kesekian dari reaksi yang pernah saya rasakan ketika melulu ditanya “Kapan punya anak?”. Yang pasti, bagi perempuan yang pernah keguguran tidak mudah rasanya menjawab pertanyaan “Kapan punya anak?” yang dilontarkan orang. Selain karena punya anak adalah hak prerogatif Yang Maha Kuasa, pertanyaan “Kapan punya anak?” buat perempuan yang pernah keguguran dan belum dikaruniai anak lagi adalah semacam membuka luka lama.
Perempuan dengan riwayat keguguran pasti ada rasa trauma dalam hidupnya saat akan merencanakan kehamilan. Rasanya antara cepat-cepat ingin hamil lagi tapi trauma kalau keguguran lagi. Maka tak heran untuk perempuan yang pernah mengalami keguguran dan ditanya “Kapan hamil lagi?” atau “Kapan mau punya anak?” jadi pertanyaan yang sensitif. Begitu, setidaknya buat saya.
(Baca juga: Trauma Healing Pascakeguguran Berulang)
Menghadapi kenyataan harus kehilangan calon anak saja tidak mudah bagi saya. Kemudian saya juga harus bergelut dengan rasa sakit pascakeguguran. Lalu, harus menata hati dan berdamai sama kenyataan karena kehilangan calon anak. Perlu ketabahan berlipat ganda agar kewarasan tetap terjaga. Apalagi ditambah pertanyaan “Kapan hamil lagi?” atau “Kapan mau punya anak?” seolah beban berat di pundak yang harus ditanggung jadi semakin berat. Kalau sudah begini, reaksi tercepat adalah menangis. Saya yakin, banyak perempuan yang pernah keguguran dan belum hamil lagi tak kuat juga kalau terus-terusan ditanya “Kapan punya anak?”. Soalnya saya pun begitu.
Menangis adalah ekspresi spontan bahkan kadang tergampang. Bahkan kadang kalau melulu ditanya “Kapan hamil lagi?” suara saya mendadak bergetar dan hati ini mendadak perih walaupun air mata masih bisa tertahan. Apalagi kalau yang nanya nggak pakai perasaan misalnya tanya di depan umum atau malah habis itu ngomong yang macam-macam misalnya “Emang nggak bisa lagi bikinnya?” atau “Si A abis keguguran juga cepet hamil lagi, kok kamu lama amat?”. Walaupun katanya bercanda tapi itu nggak lucu. Duh, kok nggak punya perasaan banget ya.
Saya jadi sering curhat sama suami. Suami bilang “Ya, sabar aja”. Tapi ada pertanyaan beberapa orang yang nggak kira-kira dan kadang-kadang pengen sumpal mulut mereka juga kalau terlalu sering nanya “kapan hamil lagi?”, “kapan punya anak?”, atau “udah isi lagi?”. Cuma, saya capek juga kalau marah atau mewek terus setiap ditanya itu. Akhirnya, saya pun punya cara tersendiri buat menghadapi si ‘penanya kapan’ itu biar diri kita juga nggak capek hati terus-menerus.
Ketika Si Tukang Basa-Basi Bertanya “Kapan Punya Anak?”
Penanya ini biasanya ada di momen tertentu misalnya hari raya, pulang kampung, atau kondangan. Biasanya, ada saja orang sepintas lalu yang suka basa-basi bertanya “Kapan punya anak?” atau “Udah isi lagi belum?”. Orang-orang seperti ini biasanya cuma tahu kehidupan kita dari jauh. Jadi, nggak usah risau dengan pertanyaan yang dilontarkan meski kadang nyebelin juga sih.
Walaupun pertanyaan basa-basinya nggak lucu tapi orang tipe seperti ini bertanya cuma buat mencairkan suasana alias spontan dan nggak punya pertanyaan lain lagi yang berhasil dipikirkannya di kepala. Kalau sudah ketemu yang seperti ini, saya sih cukup menjawab dengan senyum atau “Doain aja secepatnya, ya” lalu melenggang pergi. Kalau bahasa gaulnya sih, senyumin aja tshaaayy.
Ketika Teman Bertanya “Kapan Punya Anak?”
Saya berkeyakinan bahwa teman-teman dekat atau sahabat kita tidak akan melulu bertanya “Kapan punya anak?” pada kita. Teman yang suka tanya pertanyaan yang demikian adalah teman yang hanya sekadar kenal atau tahu. Soalnya, sahabat-sahabat saya sudah tahu bagaimana kondisi fisik dan psikis saya jadi nggak akan ikut-ikutan membebani dengan pertanyaan “Kapan punya anak?”, “Kapan hamil lagi?”, atau “Sudah isi lagi belum?”.
Nah, kalau ketemu teman yang tanya seperti ini biasanya saya jawab dengan sopan “Doakan aja ya” atau “Insyaallah secepatnya” lalu dikasih senyum. Kalau dia teman yang baik, pasti dijawab dengan “Iya, didoain kok” atau malah ganti topik pembicaraan. Tapi, kalau dia ternyata masih keukeuh bertanya lagi atau malah ngeyel, bisa jadi dia bukan teman melainkan tipikal penanya di bawah ini.
Ketika Si Nyinyir Bertanya “Kapan Punya Anak?”
Butuh hati yang lapang dan mental baja buat menghadapi si nyinyir yang pastinya akan terus-terusan bertanya, komentar, ngeyel, atau mencecar dengan pertanyaan-pertanyaan berikutnya setelah “Kapan punya anak?”. Saya pernah meladeni si nyinyir ini tapi alhasil malah kesal sendiri dan pengen nangis soalnya apapun jawaban yang dikasih ke si nyinyir nggak akan memuaskannya dan akan terus dimentahkan. Duh, rasanya jadi pengen ngulek mulutnya pakai cabai deh.
Akhirnya, kalau ada si nyinyir bertanya biasanya malah saya jawab dengan sinis. Kalau sudah dijawab sinis tetap aja nyinyir, mendingan tinggalin aja. Orang seperti ini nggak bagus lama-lama didekatin karena makan hati dan nggak baik buat kesehatan psikologis. Ini dia kira-kira jawaban saya kalau si nyinyir bertanya:
Nyinyir: Kapan punya anak, Sis?
Saya: Coba donk kamu ngadep Tuhan dulu trus tanyain kapan saya punya anak.
Atau
Nyinyir: Udah hamil belum, Jeng?
Saya: Udah pernah kemarin (lalu melenggang pergi).
Ketika Si Kepo Bertanya “Kapan Punya Anak?”
Tak jarang ada orang yang terlalu kepo dengan diri kita. Orang tipe begini biasanya tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba bertanya “Udah hamil belum?” atau “Jeng, kapan mau rencana hamil lagi?” atau “Sis, kapan mau punya anak?”. Padahal, si kepo ini sehari-hari tidak terlalu dekat atau baru kenal saya. Emang ada ya tipe kayak gini? Ada banget. Biasanya malah si kepo sengaja kirim PM (private message) via direct message atau aplikasi chat pribadi.
Si kepo ini juga tipikal yang kalau sudah dikasih satu jawaban biasa seperti “Doain saja ya secepatnya” malah nanya lagi, lagi, dan lagi. Seolah rasa penasarannya tiada habis. Kadang kesal juga kalau berkomunikasi sama orang kepo seperti ini. Kalau sudah kesal karena kekepoannya, mending saya kasih link blog saya tentang proses ikhtiar menuju kehamilan dan suruh si kepo baca aja disana semuanya. Lumayan kan, jadi nambah traffic sekaligus promosi blog saya daripada capek menghadapi si kepo.
Ketika Si Tak Punya Perasaan Bertanya “Kapan Punya Anak?”
Sering ada orang-orang yang entah mulutnya tak bisa dijaga atau tak punya hati yang suka bertanya tanpa memedulikan perasaan kita. Ini juga terjadi sama saya. Ada saja orang yang bertanya “Kok nggak punya-punya anak juga?” atau “Kapan mau punya anak? Nanti keburu tua”. Ketika dijawab dengan sopan, Si Tak Berperasaan ini malah menimpali dengan “Jangan-jangan mandul ya?” atau “Nggak bisa bikinnya apa gimana sih?”. Duh, panas kuping dan perih hati rasanya. Pengen rasanya tidak menjawab tapi langsung menggerus mulutnya yang tak sopan itu.
Orang tipe ini adalah orang paling malas untuk dihadapi. Ketika tahu tipenya tak punya perasaan, saya mending menghindar untuk tidak bertatap muka atau berkomunikasi dengannya. Tipikal yang seperti ini memang mending dihindari karena kalau diladeni justru malah akan menimbulkan penyakit hati.
Ketika Orang Dekat Bertanya “Kapan Punya Anak?”
Kadang, ada orang dekat yang ketika bertemu atau berkomunikasi selalu menanyakan “Udah isi lagi belum?” atau “Kapan mau hamil lagi?”. Orang terdekat itu bisa saja saudara atau tetangga. Jujur, saya suka kecewa dengan orang-orang dekat dengan tipikal seperti ini. Satu dua kali pertanyaannya memang bisa ditafsirkan sebagai bentuk perhatian tapi kalau selalu dan selalu ditanyakan jatuhnya kok jadi terlalu kepo atau basa-basi yang berlebihan. Karena jika sudah hamil atau punya anak, saya pasti akan mengabarkan berita baik ini padanya. Jadi tak usahlah selalu menanyakan hal itu.
Kalau ketemu orang dekat yang seperti ini, saya mendingan mengalihkan pembicaraan ke topik yang lain. Rasanya mau marah juga tidak enak karena statusnya sebagai orang dekat yang kadang lebih tua atau dihormati. Akan tetapi, kalau terlalu banyak bertanya pertanyaan yang sama terus-menerus juga bikin makan ati.
Jadi intinya, harus punya kesabaran dan kelapangan dada yang ekstra bagi perempuan yang pernah keguguran seperti saya ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kadang tak semua orang sadari bikin perih hati ini. Saya sadar bahwa pertanyaan “kapan” itu pasti selalu ada dan tak bisa dihindari. Kita kan tidak bisa memaksa orang-orang selalu mengerti dan berperilaku seperti yang kita mau. Kalau sudah kayak begini, yang saya butuhkan adalah hati yang selalu lapang dan perasaan yang kokoh yang terus saya panjatkan dalam doa agar pertanyaan-pertanyaan “kapan” itu selalu kuat saya hadapi.