Sejak jadi ‘tahanan rumah’ pascaketahuan hamil dan dilanjutkan melahirkan, semua kegiatan traveling hanya disimpan dalam mimpi. Cukuplah puaskan diri dengan melihat foto traveling orang-orang. Meskipun begitu, diri ini tetap butuh refreshing. Apalagi menjadi ibu baru dengan segala dramanya ternyata menguras energi juga. Oleh karena itu, staycation pun jadi jalan keluar buat sejenak mengurangi kepenatan sehari-hari.
Sebenarnya rencana staycation sudah masuk dalam agenda jauh-jauh hari sebelum saya melahirkan. Tepatnya pas masih masa kehamilan udah dirancang mau staycation di hotel yang dekat-dekat rumah. Rencananya malah waktu itu mau sekalian sama maternity foto ala-ala. Tapi nyatanya staycation pas masa hamil itu urung dilaksanakan. Alasannya sih macam-macam. Biasanya karena akhir pekan saya dan suami diisi sama kegiatan lain seperti beli baju hamil, pergi ke suatu tempat, ada tamu di rumah atau alasan yang paling klasik yaitu tiba-tiba malas.
Staycation dadakan justru terjadi pas Aqsa baru lahir. Sehari setelah saya keluar RS, Aqsa yang terpaksa masih harus menginap di RS karena kuning membuat kami (saya, suami, dan ibu saya) memilih tinggal di hotel dekat Sammarie Wijaya waktu itu. Masih dengan koper penuh dengan perlengkapan melahirkan dan saya yang berjalan tertatih karena jahitan pasca-SC yang masih kerasa sakitnya. Jangan ditanya staycation waktu itu berkesan atau nggak, jelas nggak karena status kami cuma numpang tidur di hotel dekat RS biar memudahkan untuk mengirim ASI buat Aqsa.
Nah, setelah Aqsa dirasa cukup bulan buat keluar rumah dan saya berani menggendongnya dengan alat akhirnya kami memutuskan buat staycation. Staycation kali ini juga sekalian melatih Aqsa untuk tidur di tempat selain kamarnya karena selama ini hidup Aqsa berkutat di kamar muluk sama saya. Dia bahkan jarang keluar kamar apalagi sejak di rumah kami nggak ada TV.
Buat memutuskan staycation ini pun saya masih agak maju mundur. Keputusan final staycation baru benar-benar terjadi setelah saya pulang dari event. Kebetulan memang staycation kali ini bertepatan sama Aqsa keluar rumah pertama kalinya (selain kontrol ke RS) dan ikut saya ke event blogger. Barulah setelah bubaran acara saya meneguhkan hati dan bilang sama suami buat dijadiin aja staycationnya.
Padahal sih sebenarnya pas berangkat ke event dari rumah kami sudah persiapan banyak barang buat sekalian staycation. Tapi keputusan finalnya memang diambil setelah event blogger saya berakhir sambil melihat respon Aqsa di luar rumah. Kalau saat itu Aqsa nggak nyaman maka kita juga nggak mau memaksakan. Untungnya pas selama event blogger, Aqsa anteng banget nggak pakai rewel. Dari situlah akhirnya niat staycation akhirnya dijadiin aja. Seribet ini Ya Allah buat menentukan jadi apa nggaknya staycation karena membawa bayi.
Tadinya ada 2 hotel yang jadi kandidat tujuan staycation kami yaitu Hotel Horison Ciledug dan Hotel Neo Kebayoran. Hotel Horison Ciledug dipilih karena dekat dengan rumah dan di sekelilingnya ramai tempat makan jadi kita akan gampang cari makan malam harinya. Sementara Hotel Neo Kebayoran dipilih karena berada di tengah-tengah antara rumah kami dan venue acara yang ada di Kemang. Selain itu, harga hotel Neo Kebayoran juga nggak mahal-mahal amat jadi kalau tiba-tiba Aqsa nggak betah kita bisa pulang aja ke rumah dan nggak rugi-rugi amat.
Karena berbagai pertimbangan itulah, akhirnya kami memilih Hotel Neo Kebayoran aja buat jadi tempat menginap. Walaupun ini hotel menurut saya adalah hotel budget tapi cukup lah untuk latihan pertama menginap di luar rumah buat Aqsa. Kamarnya juga nggak sempit-sempit amat, bukan tipikal kamar hotel budget yang kita putar badan nyenggol semua barang, haha.
Lalu gimana kesan pertama Aqsa setelah masuk dan ‘berkenalan’ dengan kamar hotel?
Ternyata dia senang donk. Mungkin karena pada dasarnya dia suka tempat dingin alias ber-AC jadi dia nggak kaget-kaget amat. Cuma bedanya kalau di hotel kasurnya mungkin lebih empuk, seprai-nya lebih lembut, dan bisa nyalain AC sepanjang hari. Beda banget dengan di rumah yang kasurnya nggak seempuk kasur hotel plus AC yang nggak dihidupin sepanjang hari karena takut listrik tiba-tiba anjlok saat otomatis pompa air nyala atau pas memasak nasi.
So far, kesan pertama Aqsa saat tiba di kamar hotel bagus.
Selanjutnya, nggak ada drama lebay soal bobok-bobok di hotel. Sebenarnya Hotel Neo Kebayoran punya infinity pool yang letaknya di tower sebelahnya dan saya pengen banget kesana paling nggak sekadar buat foto-foto cantik.
Namun, berhubung nginep kali ini bersama Aqsa yang mana katanya saya pernah baca di tulisan Mbak Muthia ‘Turiscantik’ yang kurang lebih begini, kalau liburan bareng keluarga apalagi anak kecil bukan lagi disiplin itinerary yang dipenuhi buat mencapai tempat atau tujuan tertentu tetapi justru kualitas ngumpul bareng-nya lah yang sekarang jadi prioritas. Oke sip, kami mengalah dan nggak ngoyo buat menghabiskan sore hari di infinity pool yang berangin dan gerimis dan memilih menghabiskan waktu uwel-uwelan bertiga saja di dalam kamar sambil melihat Transjakarta berlalu lalang dan senja yang saat itu ditunggu-tunggu tak kunjung datang (mendung, bok!).
Saat malam tiba, Aqsa juga nggak drama soal bobok. Padahal kalau di rumah, dia suka begadang sampai tengah malam karena nggak bobok-bobok. Mungkin karena suasana kamar yang cenderung tenang dan sejuk. Yup, kami menempati lantai 12 saat itu. Pun dengan paginya, Aqsa bangun nggak pakai drama (biasanya juga nggak drama sih kalau bangun pagi) dan anteng banget saat diajak sarapan pagi di lantai 2 hotel.
Namun, nggak semuanya pengalaman menginap ini lancar jaya. Masih ada satu PR yang digarisbawahi yaitu soal mandinya Aqsa. Entah karena saya yang belum menemukan formula memandikan bayi di hotel atau memang Aqsa-nya yang risih sama air mengalir. Jadi, selama menginap di hotel saya memandikan Aqsa di wastafel dengan air keran yang sudah disetel hangat dikucurkan saat dia mandi. Sambil memegangi Aqsa, saya gosokkan wash lap basah ke badannya. Jadi sebenarnya dia nggak benar-benar mandi, hanya lap-lap biasa sambil dikucurin airnya.
Sayangnya, selama proses mandi itu Aqsa kaget terus ketakutan apalagi pas kakinya kena air mengalir. Padahal suhu airnya benar-benar saya setel suam-suam kuku. Udah gitu, anaknya juga kayak menggigil banget makanya buru-buru saya peluk pakai handuk biar hangat. Padahal sebelum mandi, saya sudah sengaja mematikan AC biar dia nggak kedinginan saat pakai baju. Alhasil, selama mandi dia nangis meraung-raung dan itu bukan Aqsa banget.
Entahlah, saya belum menemukan formula yang pas buat Aqsa mandi. Mungkin ada yang tahu atau punya pengalaman memandikan bayi saat staycation? Boleh banget lho kasih masukan dengan komen di bawah!
Setelah punya pengalaman menginap pertama kali bersama Aqsa di hotel, apakah sejauh ini Hotel Neo Kebayoran termasuk hotel yang ramah anak? Buat saya sih nggak. Tapi, hotel ini bisa banget dijadikan ‘tempat latihan’ biar anak bisa tidur selain di kamarnya plus staycation sederhana ala keluarga kecil. Selain itu, fasilitas wifi-nya juga proper kok walaupun nggak wah atau kencang banget. Pun dengan sarapannya, cukup komplit dari kudapan, makan berat, hingga buah walaupun rasanya juga nggak istimewa. Tapi so far so good lah.
Sayangnya, amenities di kamar hanya ada satu padahal biasanya dalam satu kamar disediakan amenities untuk 2 orang. Dari sandal hotel sampai sikat gigi semuanya hanya satu buah. Jadi ketika tamu hotelnya lebih dari satu kayak kami ada yang nggak kebagian deh. Padahal kami sengaja nggak bawa perlengkapan mandi biar ringkas barang bawaan di tas.
Walaupun amenities hotelnya buat saya nilainya kurang tapi saya suka fasilitas kamarnya untuk sekelas hotel budget. Di kamar mandi sudah disediakan hair dryer yang mana ini penting banget buat saya yang suka mandi malam. Sementara itu di kamar juga disediakan cooler yang mana berguna buat saya yang suka minum dingin. Kalau untuk fasilitas TV dan salurannya so so cenderung nggak banget. Baik itu channel lokal ataupun luar sama-sama nggak ada yang asyik ditonton. Tapi itu bukan masalah besar buat kami karena saya dan suami jarang nonton TV dan bukan penggemar TV. Buat kami, wifi nyala dan kencang lebih penting. Selain itu, dengan nggak bisa ditontonnya TV juga bikin kami bisa ngobrol dan uwel-uwelan lebih banyak.
Nah, karena ‘sambutan’ Aqsa terhadap staycation pertama ini lumyan bagus, kemungkinan akan kami agendakan staycation selanjutnya. Entah masih di hotel Jakarta atau sekitar rumah atau mungkin luar kota. Yah itung-itung sekalian buat refreshing kami -saya khususnya sih-. Doakan saja semoga kami selalu ada rezeki biar bisa ‘piknikan’ sederhana kayak gini ya.