Hari ini seharusnya kamu masih berada di perutku. Hari ini seharusnya kamu masih bergerak-gerak dalam perutku. Hari ini seharusnya kamu berumur 30 minggu 3 hari di perutku. Hari ini seharusnya aku tinggal menunggu 67 hari untuk bertemu kamu, melihat wajahmu, mendengar tangisanmu. Tapi hari ini aku mendapati kenyataan bahwa kamu sudah nyaman di surga, Azka. Sangat nyaman dan bahagia.
Hari ini satu tahun kemudian seharusnya aku sudah bisa mendengar suaramu. Hari ini satu tahun kemudian seharusnya aku sudah bisa melihat bibir mungilmu mengucap “ma…ma..” atau “bu…bu…”. Tapi kamu sudah memilih tidur panjang dan terlelap dalam surga. Seharusnya…dan terus seharusnya. Tapi ternyata hidup bukan kita yang menentukan ya, Azka.
Hari ini aku mengucapkan selamat hari ibu dari Jakarta, untuk ibuku di kampung sana. Aku tidak bisa memeluknya, aku tidak bisa mencium pipinya dan memberinya setangkai bunga. Tapi ibuku bisa mendengar suaraku dari ujung telepon. Membaca tiap kata pada smsku. Aku juga yakin hari ini, di hari yang sama Azka mengucapkan selamat hari ibu dari surga. Memetik setangkai bunga dari taman surga untukku. Tapi bedanya aku tidak bisa mendengar suaranya sekalipun. Aku tidak seperti ibuku. Aku ditinggal mati anakku.
Tapi hari ini Azka jugalah selalu mengingatkan aku untuk tetap berdoa. Untuk tetap memberikan kesejukan padanya di surga. Allah, titip Azka di surga ya.
Dan mungkin aku selalu berharap sekali saja bisa mendengar Azka berucap padaku “Selamat hari ibu, Azka selalu sayang ibu”. Tapi sepertinya sangat sulit dan bahkan tidak mungkin.
Selamat hari ibu. Peluk sayang ibu selalu untuk Azka di surga.
Ibu sayang Azka :*