Tulisan ini dibuat oleh saya sambil terus-menerus melihat, membaca, dan mengamati tragedi yang menimpa pesawat Air Asia QZ8501. Peristiwa tragis yang menyedihkan di akhir tahun. Iya, saya sangat tahu bagaimana perasaan mereka, para keluarga, saudara, kerabat, dan teman penumpang yang menjadi korban dalam tragedi itu. Harapan mereka melihat orang yang dicintai pulang dengan selamat setelah merayakan tahun baru pasti hancur sudah. Yang bersisa tinggal kesedihan dan keterpurukan.
Hidup memang tidak dapat diterka. Allah punya agenda dan jalan cerita sendiri atas hidup setiap orang. Kadang berjalan mulus dan kadang seperti roller coaster, harus meliuk-liuk. Ini mungkin yang dialami banyak orang di tahun 2014. Mungkin dialami bangsa Indonesia, para keluarga korban Air Asia QZ8501, dan juga saya pada 2014 ini.
Melewati tahun 2014 banyak kenangan tak terduga yang terjadi. Tahun 2014 ini dibuka dengan kehilangan yang mendalam. Kehilangan atas nenek saya satu-satunya. Nenek yang kami cintai pergi karena sakit. Mungkin ini yang terbaik yang diberikan Allah agar nenek tak terus-menerus menderita di dunia. Walaupun terkadang cerewet, tapi jujur, saya sangat kehilangan beliau begitu beliau tiada. Rasanya sepi saat tidak ada beliau. Tak ada suaranya kini saat saya pulang ke rumah. Tak ada lagi suara yang dengan telaten menyuruh saya makan saat di rumah.
Ada yang hilang, ada yang datang. Allah Maha Baik tak dikira ternyata menggantikan yang telah pergi. Saya tak pernah mengira bisa hamil di pertengahan 2014. Iya, saya dan suami memang menginginkan punya anak, bahkan sengaja memprogramkannya. Namun, tak menyangka akan secepat itu di tengah vonis dokter atas hormon yang tidak seimbang, sel telur kecil, dan tidak pernah matang. Saya bahagia, bahkan terlalu bahagia.
Sayangnya, saya tidak menyisakan ruang untuk kesedihan saat saya hamil. Tidak pernah memikirkan hal terburuk yang akan terjadi. Hingga akhirnya pada penghujung tahun saya kehilangan bayi saya di usia kandungan 24 minggu. Saya kehilangannya bahkan sebelum saya bisa mendengar suara tangisnya. Ia lahir dalam diam. Allah belum mengijinkan saya terlalu lama menikmati kebahagiaan di tahun ini. Ah, mungkin saja saya yang terlalu bahagia sampai-sampai tidak ingat dan menyisakan ruang untuk hal terburuk yang akan terjadi. Saya rapuh saat kehilangan Azka. Saya bahkan sangat hancur saat kehilangan dia. Ah, rupanya hal-hal yang ‘terlalu’ itu memang tidak boleh. Jangan terlalu bahagia, jangan pula terlalu larut dalam kesedihan. Itu yang saya pelajari di tahun ini.
Akhirnya, saya menutup tahun 2014 ini dengan mengingat kembali semua peristiwa yang terjadi, yang saya ibaratkan seperti roller coaster. Naik-turun. Dibolak-balik. Mengguncang hati dan perasaan saya.
Saya cuma berharap tahun depan semuanya lebih baik. Saya bisa menjadi ibu. Suami saya bisa menjadi ayah. Azka punya adik. Memberikan cucu yang lucu pada orang tua kami. Dan Allah dengan senang hati akan mempercayakan titipan-Nya yang sehat dan lucu dalam rahim saya.
Lalu bagaimana tahunmu kali ini? Semoga semua resolusi tahun depan bisa terwujud. Amin.
Selamat tahun baru 2015.
-jawzq-