Beberapa hari terakhir ini saya lagi senang banget nonton drama romcom penuh bunga-bunga di mana kisahnya seputar perjalanan mencari pasangan yang penuh liku kemudian bisa bersatu dengan bahagia kayak di dongeng. Lalu mereka live happily ever after.
Wait, happily ever after?
Lalu saya ketawa ngakak. Ternyata yang kayak begini nggak ada di hidup. Karena seperti halnya kereta, hidup nggak berhenti di satu tempat. Hanya karena sudah menemukan pasangan lalu menikah kemudian semuanya terasa mudah dan terus-menerus bahagia? Nggak, Sayang. Nggak semudah itu.
Saya pernah baca dalam tulisan Edward Suhardi di blognya bahwa hidup kita tuh kayak kereta. Walaupun berhenti di stasiun tertentu, kemudian kita akan berangkat kembali dan ketemu perjalanan selanjutnya. Kita nggak pernah akan benar-benar berhenti kecuali nyawa kita sudah nggak ada di dunia ini alias meninggal. Itu sebabnya, setiap sampai tujuan tertentu jangan lupa bersiap-siap untuk menghadapi perjalanan selanjutnya.
Seperti itulah hidup. Hanya karena sudah menemukan tambatan hati dan menikah nggak lantas kehidupan setelahnya menjadi mudah. Pun dengan punya anak, nggak melulu setelah punya anak lalu kehidupan menjadi bahagia.
Sama halnya dengan yang digambarkan di Drama Korea Birthcare Center. Drama ini mungkin kurang populer di kalangan pecinta KDrama karena nggak ada love line antara oppa tampan dengan eonni cantik tetapi buat saya drama ini memotret banyak kejadian dari dunia nyata.
Sinopsis Birthcare Center
Drama yang saya tonton di aplikasi Viu ini berkisah soal Oh Hyun Jin (diperankan oleh Uhm Ji Won), seorang wanita karir yang berhasil menduduki posisi Direktur Pelaksana termuda pertama di perusahaan kosmetik Olively di usianya yang ke 40 tahun. Di saat yang sama ketika ia baru diangkat, ia bertemu dengan fakta bahwa dirinya hamil.
Hamil di usia yang tidak muda lagi untuk ukuran perempuan dan masih memiliki banyak ambisi sebagai seorang pemimpin membuat Hyun Jin menjalani kehamilan dengan bekerja keras. Bahkan 2 hari sebelum due date saja dia masih sempat menyetir mobil demi mengejar klien penting yang berakhir dengan pecah ketuban di hadapan kliennya. Namun, Hyun Jin tetap santai menghadapinya. Apalagi ia berhasil membujuk klien untuk bekerja sama dengan perusahaannya.
Setelah itu Hyun Jin harus menghadapi menyakitkannya sebuah persalinan. Apalagi dia bersalin secara per vaginam di usia yang nggak muda lagi. Sampai-sampai dia sudah sempat nggak sadar dan ketemu malaikat maut. Namun akhirnya dia nggak menyerah dan selamat setelah melahirkan.
Ternyata kisahnya nggak terus berakhir setelah melahirkan. Di titik inilah kisahnya baru dimulai. Ia menjadi ibu baru di usia tua dengan minim pengalaman dan pengetahuan. Kemudian hidupnya bertambah jungkir balik setelah ia memasuki sebuah Pusat Perawatan Pascamelahirkan yang bernama Serenity.
Di dalam Serenity inilah ia bertemu banyak karakter perempuan setelah melahirkan. Dari yang mengagungkan kesempurnaan, cuek bebek dengan anaknya, hingga bertemu yang putus asa karena badannya melar setelah melahirkan. Banyak kejadian seru, menegangkan, menyebalkan, menyenangkan, hingga menyedihkan di dalam Serenity. Nggak cuma itu, di sinilah perlahan karakter dan pola pikir ibu berubah karena semua punya pergulatan hidupnya sendiri.
Review Drama Korea Birthcare Center
Sebagai seorang perempuan yang sangat mendambakan anak dan harus menunggu selama 5 tahun untuk benar-benar melahirkan anak secara sehat dan selamat, menjadi ibu buat saya adalah sesuatu yang punya waktu persiapan sangat lama. Saya bisa belajar selama 5 tahun dan merencanakan kehamilan sesuai dengan timeline yang saya inginkan. Karena punya kemampuan finansial dan waktu yang cukup pula, saya bisa ikut kelas-kelas prenatal seperti kelas privat hypnobirthing bersama suami sehingga setelah melahirkan kami benar-benar siap, bebas drama, bebas trauma, nggak baby blues sama sekali, bisa memberikan ASIX di 6 bulan pertama, dan lanjut menyusui hingga 2 tahun karena support system yang mendukung.
Namun, ternyata nggak semua perempuan diberi keistimewaan seperti itu.
Ada yang karena keterbatasan waktu, dana, kesempatan, hingga tidak adanya support system yang baik baginya setelah melahirkan menyebabkan banyak perempuan jatuh dalam lubang kelelahan, baby blues, bahkan depresi pascamelahirkan. Seperti kata Ibu Direktur Serenity, Choi Hye Sook, bahwa “kehamilan itu melelahkan dan persalinan itu kejam”. Ya memang begitu, lelah banget apalagi buat mereka yang berada lingkungan yang toxic dan tidak mendukung.
Yang lebih melelahkan lagi adalah perang atau adu pendapat yang nggak ada habis-habisnya karena perbedaan nilai yang dianut seorang ibu. Semuanya digambarkan di drama ini. Bahkan di dalam Serenity yang notabene sebuah Pusat Perawatan Postpartum mewah saja awalnya terasa sangat toxic. Bayangkan aja di dalam pusat perawatan yang dihuni oleh banyak ibu dari kalangan menengah ke atas ini Mom War seperti ASI vs susu formula, melahirkan per vaginam vs caesar, atau ibu bekerja vs stay at home mom semuanya ada.
Awalnya saya mikir ini masuk Serenity bukannya pulih tapi malah bisa jadi stres. Bayangin aja, dari Direktur, perawat, sampai penghuninya kok semua tendensius dan judgemental. Padahal Bu Direktur bilang pegawai di Serenity semuanya adalah pekerja profesional di bidangnya. Tapi pas ASI Hyun Jin sedikit buat Lem Stik (nama panggilan anak yang diambil dari nama janin sebelum nama aslinya launching), perawat malah bilang ibunya hanya bisa kasih cemilan bukan makanan buat anaknya. Kalau saya di posisi Hyun Jin apalagi baru melahirkan dengan hormon yang meluap-luap udah pasti ngamuk atau nangis. Kalau kayak gini yang ada ASI-nya bukan semakin banyak tapi malah semakin seret.
Bagaimana gejolak perasaan seorang ibu setelah melahirkan hampir semuanya digambarkan di drama ini. Rasa bersalah karena nggak bisa memberikan sesuatu yang dinilai ideal oleh orang lain, ritme hidup yang berubah setelah melahirkan, judgement dari lingkungan sekitar, hingga pilihan-pilihan hidup yang terkadang membawa dilema bagi seorang ibu digambarkan semuanya.
Ada satu hal yang menyentuh saya yaitu ketika Bu Direktur menyebutkan pepatah kuno Yahudi “Dewa tidak bisa ada di mana-mana, jadi dia menciptakan para ibu” tapi dibantah oleh Lee Roo Da, ibu dari cucunya yang bilang bahwa ibu bukan dewa, ibu juga manusia. Ya, ibu juga bisa sakit, boleh marah, dan tidak apa-apa bersedih. Ibu juga bisa menerima bantuan.
Walaupun begitu, ada juga beberapa hal yang mengganjal dari drama ini seperti tenaga kesehatan di Korea kok kayaknya toxic amat. Obgyn Hyun Jin yang malah menertawakan pasien yang sedang dipasang kateter, suster rumah sakit yang nggak helpful sama ibu baru, sampai tenaga kesehatan di Serenity yang kata-katanya nggak ngademin sama sekali. Belum lagi Serenity yang nggak melakukan rooming in ibu dan bayinya, gimana bisa tumbuh bonding kalau ketemu bayi saja dijadwalin? Lalu melakukan metode menyusui dengan memancingnya menggunakan dot? Atau mungkin di Korea sistemnya kayak gini?
Mereka, Perempuan yang Bangkit Melawan Ketakutan
Ada banyak tokoh dalam drama ini tapi ada 3 tokoh perempuan yang saya kasih highlight. Mereka adalah Oh Hyun Jin (Mama Lem Stik), Jo Eun Jung (Mama Sarang), dan Lee Roo Da (Mama Yomi).
Tokoh utama dalam drama ini adalah Oh Hyun Jin. Dalam pekerjaan, jangan ditanya seberapa hebatnya Hyun Jin apalagi ia adalah perempuan yang gila kerja. Namun dalam hal mengasuh anak, Hyun Jin berkebalikan dengan bekerja.
Saya awalnya kesel banget sama Hyun Jin. Udah mah hamil di usia tua, berpendidikan, punya banyak uang, tapi sama sekali nggak mempersiapkan kelahiran. Lha bayangin aja, yang ikut kelas yoga prenatal aja suaminya. Belum lagi dia blank sama sekali soal menyusui dan sangat egois karena lebih mengkhawatirkan dirinya yang kemungkinan nggak bisa kerja lagi daripada ibunya yang sakit dan harus operasi hanya karena setelah itu ibunya nggak bisa bantu dia buat merawat bayi.
Namun, Hyun Jin adalah kita. Seberapa siapnya menjadi ibu, ada hal-hal di luar dugaan yang mungkin kita tidak tahu dan tidak bisa ditangani sendiri. Baiknya Hyun Jin adalah dia nggak segan buat meminta pertolongan ketika nggak tahu apa-apa seperti saat dia nggak ngerti soal menyusui dan direkomendasikan buat belajar sama Mama Sarang. Dengan meluruhkan egonya demi kebaikan sang buah hati, Hyun Jin pun menemui Mama Sarang buat tanya soal ASI.
Hyun Jin juga bisa masuk ke banyak kalangan di Serenity. Dia bisa berteman dengan genk Mama Sarang yang mengagungkan keidealan sebagai seorang ibu. Dia juga bisa gaul sama Mama Yomi yang masih muda dan slengean. Bahkan, dia pula yang menjadikan Han Hyo Rin, salah satu selebritis terkenal yang krisis kepercayaan diri, menjadi berani untuk menghadapi media.
Hyun Jin juga seorang pekerja keras. Dia berada di jajaran direktur di usianya yang masih terbilang muda. Kalau banyak yang bilang Ko Moon Young dan Yoon Se Ri adalah tokoh badass dalam KDrama tapi Hyun Jin nggak kalah badass. Bayangin aja, 2 hari sebelum due date dia masih pakai pakaian kerja, high heels, nyetir ngebut ke bandara. dan melobi klien meski berakhir dengan pecah ketuban
Di antara kegamangan-kegamangan Hyun Jin akan banyak hal dia akhirnya memilih untuk membahagiakan diri sendiri dan tidak berkorban untuk anaknya. Seperti halnya prinsip menjaga kesehatan mental anak yang pernah dikemukakan seorang teman yang juga psikolog anak yaitu prinsip memakai masker oksigen di pesawat, selamatkan ibunya terlebih dahulu baru anaknya. Begitu juga saat mendidik anak. Mental ibu harus bahagia terlebih dahulu baru bisa mendukung anak memiliki mental yang sehat.
Selain Hyun Jin, ada pula Jo Eun Jung atau Mama Sarang. Melihat Jo Eun Jung saya seperti berkaca pada diri saya yang dulu. Eun Jung adalah ibu yang menjunjung tinggi kesempurnaan atau ideal di mana sebenarnya sempurna atau ideal itu adalah sesuatu yang subjektif dan bisa dimaknai berbeda bagi setiap orang. Ia merupakan istri dari atlet golf profesional, ibu dari 3 orang anak (yang 2 di antaranya adalah kembar), stay at home mom, memberi ASI hingga 2 tahun, dan punya banyak segudang ilmu soal kehamilan dan menyusui.
Hidup Jo Eun Jung dari luar begitu sempurna. Apalagi dia selalu terekspos media. Namun, ternyata dalamnya Eun Jung sangat rapuh. Ia adalah tipikal yang berkorban semuanya untuk suami dan anak tanpa memedulikan dirinya sendiri. Itu semua akhirnya menjadikan dia nggak bahagia, capek, munafik, bahkan hubungan dengan suaminya pun berantakan.
Di balik sikap ngeselinnya yang suka memicu mom war dan keukeuh sama kebenaran yang dianutnya sendiri, Eun Jung adalah orang yang baik. Dia nggak segan buat membantu temannya yang kesulitan. Sedihnya, dia tuh kayak lonely gitu, seolah nggak ada yang ngerti gimana perasaannya dan nggak boleh kelihatan tidak baik-baik aja karena kalau dia terlihat tidak baik-baik saja akan berdampak sama suami atau anak-anaknya.
Namun, seiring berjalannya waktu, dihujani banyak kejadian nggak enak, pertemuannya dengan para ibu di Serenity, serta ‘persahabatan’ terselubungnya dengan kurir Ha Kyung Hoon, perlahan dia mulai membuka diri. Saya tahu banget buat orang seperti Eun Jung paling anti kalau terlihat jelek atau lemah di hadapan orang lain, tapi perlahan dia cuek dengan bagaimana penilaian orang terhadapnya. Dia memilih buat membahagiakan dirinya dan nggak melulu berkorban untuk orang di sekitarnya sementara ia sendiri hancur lebur. Eun Jung memperbaiki komunikasi dengan suaminya yang selama ini berantakan dengan berani untuk mengungkapkan apa yang dialami dan dibutuhkannya. Ya, suaminya juga tipikal kayak suami saya yang nggak peka dan harus dikasih tahu. Makanya, buat orang seperti Eun Jung, bisa ‘bicara’ dan mengungkap aja sudah satu langkah besar dalam hidupnya.
Yang ketiga adalah Lee Roo Da/ Lee Sook Boon (Mama Yomi). Awalnya saya kesal sama Roo Da karena sejak masuk Serenity dia langsung bilang mau ngasih anaknya susu formula. Dia sama sekali kayak nggak peduli sama anaknya dengan kasih sufor, mengecat rambut, minum alkohol, sampai makan makanan nggak bergizi. Roo Da juga adalah seorang ibu tunggal yang hamil di luar nikah karena seks bebas. Sampai di sini aja prinsip dia udah nggak sesuai sama nilai yang saya anut.
Tapi di balik sikap childish-nya Roo Da, dia selalu bilang bahwa ibu juga berhak bahagia, mengejar mimpi, dan nggak perlu berkorban apa-apa untuk anak. Dia juga perempuan muda yang bekerja keras sehingga bisa jadi desainer dan pebisnis pakaian dalam secara online. Roo Da yang terlihat liberal ini juga sebenarnya punya background sendiri yang mengakibatkan kenapa ia bersikap seperti itu.
Roo Da tumbuh di tengah orang tua yang toxic. Ibunya terlalu sibuk buat membesarkan dirinya dan membayar hutang-hutang ayahnya sementara ayahnya bangkrut dan selingkuh. Hal itu membuat sang ibu nggak bisa melakukan hal-hal yang diinginkan. Rumitnya hubungan orang tuanya ini pula yang menyebabkan Roo Da menolak lamaran anak Bu Direktur. Dia lebih memilih untuk menjadi ibu tunggal dan membesarkan Yomi sendiri karena pernikahan akan membuat hal-hal buruk yang selama ini disembunyikannya akan terbuka.
Menikah adalah ketakutan terbesar bagi Roo Da. Namun, setelah berhari-hari bersama para ibu, pertemuannya dengan sang ayah, kekasihnya yang menyadari sesuatu, dan nasihat Bu Direktur untuk jangan takut sebelum mencobanya karena tidak semua keluarga bahagia tetapi juga tidak semuanya menderita, ia jadi berubah pikiran. Intinya, dia nggak bisa langsung nge-judge kalau menikah lantas akan bernasib seperti rumah tangga ibunya karena mereka pribadi yang berbeda. Dan saat akhirnya Roo Da mau untuk menikah, ini adalah sebuah lompatan besar baginya. Menghilangkan ketakutan yang bercokol selama bertahun-tahun di hatinya adalah keberanian tak terhingga yang patut diacungi jempol.
Nonton Drama Korea di Viu Aja
Satu hal yang saya pelajari dari drakor Birthcare Center adalah ibu berhak bahagia. Jalan kebahagiaan ibu berbeda-beda. Ada yang bahagia saat 24 jam bersama anak. Ada yang bahagia karena mereka bisa bekerja dan menghasilkan karya. Ada pula yang bahagia hanya karena sesuatu yang sederhana seperti scrolling timeline atau ngedrama.
Saya pernah bilang sama suami, “Please kamu jangan hakimi me time-ku. Jangan bilang aku nonton drakor mulu karena ini salah satu hal yang bisa bikin aku bahagia.”
Sekarang pun suami juga cuek saya mau drakoran karena ini salah satu sumber kebahagiaan saya. Cara saya mengisi ransel emosi positif saya. Yang penting saya nggak melupakan tugas sebagai ibu dan istri.
Dulu nggak pernah terpikir sama sekali sama saya buat suka drakor, nengok pun nggak. Tapi sejak pandemi, saya jadi meluruhkan gengsi buat nonton drakor. Apalagi sekarang gampang banget buat nonton drama Korea di aplikasi Viu. Drakornya seabrek, dari berbagai genre, dari yang jadul sampai on going pun semua ada.
Ibu harus bahagia untuk membuat anak bahagia dan bermental sehat. Sumber kebahagiaan saya pun gampang banget, tinggal download aplikasi Viu trus pilih aja drama yang diinginkan.
Saat bete saya bisa terhibur sama senyum Wang Wook saat di depan Hae Soo di drama Moon Lovers. Atau kala sedih, saya tinggal lihat tingkah kocak Nam Se Hee saat cemburu di depan Yoon Ji Hoo di Because This is My First Life atau menertawakan tingkah Mama mana lagi nih yang kocak dan bikin ngakak di Mr Queen. Semudah itu memang, hanya di rumah saja dan dalam genggaman.
Seperti halnya saat saya direkomendasikan drama Birthcare Center ini sama teman-teman. Walaupun bukan drama yang populer dan hanya berjumlah 8 episode tapi aplikasi Viu ternyata menyediakannya. Bukan hanya Drama Korea; variety show Korea, film Korea, hingga drama dari negara lain seperti Jepang pun ada di Viu. Bahkan Viu juga memiliki serial sendiri, salah satu yang saya suka adalah Assalamualaikum Calon Imam dan The Publicist, serial yang jadi ‘cinta pertama’ saya sama Viu.
Terima kasih Viu, sudah menghadirkan Drama Korea Birthcare Center yang kalau bisa diwakilkan 1 kata dari saya adalah: MENGHANGATKAN.
Last but not least, jangan lupa untuk bahagia ketika jadi seorang ibu. Yuk mama yang suka drakor, rayakan kebahagiaanmu dengan drakoran di Viu!