“Di Tegal nggak ada warteg lho.”
Begitu ujar seorang teman beberapa tahun yang lalu. Awalnya saya sempat heran, kok bisa. Setelah itu baru deh saya ketawa-ketawa sendiri. Ini mah sama aja dengan di Padang nggak ada rumah makan Padang. Ya iyalah.
Tapi jujur, dulu saya tahunya Tegal ya warteg, haha. Cetek banget emang pengetahuan saya. Eh, selain warteg ada lagi dink satu yang selalu saya ingat yaitu bahasanya ‘ngapak’. Yang khas banget ‘qalqalah’nya kalo kata saya mah.
Namun, sekarang saya tahu Tegal bukan cuma warteg dan bahasa ‘ngapak’nya, tetapi banyak hal. Dari wisata air panas Guci, teh poci, sampai salam laka-laka. Oh ya, yang terakhir saya tahu dari instagram Demian Aditya yang ternyata lahir di Tegal. Saya sempat baca postingannya tentang Tegal yang diakhiri dengan salam laka-laka.
Tegal Bukan Melulu tentang Warteg
Namun, ternyata yang saya tahu tentang Tegal masih belum banyak. Saya menemukan banyak tulisan tentang Tegal di blog seorang teman bernama Nur Aliah Saparidha. Widhie, begitu teman saya disapa, adalah blogger yang sehari-hari tinggal di Kota Tegal. Tak jarang Mbak Widhie bercerita tentang tradisi-tradisi yang terdapat di Tegal. Membaca blognya membuat saya jadi tambah ilmu dan informasi lagi soal Tegal. Berikut beberapa sesuatu yang khas dari Kota Tegal:
1. Rujak Teplak dan Glotak, Kuliner Khas Tegal
Kalau ditanya apa kuliner khas Tegal, jangan sebut tempe orek, sayur kerang, atau makanan-makanan lain yang ada di warteg ya. Gile lu ndro, bukan itu lah. Kalo itu mah menu makanan warteg. Salah satu makanan khas Tegal adalah Rujak Teplak. Kalau saya lihat sih bentuknya kayak pecel sayur atau lotek. Rujan teplak ini isinya aneka macam sayuran seperti: kangkung, kol, tauge, mentimun, nangka muda, pare, kenikir, dan lain-lain tergantung penjualnya. Sayuran ini disiram sama sambal bodin (singkong) plus sambal kelapa warnanya putih. Rujak teplak biasanya dijual di pasar tradisional di Tegal.
Mins suka banget rujak teplak… tapi ga suka diteplak . . Kali ini mins nyobain rujak teplak di daerah dukuhturi lebih tepatnya desa kepandean. Sayuran nya seger2 loh dan sambelnya pedasnya mantap!!! . . .tempat: samping gerbang desa kepandean depannya salon Harga: 2rb #rujakteplak #rujak #kulinertegal #tegalculinary #kuliner #kulinerkhas #kulineran #streetfood #kuliner indonesia #infotegal #tegallakalaka #tegal
A post shared by kulinertegal tegal food (@tegalculinary) on
Selain rujak teplak, ada pula glotak. Glotak itu semacam petis. Bahan pembuatan glotak ini salah satunya adalah gembus dan daging sapi atau balungan. Kata Mbak Widhie, glotak yang enak itu yang dibungkus dengan daun pisang dan dimakan dengan bubur anget plus kerupuk mie. Makannya paling enak pas hujan dan cuaca dingin.
2. Tebus Weteng, salah satu syukuran kehamilan ala Tegal
Di Tegal, upacara dalam rangka syukuran empat bulan kehamilan disebut Tebus Weteng. Acara tebus weteng ini pada dasarnya sama dengan acara empat bulanan yang lain, namun yang membedakan adalah terdapat tradisi Tuku Rujak (beli rujak). Rujak serut jadi makanan wajib acara Tebus Weteng. Rujak Serut ini terdiri dari buah papaya muda, jambu merah, salak, kedondong, bengkuang, dan pisang klutuk yang semuanya diparut lalu ditambah irisan nanas, jeruk Bali dan delima. Buah-buahan ini kemudian dicampur dengan bumbu-bumbu rujak.
Sesuai adat, sebelum rujak ini dibagikan maka pasangan suami istri yang punya hajat harus pura-pura membeli rujak ke orang yang membuatkan rujak. Biasanya yang membuat rujak akan mendoakan semoga anak dalam kandungan bisa sehat dan jadi anak yang berbakti. Selain rujak serut, ada lagi kuliner lain yang harus ada yaitu lolos. Lolos adalah penganan seperti dodol yang licin dan berminyak. Filosifi lolos adalah supaya saat sang ibu melahirkan bisa semudah lolos yang licin.
3. Tradisi Mandi Kembang dan Mandi Koncor
Ada lagi nih tradisi dari Tegal yang lain yang masih berhubungan dengan memiliki anak yaitu tradisi mandi kembang dan mandi koncor. Tradisi mandi kembang adalah tradisi mandi menggunakan kembang yang dilakukan oleh ibu dan bayinya. Biasanya bunga yang digunakan dibagi dua untuk mandi bayi dan ibu. Sang ibu biasanya akan dimandikan oleh dukun bayi, seperti dulu saat perawatan pranikah. Filosofinya adalah agar sang ibu terlihat ‘manglingi’ saat bertemu orang. Selain mandi kembang, sang ibu juga tidak boleh keluar rumah selama 40 hari.
Sementara itu, mandi koncor dilakukan 40 hari perawatan dukun bayi. Bisa dibilang mandi koncor adalah mandi perpisahan dengan dukun bayi. Koncor merupakan rempah-rempah kering yang wanginya harum. Rempah-rempah ini direbus menggunakan kuali. Hasil rebusan yang warnanya merah tua kemudian dicampur air dingin di bak. Setelah itu barulah sang bayi dimandikan. Filosofi mandi koncor ini adalah agar badan bayi wangi dan tidak bau apak setelah tidak dimandikan oleh dukun bayi. Koncor ini bisa dipakai berulangkali sampai warna merahnya memudar.
4. Kandegan
Dalam masyarakat Tegal, saat ada hajatan biasanya ada dua istilah yang dikenal yaitu resepsi dan kandegan. Kalau resepsi adalah sebagaimana lumrahnya hajatan, ada acara makan-makan prasmanan atau dengan menggunakan katering pada jam dan hari yang telah ditentukan dalam undangan.
Sementara kandegan biasanya dilakukan sebelum proses acara dimulai. Misalnya kalau akad nikah hari Jumat maka kandegan dilaksanakan Kamis sore. Atau bila acara khitanan, kandegan dilakukan sebelum si anak disunat. Tamu yang datang biasanya disuguhi berbagai jajanan tradisional yang hanya ada saat hajatan seperti dodol, pipis, lapis, jenang, dan lain sebagainya. Pada acara Kandegan, setelah selesai tamu akan berpamitan sambil bersalaman memberikan amplop yang berisi sejumlah uang kemudian tuan rumah pun akan memberikan nasi berkat.
5. Nyadran, Pecingan, dan Bada Kupat, Tradisi Lebaran di Tegal
Di Tegal, Lebaran biasanya dilewatkan dengan meriah. Ada beberapa tradisi yang biasanya dilewatkan warga Tegal, khususnya di pinggiran Tegal. Beberapa tradisi itu antara lain:
- Nyadran merupakan silaturahmi ke orang tua dan saudara yang lebih tua, seperti ke orang tua, mertua, paman dan bibi, pakdhe dan budhe, kakak, mbah, dan lain sebagainya. Saat akan nyadran biasanya sebuah keluarga akan membawa buah tangan yang berisi gula, teh, dan jajan. Bahkan ada juga yang menambahkan sirup dan buah. Tradisi nyadran ini hanya dilakukan oleh mereka yang sudah menikah.
- Pecingan, biasa juga disebut salam tempel. Pecingan biasanya diberikan oleh orang tua kepada anak-anak saudaranya yang nyadran ke rumahnya. Kalau yang belum memiliki anak biasanya tidak akan mendapat pecingan.
- Bada kupat biasanya dilakukan seminggu setelah Lebaran. Bada kupat sendiri bertujuan untuk merayakan Lebaran kedua bagi yang melaksanakan Puasa Syawal selama enam hari berturut-turut. Pada acara bada kupat ini biasanya seseorang akan membuat kupat dan dibagikan ke saudara lainnya.
Nah, itu tadi tradisi dan juga kuliner khas Tegal yang dibahas di beberapa tulisan di blog Mbak Widhie. Ternyata banyak juga ya yang sebelumnya belum pernah saya dengar. Tegal memang identik dengan warteg tapi tak melulu soal warteg. Ada banyak hal yang menarik dari Tegal. Hmmm, kira-kira kuliner, potensi, atau tradisi apa lagi ya yang menarik soal Tegal? Nanti bisa diinput di kolom komen ya.
Salam laka-laka!
Mengenal Nur Aliah Saparida
Sejak awal postingan saya sudah menyinggung tentang seorang teman blogger yang tinggal di Tegal, yang jadi inspirasi tulisan saya. Dialah Mbak Nur Aliah Saparida alias Widhie. Loh kok jauh banget nama panggilannya Widhie? Ternyata ada sejarahnya loh. Nama Widi itu singkatan dari WIwin wiganti – washuDI, alias gabungan nama bapak dan ibunya jadi Widi. Biar lebih beken sesuai branding blognya, aku nyebutnya Widhie. Wah, unik banget ya nama panggilannya.
Mbak Widhie ini sebetulnya kelahiran Bandung namun sekarang tinggal dan ber-KTP Tegal. Jadi nggak heran kan kalau postingan-postingannya banyak menyinggung soal Kota Tegal. Selain sebagai blogger, Mbak Widhie mendefinisikan dirinya sehari-hari adalah sebagai ibu rumah tangga banyak acara dengan satu anak yang sedang aktif dan kepo luar biasa.
Sehari-hari Mbak Widhie juga mengurus koperasi pengajian wanita Annisa, berjualan kosmetik, serta aktif di masyarakat seperti pengajian fatayat dan PKK. Awal perkenalannya dengan dunia ngeblog terjadi pada tahun 2012 dan serius menekuni dunia blogging tiga tahun belakangan ini, tepatnya setelah blognya sudah menggunakan domain TLD.
Selain bercerita tentang Tegal, dalam blognya di www.widhie.com, Mbak Widhie juga bercerita soal tumbuh kembang Umar yang juga anak semata wayangnya, kegiatannya di koperasi, usaha dagangnya (dia aktif juga lho bikin review kosmetik), dan juga tentang keluarganya. Masih penasaran dengan Mbak Widhie dan Kota Tegal? Yuk kepoin langsung blog dan social media-nya:
Blog:
www.widhie.com
curhatandhie.blogspot.co.id
bacaandhie.blogspot.co.id
makeupdhie.blogspot.co.id
Facebook : Nur Aliah Saparida
Twitter: @widhie_ndutty
Instagram: @widhie_ndutty
Email: nur.aliah.saparida@gmail.com