Mempersiapkan Ramadan yang Berkesan untuk Aqsa

Mempersiapkan Ramadan yang Berkesan untuk Aqsa

Ramadan ini bukan Ramadan pertama bagi Aqsa. Bulan puasa kali ini juga bukan merupakan perkenalan pertamanya dengan ibadah-ibadah Ramadan yang biasa dilakukan. Tapi, Ramadan ini adalah kali pertama Aqsa belajar puasa. Meskipun baru tahap belajar dan masih puasa bedug alias setengah hari, tapi kesempatan itu jadi momen istimewa bagi saya sebagai orang tuanya karena alhamdulillah tahun ini kami bisa mengenalkan hal baru tentang Ramadan lagi buat Aqsa.

Baca Juga:   #CeritaIbu: Melewati Ramadan dan Lebaran Sebelum dan Sesudah Ada Anak

Bukan hal yang mudah mengikutsertakan Aqsa dalam puasa kali ini. Apalagi 2 bulan ke belakang dia sedang berjuang melawan pertusis yang nggak hanya menggerogoti nafsu makan tetapi juga berat badannya. Sebagai orang tua, saya khawatir kalau puasa justru akan semakin menghambat kenaikan berat badannya. Tapi, di sisi lain nafsu makannya juga sedang buruk banget. Setiap makan jadinya nggak happy di dia dan bikin emosi di saya. Saya takut emosi ini kebawa sampai pas sedang menjalankan ibadah puasa.

Baca Juga:   Kisah Aqsa Berjuang Melawan Pertusis

Puasa Ramadan Pertama untuk Aqsa

Melihat keadaannya yang seperti ini bikin tercetus ide di kepala saya untuk “Mending dipuasakan aja sekalian”. Dengan puasa, selain beribadah juga siapa tahu bisa membangkitkan nafsu makannya kembali karena makan saat puasa sangat terjadwal. Saya juga merasa momen buka puasa akan jadi momen yang menyenangkan buat Aqsa karena bisa makan bersama dengan anggota keluarga, satu hal yang sangat disukainya.

Tapi saya juga masih gamang, usia Aqsa masih 4 tahunan. Apa iya bisa?

Saya diskusi dengan suami tapi suami belum ada keputusan pasti. Sementara itu Ramadan kian dekat. Tekad saya sudah bulat untuk mengajak Aqsa berpuasa. Dalam hati saya, anak ini pasti bisa. Dalam hati saya pula, semoga niat belajar puasa juga bisa mengembalikan nafsu makan Aqsa.

Kiri-kanan: Sahur-buka puasa-mau tarawih

Nyatanya ternyata bisa. Bahkan Aqsa juga ikutan ibadah Ramadan lainnya yaitu salat tarawih walaupun hanya 8 rakaat. Dan sampai saat ini, hari di mana saya menulis tulisan ini, alhamdulillah puasa dan tarawih Aqsa belum bolong. Dia pun setiap hari bangun sahur meskipun terkantuk-kantuk dan effort kami membangunkan lumayan juga. Tapi sampai segini saja, sudah ada kemajuan yang cukup berarti buat Aqsa dan kami sebagai orang tuanya.

Masyaallah Tabarakallah…

Tips Mempersiapkan Anak untuk Beribadah di Bulan Ramadan

Buat para ibu yang mungkin punya anak yang sudah besar atau lebih dari 1, mengajari anak berpuasa bisa jadi momen yang sudah umum atau biasa. Tapi bagi saya, mengajari anak untuk berpuasa selain jadi momen yang berharga juga memiliki persiapan yang banyak.

Baca Juga:   Tip Memilih Tempat untuk Buka Puasa Bersama

Mengajak Aqsa berpuasa dan ibadah-ibadah lain di Bulan Ramadan tidak serta merta begitu saja. Ada banyak tahapan sounding yang bukan sekali dua kali, tetapi berkali-kali sampai berbusa-busa. Banyak hal yang harus dipelajari dan distabilkan terlebih dahulu. Salah satu yang harus distabilkan kondisinya adalah kesehatan Aqsa. Saya harus pastikan batuknya yang karena pertusis sudah hampir sembuh.

Kalau bisa saya rangkum, berikut beberapa persiapan yang saya lakukan sebelum melibatkan Aqsa untuk ikut serta dalam ibadah Ramadan:

1. Perhatikan Kesehatannya

Ini jadi penting buat saya karena usia Aqsa masih 4 tahun, masih ketat dengan program kenaikan berat badan, dan baru saja didiagnosis pertusis. Saya nggak mau memaksakan belajar berpuasa dan ibadah Ramadan yang akan berakibat makin parahnya penyakitnya. Saya juga nggak mau memaksakan kalau akhirnya jadi beban buat Aqsa.

ikhtiar kesembuhan pertusis selain minum antibiotik

Untuk yang satu ini, saya dari jauh-jauh hari perhatikan bagaimana frekuensi batuknya. Bagaimana pula keparahan batuk, mengecek nafas Aqsa apakah ada mengi, sampai cek berat badannya. Alhamdulillah persiapan fisik jelang Ramadan sangat baik karena kondisi Aqsa sudah better daripada saat-saat awal didiagnosis pertusis.

2. Bertanya dan Jelaskan pada Anak

Sebelum Ramadan tiba, saya beberapa kali bertanya sama Aqsa: “Aqsa mau nggak nanti ikutan puasa?” dan dia jawab mantap dengan kata “Mau!”

Baca Juga:   Kenangan Masa Kecil Saat Ramadan, dari Palsukan Tanda Tangan sampai Jadi Asongan

Kemudian saya tanya lagi, “Aqsa tahu nggak puasa?”. Selanjutnya adalah saya jelaskan puasa itu apa, bagaimana aturannya, kapan boleh makan dan minum, dan gimana anak usia 4 tahun belajar puasa (termasuk membolehkannya untuk belajar dengan cara berpuasa setengah hari).

Dua hal ini, tanya dan jelaskan, saya ulangi berkali-kali padanya.

3. Sounding tentang Kegiatan Ramadan

Selain menjelaskan pada Aqsa tentang puasa, saya juga berkali-kali sounding sama dia soal kegiatan di Bulan Ramadan. Kalimat-kalimat “Nanti Aqsa pas sahur ikutan bangun dan makan” atau “Kalau malam nanti kita salat tarawih, ya!” atau “Nanti kalau pas puasa nggak boleh makan dan minum, makannya pas udah waktu buka” adalah kalimat-kalimat yang sering banget saya soundingkan sama Aqsa. Bukan sekali atau dua kali tapi berkali-kali.

Soundingnya pas apa? Tiap ada kesempatan, selalu saya soundingkan. Misal, pas mau jam bobok malam atau pas Aqsa yang lagi getol-getolnya belajar membaca lalu bertemu dengan kata ‘Ramadan’ atau ‘puasa’. Sesering mungkin saya sounding biar nyantol di otaknya. Alhamdulillah, pas tiba saat praktiknya, dia sudah paham. Bahkan saat ditawari makanan atau jajanan sama orang pun, dia jawab “Nanti aja pas udah azan magrib”.

4. Libatkan di Aktivitas Persiapan Ramadan

Sebelum Ramadan, biasanya saya stok beberapa lauk dan camilan. Makanya, saya suka food preparation dan bebikinan cemilan untuk berbuka puasa kayak dimsum. Di kegiatan-kegiatan inilah, biasanya saya ngajakin Aqsa atau malah seringnya Aqsa yang nimbrung untuk ikutan bikin.

sambil buat dimsum, sambil cerita lagi soal Ramadan

Nah, di sinilah biasanya sambil beraktivitas bebikinan, saya juga ngobrolin soal kegiatan yang dilakukan dikoneksikan dengan Ramadan. Misalnya sesimpel menceritakan dimsum yang bakal dimakan saat berbuka puasa, trus kaitkan deh sama ibadah puasa. Yup, sesimpel itu. Dari situ, Aqsa biasanya makin antusias dengan puasa dan Ramadan. Kalau udah gini, optimisme saya sebagai orang tua yang mau membersamai anak belajar berpuasa jadi makin besar.

Baca Juga:   Merencanakan Buka Bersama Itu Repot, Cyin!

5. Ajak Anak Berkegiatan Menyenangkan Sebelum Puasa

jalan-jalan sebelum Ramadan

Sebelum puasa, saya dan suami meniatkan buat ajakin Aqsa jalan-jalan. Jalannya pun sederhana aja lah. Perginya pun diniatkan untuk mengisi tangki cinta Aqsa agar moodnya ketika menyambut Ramadan juga baik. Sesimpel hanya naik bus kota ke Tangerang atau beli buku baru buat Aqsa yang hobi banget belajar udah bikin dia happy.

Setelah itu, nggak lupa kami sempatkan buat ajak Aqsa makan makanan kesukaannya di luar. Sambil makan, nggak lupa kami selalu ingatkan dengan kalimat “Besok kita puasa, sekarang makan yang enak-enak dulu karena besok jam segini kita nggak bisa makan”. Jadi, dalam banyak kegiatan, selalu ada celah untuk memperkenalkan dan mengingatkan Bulan Ramadan.

6. Mengatur Ulang Jam Tidur Aqsa

Selama ini, Aqsa tidur di jam 22.30-23.00 bahkan kadang lebih karena suka gedebukan dulu di kasur. Akibatnya, paginya jadi susah bangun dan kadang kalau nggak dibangunin dia bisa sampai siang tidurnya. Nah, karena untuk belajar puasa kali ini saya mengharuskan dia buat makan sahur, maka saya dan suami bertekad untuk mengatur ulang jam tidurnya. Paling lambat diatur jam 22.00 sudah harus tidur biar pas bangun sahur lebih mudah dan nggak begitu ngantuk. Mengatur jam tidur ini juga kembali menyesuaikan standar tidur anak seusianya menurut rekomendasi DSA.

Persiapan Orang Tua Mendampingi Anak Belajar Puasa

Selain Aqsa yang dipersiapkan mental dan fisiknya menuju Ramadan, saya pun sebagai orang tua melakukan persiapan-persiapan juga. Kalau umumnya menjalankan puasa untuk diri sendiri sudah sangat terbiasa setiap tahun, akan jadi berbeda jika selain puasa sendiri tetapi juga menuntun anak yang sedang belajar berpuasa.

Jadi, beberapa hal ini saya persiapkan agar bisa fokus dan mindful dalam mendampingi anak berkenalan dengan puasa dan beribadah Ramadan:

1. Persiapan Fisik

Saya dan keluarga baru saja ‘dihajar’ pertusis yang luar biasa menguras emosi dan fisik. Jadi, sebisa mungkin sebelum puasa kami ‘ngebut’ untuk sembuh. Rasanya akan nggak enak kalau mendampingi anak puasa sementara saya sebagai orang tua malah nggak fit. Niat sembuh itu saya ikhtiarkan dengan menjalankan pola hidup sehat.

sebelum Ramadan, saya rutinkan ngegym seminggu 4 kali

Khusus untuk saya yang punya penyakit maag, sebelum puasa juga saya jaga betul-betul kesehatan pencernaan dengan nggak makan sembarangan. Saya makan makanan yang jadi comfort food-nya orang maag. Ini dilakukan agar pas puasa bisa tetap fit. Kalau badan fit, mendampingi anak rasanya punya stok sabar yang lebih luas.

Kami sebagai orang tua juga ada kalanya punya mood yang tidak baik karena capek atau mengantuk. Oleh karena itu, saya dan suami pun mengatur jadwal tidur dan kerja dengan tidak begadang untuk hal-hal yang nggak penting-penting banget kayak nonton drakor atau main PS jelang Ramadan. Tidur cukup dan badan fit terbukti akan membuat mood jadi lebih baik.

2. Persiapan Mental

Selain fisik, mental juga jadi aspek penting untuk mendampingi anak yang belajar puasa. Satu hal yang harus banget saya tata adalah soal ekspektasi. Saya nggak berekspektasi yang muluk-muluk untuk Aqsa di Ramadan kali ini. Mau puasa walaupun masih puasa bedug dan tarawih tiap malam walaupun kadang kalau capek ya mempersilakan Aqsa duduk aja di masjid, itu sudah bagus dan kemajuan yang berarti.

Selain menata ekspektasi, saya juga kudu punya stok sabar yang banyak. Sadar kalau bangun dan makan sahur adalah sesuatu yang berat, bahkan untuk orang dewasa sekalipun, bikin saya harus memutar otak gimana cara untuk membujuk Aqsa bangun dan makan tanpa pakai otot alias teriak dan membentak. Saya tanya ke banyak teman dan baca dari banyak sumber. Selanjutnya, saya cari mana cara yang sekiranya pas buat diterapkan pada Aqsa.

Saat menulis ini, Ramadan sudah lepas dari pekan pertamanya. Sampai saat ini, alhamdulillah Aqsa masih antusias dan konsisten puasa walaupun setengah hari. Dia masih semangat sahur, buka, dan tarawih meskipun kadang juga harus dibujuk dengan telaten. Tapi, sejauh ini progresnya cukup bagus untuk anak usia 4,5 tahun yang sedang belajar memaknai ibadah Ramadan.

Kalian yang punya anak dan baru pertama mendampingi anak belajar dan mengenal ibadah Ramadan, ada tips atau pengalaman seru juga nggak? Kalau ada, yuk share di kolom komentar biar kita bisa saling berbagi!

 

2 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023