Cerita Kehamilan Ketiga: Persiapan Menyambut Hari Kelahiran

Cerita Kehamilan Ketiga: Persiapan Menyambut Hari Kelahiran

Setelah tahu bahwa nyaris nggak ada kemungkinan  buat melahirkan normal, akhirnya kegiatan saya jelang melahirkan lebih banyak ke memberi sugesti positif pada diri sendiri. Maklum saja, saya belum pernah mengalami 0perasi besar sebelumnya dimana organ dalam harus dibelek dan disayat-sayat. Di bayangan saya melahirkan dengan operasi caesar itu lebih sakit daripada melahirkan normal karena konon butuh waktu lama untuk pemulihannya.

Maka hari-hari saya pun diisi sama mencari banyak sumber bacaan yang mengatakan kalau SC itu nggak semengerikan yang saya kira. Saya menghindari beberapa orang yang sering memberikan gambaran negatif tentang SC yang menyakitkan yang katanya pemulihannya lama banget. Saya tanya sama teman saya, Nanda, yang juga sama-sama promil di Prof Jacoeb dan SC dengan beliau tentang testimoni SC-nya. Alhamdulillah sejauh saya nanya, Nanda selalu bilang kalau sehari saja dia sudah bisa jalan. SC nggak sesakit yang dibayangkan. Oke, satu sugesti positif sudah didapat.

(Baca juga: Cerita Program Hamil Ketiga: Hallo, Prof Jacoeb)

Selain mencari banyak sugesti positif buat persiapan SC, saya dan suami juga sibuk dengan administrasi buat rawat inap. Karena di klinik tempat saya promil, SamMarie Wijaya lagi direnovasi maka untuk SC pasien dirujuk ke RSIA SamMarie Basra yang terletak di Pondok Bambu. Jadilah saya yang belum pernah ke SamMarie Basra masih gagap dengan RS-nya walaupun masih satu grup dengan SamMarie Wijaya.

Persiapan Jelang Kelahiran

Beberapa hari sebelum keputusan SC yang ditentukan tanggal 18 Oktober 2018, saya dan suami menghimpun banyak informasi tentang pelayanan, harga, hingga teknis rawat inapnya nanti. Saya mencari banyak informasi dari Nanda yang sudah pernah SC di SamMarie Basra serta dari beberapa artikel di internet. Sementara itu, suami mencari informasi langsung dengan cara telepon dan tanya langsung ke RS-nya. Ya soal service yang nantinya akan diberikan sampai pada perkiraan biaya biar kita siap-siap sebelumnya dan nggak kaget dengan tambahan-tambahan biaya yang udah pasti keluar nantinya.

(Baca juga: Cerita Program Hamil Ketiga: Tip Mempersiapkan Keuangan untuk Program Hamil)

Selain mempersiapkan mental dan juga keuangan, saya masih menjalani beberapa kali kontrol ke Prof Jacoeb. Dari yang intervalnya sebulan sekali berubah jadi 3 minggu sekali, 2 minggu sekali, hingga seminggu sekali. Selain itu, saya juga diharuskan menjalani CTG atau cek denyut jantung bayi di minggu ke 36 dan 37. Tes CTG selain buat mengetahui denyut jantung bayi juga buat mengetahui tingkat kontraksi dari si ibu. Kata Prof Jacoeb kalau masih di bawah 50% artinya kontraksi masih aman.

Karena saya itungannya jadi melahirkan caesar berencana maka kata Prof Jacoeb jangan sampai ada kontraksi sebelumnya. Kasihan saya kalau harus merasakan sakit 2 kali, sakit sebelum melahirkan yaitu kontraksi dan sakit pasca-SC. Maka pemilihan tanggal 18-10-18 pun ditentukan sendiri sama Prof Jacoeb karena selain di tanggal itu jadwal Prof Jacoeb juga kosong, katanya tanggalnya cantik dan mudah diingat.

Baca Juga:   Penyesalan

Belanja Kebutuhan Bayi

Buat ibu hamil, katanya hal yang paling menyenangkan itu mempersiapkan keperluan si kecil jelang kelahiran. Apalagi kalau bukan soal belanja baju dan tetek-bengeknya. Buat yang satu ini, saya dan suami milih yang praktis-praktis aja. Belanja seperlunya nggak perlu berlebihan toh beberapa barang udah ada karena sponsor dan beberapa terkaan barang yang kemungkinan akan menumpuk karena kado, hahaha. Geer sebelum waktunya nggak apa-apa lah ya.

Buat belanja keperluan bayi ini saya dan suami bikin list dengan alasan nggak mau kalap pas belanja. Tiap barang juga dibatasin belinya antara setengah sampai satu lusin. Pokoknya ngerem banget deh waktu datang ke baby shop walaupun dalam hati pengen borong banyak barang karena lucu-lucu banget. Di step yang ini kami berhasil ngerem lapar mata dengan belanja keperluan bayi seperlunya.

Karena baby shop yang saya datangi, Mae Bebe Bintaro itu lengkap dan bisa one stop shopping tapi sayangnya tempatnya sempit dan penuh di saat weekend maka keinginan belanja kebutuhan bayi sekali jadi gagal sudah. Tetap harus datang lagi, minimal sekali belanja lagi karena selain pas datang pertama kali kesana weekend dan penuh dengan ibu-ibu yang perutnya mancung (saya belanja di usia kandungan 32 minggu), sekali belanja juga lumayan banyak bebawaannya. Ini saya nggak pakai beli kebutuhan yang besar-besar kayak stroller, bouncer, atau bak mandi. Cuma baju, bedong, popok, handuk, dan tetek-bengeknya.

Selain di Mae Bebe Bintaro, saya juga sempat belanja di baby shop dekat rumah namanya Glen Baby Shop. Lumayan lengkap sih baby shopnya tapi tentu nggak selengkap dan sebesar Mae Bebe. Karena dekat dengan rumah jadi kalau ada apa-apa yang harus dibeli dadakan seperti kantung ASI atau bahkan gurita melahirkan, saya bisa langsung cusss aja kesana. Kalau nggak urgent atau dadakan, saya sih biasanya lebih senang ke daerah Bintaro buat belanja kebutuhan barang. Selain di Mae Bebe, saya juga pernah ke Bebe Love dan Bird n Bee. Bebe Love ini lebih sepi dari Mae Bebe jadi belanja juga lebih tenang cuma nggak selengkap Mae Bebe memang. Sementara Bird n Bee ini ya tau sendiri lah ya, mahal karena yang belanja setaraf seleb. Saya aja yang sok-sokan kesana biar berasa seleb, haha. Khusus untuk Bebe Love dan Bird n Bee, saya merasakan belanja di sana justru setelah melahirkan.

Baca Juga:   Cerita Kehamilan Ketiga: Catatan Kehamilan di Trimester Ketiga
Bebe Love Bintaro

Untuk mengerem rasa lapar mata, saya udah bikin list terlebih dahulu. Contekan barang apa saja yang mau dibeli bisa dilihat dari banyak artikel di internet, tinggal dikombinasikan dan dibandingkan satu artikel dengan artikel yang lainnya.

Oh ya, sebagai pecinta belanja online saya justru nggak memilih dan merekomendasikan belanja online untuk membeli kebutuhan bayi. Alasannya karena buat saya perlu banget buat tahu dan menyentuh langsung material bahan yang akan digunakan anak nantinya khususnya barang-barang yang akan dipakai langsung oleh bayi seperti baju, celana, popok, bedong, atau handuk. Kalau online kan nggak bisa pegang langsung wujud bendanya. Walaupun udah dibilang bahannya yang bagus tapi kan nggak ada jaminan 100% sama dengan ekspektasi kita pas sampai.

dua item yang saya beli via online karena lucu dan di baby shop jarang ada

(Baca juga: Belanja Kebutuhan Sandang, Pilih Online atau Offline?)

Hanya ada beberapa barang kebutuhan bayi yang saya beli secara online dengan pertimbangan nggak bersentuhan lama atau langsung dengan bayi seperti washlap atau nursing cover. Sedangkan peralatan kesehatan dan mandi bayi seperti sabun, minyak telon, kapas steril, hingga kasa saya beli di supermarket sekalian belanja bulanan. Pasalnya kalau beli di baby shop, asli riweuh banget karena baby shop tempat saya belanja sempit.

Walaupun udah cermat dengan menuliskan list barang dan membeli seperlunya keperluan bayi toh tetap aja ada yang ketinggalan dalam artian kebeli tapi nggak terpakai atau nggak dipertimbangkan buat dibeli tapi malah perlu banget. Contoh yang kebeli tapi nggak terpakai adalah sarung tangan karena ternyata dokter anak nggak merekomendasikan sarung tangan dengan alasan membatasi gerak dan perkembangan motorik bayi. Sementara contoh barang yang tadinya nggak dipertimbangkan buat dibeli tapi sekarang malah terpakai banget adalah breast pump. Dulunya saya nggak pengen beli pompa ASI dengan pertimbangan bukan ibu bekerja. Nyatanya pas udah melahirkan ASI saya luber melimpah ruah dan bayinya masih terbatas nyusunya jadi harus dipompa biar payudaranya nggak bengkak.

Packing Barang Menuju RS

Selain belanja kebutuhan bayi, yang saya concern banget dengan barang-barang persiapan ke RS. Soalnya zaman melahirkan Azka dulu saya kan nggak ada persiapan sama sekali walaupun itu cuma baju ganti atau pembalut nifas. Nah, sekarang semuanya dipersiapkan dengan matang dan dimasukkan dalam satu koper yang biasa saya pakai buat traveling.

Jangan tanyakan saya benda apa aja yang dibawa buat ke RS karena saya juga browsing di berbagai artikel di internet. Cari aja dengan keyword ´barang yang dibawa saat melahirkan´ akan banyak banget artikel yang muncul. Saya juga nge-list dari situ. Sama halnya pas nge-list buat belanja kebutuhan bayi, banyak artikel yang dikombinasikan dan dibandingkan. Segitu juga masih banyak yang meleset alias dibawa tapi nggak diperlukan atau diperlukan banget tapi malah nggak kebawa atau belum punya. Nih, berikut beberapa catatan barang bawaan dari saya buat dibawa ke RS:

  • Cek apakah RS menyediakan kimono atau baju rumah sakit selama kita menginap di sana. Saya sebelumnya udah persiapan 3 baju ganti berupa daster kancing depan nyatanya nggak terpakai karena selama di RS pakai kimono dan setiap hari disediakan baju ganti dari RS. Sayang banget kan baju yang dibawa nggak terpakai dan menuhin koper.
  • Bawa gurita melahirkan atau bengkung itu ternyata perlu. Awalnya saya kira pemakaian bengkung akan dilakukan kalau udah pulang ke rumah atau malah nggak perlu sama sekali makanya saya nggak beli. Saya punyanya korset biasa. Eh ternyata sehari pasca-SC bisa dipakai karena lumayan mengurangi rasa sakit sayatan. Untung suami saya sempat pulang buat ngubur ari-ari dan beli bengkung di baby shop dekat rumah.
  • Cek apakah RS menyediakan handuk dan peralatan mandi? Kalau sudah menyediakan berarti nggak perlu bawa semua itu buat kita, paling bawa buat penunggu. Saran saya sih bawa washlap juga dari rumah karena pasca-SC kita belum tentu bisa mandi guyuran, paling hanya lap-lap dan nggak setiap RS menyediakan washlap.
  • Walaupun udah melahirkan, tetap bawa celana dalam hamil buat dipakai pascamelahirkan. Saya yang sotoy ini malah nggak bawa celana-celana itu dan pede aja bawa celana-celana dalam saya pas sebelum hamil karena ngiranya perut bakal udah langsung kempes kayak dulu. Ternyata nggak, ahaha. Untung celana yang saya bawa ukurannya lumayan besar dan bahannya enak, bukan yang hipster-hipster model G-string jadi aman deh saat dipakai.
Baca Juga:   Cerita Kehamilan Ketiga: Menghadapi Persalinan Caesar

Saya ke RS bersama ibu dan suami saya. Total bawaan tidak termasuk tas tangan kami masing-masing adalah 1 koper dan 1 shopping bag tanggung yang isinya makanan dan cemilan. Alasan kami bawa barang seringkas mungkin adalah karena kemungkinan pas balik dari RS bawaan akan beranak-pinak entah itu karena kado atau gift dari RS-nya. Dan benar saja pas pulang emang bawaan jadi lebih banyak tapi untungnya banyak barang yang sudah berkurang juga seperti makanan. Jadi walaupun beranak-pinak tetap masih terkontrol lah.

Itu dia beberapa persiapan jelang melahirkan yang kalau ditulis sekarang (pas saya udah melahirkan) jadi semacam flashback yang menyenangkan.

Jadi pengen hamil lagi kan #eh.

 

 

3 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023