Dulu, jauh sebelum berumah tangga saya selalu menganggap kalau membuat dan mengatur anggaran untuk keluarga itu adalah hal yang sangat mudah. Apalagi banyak orang di sekitar saya yang menjalankan anggaran rumah tangga dengan prinsip ‘let it flow’ atau ikuti aja aliran airnya. Namun, setelah tahu sedikit demi sedikit tentang ilmu keuangan rumah tangga, prinsip seperti itu justru bisa membahayakan.
Oleh karena itu, membuat anggaran rumah tangga yang disiplin dan terukur ‘is a must’ khususnya untuk keluarga modern atau mereka-mereka yang tinggal di kota-kota besar. Mengapa di kota-kota besar? IMHO, karena hidup di kota besar lekat kaitannya dengan gaya hidup dan gengsi. Dua hal itulah yang bisa bikin anggaran keuangan rumah tangga ‘bocor halus’ atau salah-salah malah jebol.
Untungnya, saya berkesempatan menimba ilmu tentang pengaturan anggaran keuangan keluarga dari Financial Educator Visa, Mbak Prita Ghozie. Ini adalah kali kedua saya ikut workshop bersama Mbak Prita dan juga Visa. Workshop kedua ini masih erat kaitannya dengan workshop sebelumnya yaitu tentang cek kesehatan keuangan keluarga.
(Baca juga: Pelajari Hal-Hal Berikut Ini Jika Tak Mau Keuangan Keluargamu Bangkrut)
Satu hal yang saya tangkap dari belajar bersama Mbak Prita kali ini adalah bahwa mengatur anggaran keluarga tak semudah yang saya bayangkan sebelumnya. Saya sebagai Menteri Keuangan Keluarga ternyata harus berhadapan dengan ego dan kebutuhan. Ego bisa datang dari mana saja, bisa dari suami atau justru dari saya sendiri si pengatur keuangan.
Nah, untuk membuat perencanaan anggaran keuangan keluarga, Mbak Prita membeberkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan anggaran keluarga. Hal-hal tersebut antara lain:
1. Tentukan Prioritas
Masa depan kita yang harus bayarin ya kita sendiri, bukan orang lain – Prita Ghozie
Dalam kehidupan modern yang terhubung dengan social media di kota besar itu, biaya hidup tidak terlalu mahal. Yang mahal justru biaya gaya hidup atau biaya pamer. Apa yang kita mau belum tentu kita butuhkan. Lalu apakah kita nggak boleh punya keinginan atau kemauan? Masih tetap boleh kok, ujar Mbak Prita. Hanya saja jangan mengorbankan kebutuhan kita.
“Tapi dalam menetapkan prioritas jangan kebanyakan! Kalau banyak mau nggak bakal ada yang terwujud,”ujar Financial Educator berjilbab itu.
Prioritas kebutuhan orang berbeda-beda antara satu rumah tangga dengan rumah tangga lainnya. Namun, secara garis besar ada 2 macam kebutuhan yang harus kita ketahui dan bisa membedakannya yaitu:
- Kebutuhan saat ini yaitu kebutuhan yang jatuh temponya dalam 12 bulan ke depan, contohnya: pengeluaran rumah tangga atau bayar uang sekolah.
- Kebutuhan masa depan yaitu kebutuhan yang jatuh temponya di atas 12 bulan ke depan, contohnya: kebutuhan pendidikan anak, kebutuhan naik haji, kebutuhan di masa tua.
2. Menyusun anggaran
Sebelum menyusun anggaran, hal pertama yang sebaiknya perlu kita ketahui adalah berapa pendapatan keluarga. Setelah itu barulah menyusun anggaran belanja berdasarkan kebutuhan yang ada. Setiap keluarga pun bisa jadi memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Namun, idealnya presentase kebutuhan keluarga itu adalah:
- Zakat sedekah 5 %
- Menabung dana darurat 10%
- Biaya hidup 30%
- Cicilan pinjaman 30%
- Investasi 15%
- Gaya hidup 10%
Sementara itu, menurut Prita Ghozie prioritas alokasi anggaran dikelompokkan menjadi 7 urutan atau tingkatan, antara lain:
- Zakat, infak, sedekah
- Bayar pinjaman
- Tabungan dan investasi masa depan
- Persiapan masa sulit
- Biaya hidup
- Anak dan pendidikan
- Gaya hidup
Prioritas anggaran ini menurut Mbak Prita semuanya harus kebagian namun porsinya sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh pasangan kita apabila kasusnya sudah berumah tangga.
3. Meraih Mimpi Keluarga
Setiap keluarga memiliki mimpi. Mimpi itu pastinya ingin diwujudkan untuk kepentingan keluarga mereka. Untuk mewujudkan mimpi itu ada beberapa langkah yang bisa ditempuh, antara lain:
- Set goal yaitu tentukan dulu tujuan atau mimpi yang ingin diraih. Kuncinya dalam tahap ini adalah jangan labil.
- Make plan atau buatlah perencanaan dari tujuan yang ingin diraih.
- Get to work yaitu punya usaha untuk mewujudkan tujuan atau mimpi yang telah ditentukan.
- Stick to it yaitu tidak tergoda dengan hal-hal baru.
- Reach goal atau meraih mimpi kita supaya benar-benar bahagia.
Misalnya:
- Seorang perempuan muda punya mimpi memiliki tas branded berharga 38 juta, maka ia akan menabung 3% dari harga tasnya setiap bulan yaitu Rp 3 juta per bulan.
- Seorang perempuan punya mimpi untuk budget trip ke Eropa dengan anggaran 34 juta, maka ia bisa menabung selama 5 tahun di tabungan berjangka setiap bulan dengan nilai Rp 500.000.
Nah, untuk mengatur budgetnya, kita juga harus pandai-pandai memilah antara kebutuhan jangka panjang, menengah, dan pendek. Misalnya:
- Dana membeli rumah tinggal termasuk kebutuhan jangka pendek
- Dana pendidikan anak termasuk kebutuhan jangka menengah
- Dana pensiun termasuk dalam kebutuhan jangka panjang
Semua dana-dana ini sifatnya fleksibel, artinya bisa berubah-ubah dan pilihan setiap orang bisa berbeda-beda tergantung dengan beberapa hal misalnya usia. Semakin usia kita bertambah, komposisinya pun akan berubah karena ilmu budgeting itu tidak saklek.
4. Anggaran Bulanan & Musiman
Nah, untuk bisa menganggarkan kebutuhan bulanan dan musiman, kita harus bisa membedakan antara pengeluaran bulanan dan pengeluaran & investasi tahunan.
- Pengeluaran bulanan (misalnya biaya hidup dan hobi yang ‘mengharuskan’ seseorang membeli sesuatu yang sesuai dengan hobinya tiap bulan) dibiayai dengan menggunakan gaji bulanan.
- Pengeluaran dan investasi tahunan (misalnya jalan-jalan, belanja barang idaman, kurban) dibiayai dengan bonus, THR, dan tunjangan lainnya.
Sementara itu, pada alokasi pos investasi dari gaji rutin bulanan kita tetap bisa menganggarkan untuk investasi, dengan prosentase: 5% untuk dana rumah, 10% untuk dana pendidikan, dan 5% untuk dana pensiun. Tiga hal ini tidak boleh diganggu gugat. Sementara itu untuk dana liburan dan belanja barang yang besar dibiayai dari alokasi pos investasi dan penghasilan bonus.
Nah, untuk mendisiplinkan semua pengeluaran dan pengaturan anggaran itu Mbak Prita kasih tips menyiasatinya dengan membuka minimal 3 rekening yang berbeda. Rekening pertama adalah untuk biaya bulanan, rekening kedua untuk dana darurat, dan rekening ketiga untuk tabungan & investasi.
Untuk memudahkan mengatur pengeluaran ini, berikut ceklis bulanan yang bisa dilakukan berdasarkan prioritas kebutuhan:
- Buat rencana pengeluaran
- Terima gaji
- Membagi uang sesuai pos rekening
- Bayar cicilan
- Bayar tagihan-tagihan bulanan
- Transfer otomatis ke rekening dana darurat
- Trasnfer otomatis ke rekening investasi
- Ambil uang tunai sekali per minggu di ATM
- Mengisi uang elektronik
- Hiburan-hiburan
Setelah workshop ini, akhirnya saya duduk bareng bersama suami untuk membicarakan kembali soal anggaran keluarga kami. Beberapa hal dari informasi yang Mbak Prita berikan seperti memilah anggaran di rekening yang berbeda sudah kami tentukan. Namun, beberapa rekening tabungan masih menjadi ‘rekening pasif’ yang kemungkinan nilainya malah akan tergerus inflasi atau ‘bocor halus’ karena diambil sedikit-sedikit untuk keperluan seperti shopping.
Akhirnya, rekening-rekening pasif itu kami jadikan rekening khusus untuk tabungan masa depan, dana darurat, hiburan (jalan-jalan atau mudik), dan pensiun. Sedikit-sedikit saya mulai mempraktikkan ilmu yang dikasih Mbak Prita. Semoga ke depannya saya dan suami semakin bisa disiplin dalam mengelola dan menjaga anggaran rumah tangga kami agar bisa mencapai tingkat yang sejahtera.
Jadi gimana? Sudah siap buat bikin anggaran keluargamu?