Piknik ke Museum, Bisakah Mengasyikkan?

Piknik ke Museum, Bisakah Mengasyikkan?

Kapan kamu terakhir kali piknik ke museum? Kalau saya sih sekitar ummm…ummm… *mendadak hening*. Ya, saking lamanya nggak ke museum jadi sedikit lupa kapan terakhir kali ke museum. Seingat saya, saya terakhir kali ke museum itu ke Museum Tosan Aji di Purworejo beberapa bulan lalu. Itu pun hanya untuk melihat penemuan wajan raksasa yang memang diletakan di depan museum sambil numpang neduh karena hujan rintik waktu itu. Setelah itu lama sekali saya nggak berkunjung ke museum.

Nggak dipungkiri, pantai dan gunung agaknya masih jadi destinasi ‘primadona’ dalam berwisata. Apalagi, kini banyak orang mengunggah keindahan foto pasir putih, birunya langit, dan hijaunya pemandangan gunung di media sosial. Melihat itu seakan membuat museum menjadi destinasi yang entah dinomorberapakan. Kesan tua, pengap, dan angker seolah masih melekat dengan museum-museum di Indonesia. Akhirnya, gedung-gedung tua dengan benda koleksinya itu lagi-lagi hanya dikunjungi para pelajar saat study tour atau wisatawan asing yang sering kali justru lebih tertarik dengan wisata museum.

Saya termasuk orang yang senang bepergian ke museum. Sayangnya, ada beberapa museum di Indonesia yang justru tutup ketika hari libur atau Sabtu/Minggu. Hal ini tentu menyulitkan pengunjung untuk bisa piknik kesana. Beruntung, Minggu (26/2) kemarin saya diberi kesempatan untuk piknik ke Museum Tekstil yang letaknya di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Bersama puluhan blogger lain saya jadi orang yang beruntung untuk bisa masuk dan berjalan-jalan di dalam Museum Tekstil.

Piknik sambil Belanja, Cara Baru Nikmati Piknik di Museum

Perempuan adalah makhluk yang diciptakan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara bersamaan alias multitasking. Sebagai perempuan, saya selalu pengen bisa melakukan dua hal sekaligus secara bersamaan, misalnya piknik sekaligus sambil belanja bulanan. Tentu akan sangat menyenangkan. Tapi emang mungkin terjadi? Setahu saya piknik ya piknik, belanja ya belanja. Apalagi kalau pikniknya ke museum, sementara belanja bulanan ke supermarket. Tentu dua haluan yang berbeda. Kecuali kalau museumnya di dalam supermarket atau sebaliknya. Emangnya ada yang seperti itu?

Ini kan zaman millenial. Segala ada dan bisa diupayakan. Termasuk piknik sambil belanja bulanan. Saya dapatkan pelajaran ini saat piknik di Museum Tekstil. Di sela-sela piknik kemarin, saya diperkenalkan dengan aplikasi Honestbee. Sebelumnya, saya sudah download aplikasi ini tapi memang belum pernah pakai. Beruntung, sebelum berkeliling Museum Tekstil kemarin saya diberi informasi tentang aplikasi ini.honestbee
honestbee-3

Honestbee adalah layanan belanja berbentuk aplikasi yang memudahkan kita untuk bisa berbelanja tanpa harus bersusah payah pergi dan antre di supermarket. Sekarang cukup berbekal smartphone dan aplikasi Honestbee, maka kita bisa berbelanja dimana saja selama dalam coverage area Honestbee. Tinggal tunggu pada jam pengantaran yang telah dipilih, maka barang yang dipesan akan sampai pada tempat tujuan. Buat saya yang biasa belanja bulanan sama suami menggunakan motor, aplikasi ini sangat membantu.

Belanja bulanan buat saya dan suami adalah aktivitas yang menyita waktu. Repot dan berat karena gembolan barang belanjaan setiap keluar supermarket itu sudah pasti. Belum lagi ketika di motor, sulit menyimpan banyaknya barang belanjaan. Terlalu banyak muatan pun kadang membahayakan kendaraan saat melaju di jalan raya. Ditambah cuaca yang sedang sering hujan meribetkan kami saat berbelanja bulanan.

honestbee-4

Hadirnya Honestbee memungkinkan saya untuk belanja sambil memasak, menyetrika baju, mencuci, bahkan piknik. Saat hujan, sedang hamil, atau sakit pun bukan halangan buat kita untuk tetap bisa belanja kebutuhan sehari-hari. Honestbee memiliki petugas-petugas toko yang terlatih yang berperan seolah-olah sebagai asisten belanja kita. Mereka jadi kepanjangan tangan kita saat berbelanja, dari mengumpulkan produk yang dipesan, memilihkan produk yang terbaik, bahkan sampai memberi saran jika produk yang hendak dibeli ternyata out of stock alias habis.

Mas Tony dari Honestbee yang saat itu juga datang ke Museum Tekstil menjelaskan dengan sabar tentang aplikasi ini. Honestbee bukan aplikasi sembarangan atau ecek-ecek karena sudah berpengalaman dipakai di banyak negara seperti Hongkong, Singapura, Taiwan, Jepang, Thailand, Malaysia, dan Filipina. Di Indonesia sendiri, Honestbee sudah ada di area Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Kamu pun bisa berbelanja barang dari beberapa toko seperti: Transmart (yeah, Transmart gitu loh yang memang terkenal lengkap), Michelle Organic Corner, Stevan, Javara, Cook Shop, Hatten Wines, Sababay Winery, dan Meruya Pet.

Baca Juga:   Rekomendasi Wisata Kuliner Semarang Antimainstream
Mas Tony dengan sabar memberikan informasi pada para blogger tentang Honestbee
Mas Tony dengan sabar memberikan informasi pada para blogger tentang Honestbee

Cara berbelanjanya pun mudah banget. Bahkan, saya bisa berbelanja sambil saya tinggal piknik. Saat itu, Mas Tony sekaligus mengajari kami cara berbelanja melalui Honestbee. Saya hanya tinggal memilih lokasi dimana saya berada, toko dimana saya akan berbelanja, barang apa saja yang dibelanjakan, total perbelanjaan (plus tambahan delivery service dan biaya concierge), pilih metode pembayaran (cash atau credit card), sampai setting jam berapa barang ingin diantarkan. Mudah banget.

Saya dan beberapa blogger yang sedang piknik pun bersemangat untuk berbelanja dahulu dengan harapan barang sudah sampai ketika kami selesai piknik. Sayangnya, saat itu sempat ada kesalahan teknis sedikit sehingga beberapa blogger kesulitan finishing order belanja. Untungnya tim dari Honestbee sangat sigap untuk menenangkan kami. Mas Tony menyarankan kami tetap belanja namun kali ini lokasi pengantaran diubah ke alamat rumah, bukan lagi di Museum Tekstil. Nggak lupa, saya setting waktu pengantaran di jam perkiraan saya sampai rumah. Tak lama setelah order masuk, akan ada asisten belanja yang menelepon untuk memastikan orderan. Selanjutnya, tinggal tunggu saja deh kurir akan datang di jam pengantaran yang telah ditentukan. Setelah order selesai pun ada report-nya.

report honestbeeBuat saya yang hidup di kota besar dengan segala keruwetannya, Honestbee ini sangat membantu sekali untuk belanja bulanan. Saya merekomendasikan kamu untuk berbelanja menggunakan aplikasi ini karena ada beberapa keuntungan yang bisa didapat, antara lain:

  • Praktis, hemat waktu, biaya parkir, dan tenaga.
  • Memiliki asisten belanja yang terlatih, yang memilihkan barang yang berkualitas, terbaik, teliti, hingga memaketkan barang dengan benar.
  • Jika produk yang diorder habis, asisten belanja akan memberitahukan dan memberikan saran barang pengganti.
  • Harga barang yang tercantum dalam aplikasi sama dengan di toko.
  • Waktu pengantaran fleksibel.
  • Pilihan produknya banyak dan terluas.
  • Kurir yang mengantarkan berpengalaman.

Jadi, sekarang nggak perlu khawatir lagi harus mempersiapkan waktu khusus untuk belanja bulanan karena berbelanja bisa dilakukan di manapun hanya dengan sentuhan jari di smartphone-mu. Buat saya, aplikasi ini membantu banget untuk menambah quality time saya dengan suami di rumah. Ketika akhir pekan, saya tetap bisa quality time berdua sama suami sambil menunggu belanjaan diantar oleh kurir. Buat kamu yang masih penasaran dengan Honestbee, bisa gali langsung informasinya dari website atau social media-nya ya.

Website: www.honestbee.com atau www.id.honestbee.com
Instagram: @honestbeeid
Twitter: @honestbee_id
Facebook: honestbee (@honestbeeid)

Mengenal Batik di Museum Tekstil Jakarta

Puas order barang belanjaan, kami pun diantar berkeliling Museum Tekstil. Bagi yang belum tahu, Museum Tekstil ini letaknya di Tanah Abang, nggak jauh dari Blok G dan Banjir Kanal Barat. Saya sempat takjub lho, ternyata ada museum di tengah hingar bingarnya kehidupan Tanah Abang. Namun ternyata memang ada dan Museum Tekstil ternyata menyimpan banyak koleksi yang tak boleh dilewatkan.

Dari namanya Museum Tekstil, sudah tentu koleksi yang ada di dalamnya berkaitan dengan tekstil. Mayoritas koleksinya adalah kain. Miss Ari, dari Satuan Pengelola Museum Seni, Tekstil, Wayang, dan Seni Rupa Keramik menyatakan bahwa Museum Tekstil merupakan salah satu museum yang berada di bawah pengelolaan Disbudpar Jakarta. Letaknya di Tanah Abang pun seolah cocok mengingat Pasar Tanah Abang merupakan pusat grosir fashion dan tekstil terbesar di Asia Tenggara.

Museum Tekstil ini didirikan pada tahun 1976 dan dipelopori oleh Gubernur Ali Sadikin. Pendirian museum ini adalah sebagai bentuk penghormatan kepada Ibu Tien Soeharto, ibu negara kala itu. Museum Tekstil diresmikan pada 28 Juni 1976. Awalnya, bangunan museum ini merupakan bangunan milik seseorang berkebangsaan Perancis. Kemudian ia menjualnya kepada Abdul Aziz Al Mussawi Katiri, Konsul Turki di Jakarta. Pada tahun 1942 bangunan ini dijual pada Karel Christian Crucq dan awal 1945 digunakan sebagai markas “Perintis Front Pemuda” dan Angkatan Pertahanan Sipil.

Pada tahun 1947 bangunan tersebut disewakan pada Departemen Sosial di bawah kepemilikan Lie Sion Pin. Tahun 1962, properti ini diakuisisi Departemen Sosial sebagai kantor kemudian asrama karyawan. Tahun 1975, secara resmi bangunan dan tanahnya diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta oleh Menteri Sosial. Tahun 1976 Gubernur Ali Sadikin mengusulkan bangunan tersebut sebagai cikal bakal Museum Tekstil. Awalnya, koleksi Museum Tekstil hanya berupa kain-kain batik sumbangan para ibu dari beberapa organisasi. Seiring berjalannya waktu, kini koleksinya semakin bertambah dari batik, rajutan, sasirangan, hingga karya-karya desainer kenamaan negeri ini seperti Iwan Tirta.

Baca Juga:   Kenali Kebutuhan Sosial dan Nutrisi untuk Perempuan saat Hamil dan Menyusui

(Baca juga: Batik Purworejo, Siap Bersaing di Tingkat Nasional Maupun Internasional)

Untuk berkeliling Museum Tekstil, kami dipandu oleh Fany, seorang berkebangsaan Italia yang sudah mendalami soal batik dan koleksi-koleksi Museum Tekstil. Hadirnya Fany seolah menjadi tamparan keras buat kami, saya khususnya, karena bangsa lain justru sangat tertarik mendalami dan menguasai kekayaan budaya bangsa sendiri. Fany dengan mahir bisa menjelaskan asal-usul, sejarah, dan seluk beluk batik yang mana seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia yang mengajarkannya pada orang asing. Kini justru sebaliknya. Kita yang tak mau belajar akhirnya harus belajar kebudayaan sendiri dari orang asing. Hiks…

Miss Ari dan Fany
Miss Ari dan Fany

Fany menjelaskan dengan detail soal batik dan asal-usulnya. Beruntung, saat itu sedang ada Pameran Batik Pesisir yang diselenggarakan di Gedung Utama. Berikut beberapa informasi soal batik yang saya rangkum dari Fany, Miss Ari, serta Mas Eko saat tour di museum:

  • Motif batik biasanya tergantung dari negara mana yang memengaruhinya, misalnya motif bunga didapat dari pengaruh Belanda atau motif naga pengaruh dari China.
  • Batik Pagi Sore tercipta karena batik memiliki banyak campuran warna sehingga satu kain bisa dikenakan saat pagi dan juga sore dengan pergantian warna saat pagi dan sore itu.
  • Batik Indramayu didominasi dengan motif polkadot. Indramayu dikenal dengan teknik membatik cocoan, yaitu saat mewarnai batik menggunakan kawat yang dicocok.
  • Batik Cirebon identik dengan motif awan atau daun dan terdapat sepuluh jenis dengan warna dasar biru yang identik dengan warna langit. Di Cirebon juga ada motif Paksinagalima, kain bergambar hewan dengan simbol lima agama. Selain itu, Batik Cirebon juga dipengaruhi oleh percampuran budaya Cina dan Islam.
  • Batik Pekalongan memiliki warna-warna yang cerah, motif yang terpengaruh dari Belanda (bunga), dan biasanya digunakan sebagai bawahan oleh orang-orang Belanda.
  • Batik Lasem memiliki tiga ciri khas warna yaitu merah, putih, biru. Biasanya memiliki dua sisi yang berbeda agar bisa digunakan dua kali. Batik Lasem juga dikenal dengan warna merah khas Laseman yang unik.
  • Batik 3 Negara dikenal karena kombinasi batik yang didapat dari tiga tempat yaitu merah dari Lasem, coklat dari Jogja, dan biru dari Pekalongan.
  • Batik Tuban dikenal halus. Tuban juga memiliki desa sentra batik yaitu Desa Kerek. Batik Tuban dikenal dengan Batik Gedogan dimana batik digambar di atas kain tenun. Batik Tuban biasanya memakai pewarnaan alam misalnya akar manggis.
  • Batik Tulungagung disebut sebagai Batik Sekarjagad. Batik ini biasanya dipakai oleh orang-orang tua dan tidak boleh digunakan untuk menutupi orang meninggal.
  • Batik Madura dikenal sebagai Batik Gentongan. Hal ini karena proses pewarnaannya dicelup di dalam gentong tanah dalam waktu yang lama sehingga harganya pun mahal. Motif khas batik Madura adalah laut dan tanah.
  • Batik Tasikmalaya biasanya digunakan oleh para pekerja.
  • Batik Garut dinamakan Adumanis, biasanya memiliki motif batu ampar, parang sigaret, dan rereng. Warna khas Batik Garut adalah warna gumanding.
  • Cara membedakan batik tulis, batik cap, dan kain bermotif batik (print) antara lain: kalau batik tulis biasanya digambar pada dua sisi kain dan tidak simetris, batik cap lebih simetris karena digaris, sementara kain motif batik hanya bergambar batik di satu sisinya.
  • Batik Pesisir biasanya bermotif lebih real dan mengadopsi motif dari flora fauna, sedangkan batik klasik biasanya hanya bercorak simbol-simbol.
  • Kain slogrok merupakan batik motif khusus yang biasanya digunakan untuk menutupi orang meninggal.
  • Batik Solo dan Jogja biasanya terlihat perbedaan pada warna sogan (coklat).
Baca Juga:   Menanti Senja di Pantai Kuta Lombok

Gimana? Lumayan banyak kan ensiklopedi tentang batik yang bisa dipelajari di Museum Tekstil. Informasi soal batik nggak cuma sampai di situ. Rombongan pun melanjutkan ke gedung sebelah yaitu Galeri Batik. Di sana masih banyak koleksi kain batik yang disimpan. Menurut Miss Ari, koleksi kain batik yang disimpan di Museum Tekstil kriterianya adalah lebih dari 30 tahun, motifnya unik, atau memiliki nilai kenangan misalnya pernah dipakai siapa. Siapa saja boleh kok mengusulkan batiknya masuk di Museum Tekstil. Duh, jadi pengen masukin Batik Purworejo atau Batik ABK kesana deh.

(Baca juga: Batik Purworejo Karya ABK, Batik Tak Biasa dari Sekolah Luar Biasa)

Kain batik yang disimpan di Museum Tekstil paling tua berusia 50 tahun. Kain yang umurnya tua disimpan di ruang khusus penyimpanan dengan suhu dan kondisi tertentu agar bisa terpelihara dengan baik. Hal ini mengingat kain batik kalau dibiarkan lama kelamaan akan hancur, apalagi jika terkena asam. Selain berbagai kain batik yang dipamerkan, Museum Tekstil juga memamerkan alat-alat membatik mulai dari canting, malam, hingga cap. Di sana pun kamu bisa sekaligus belajar membatik di Pendapa Museum atau menimba ilmu batik dari workshop-workshop yang biasanya diadakan setiap bulan. Berikut beberapa gambar di dalam Museum Tekstil yang sempat saya abadikan.

batik-cap batik-cap-2 koleksi-batik-museum-tekstil

batik-lasem koleksi-museum-tekstil koleksi-museum-tekstil-2

Beberapa jam rasanya memang tak cukup untuk mengelilingi Museum Tekstil. Pun dengan ribuan kata yang tertulis di blog ini. Padahal masih banyak informasi yang ingin saya tulis. Saya keep aja deh beberapa informasi lainnya biar kamu penasaran dan berkunjung langsung ke Museum Tekstil, hihi. Buat yang ingin berkunjung ke Museum Tekstil, museum buka dari hari Selasa hingga Minggu dari jam 09.00-15.00. Harga tiket masuknya pun terjangkau, dari mulai Rp 2.000 hingga Rp 5.000.

Memasak bersama Si Ayah Muda

Waktu telah menunjukkan sekitar pukul 11.30. Otak saya sudah kenyang dengan ilmu batik namun perut justru keroncongan. Saya pun menuju ke arah halaman belakang Museum Tekstil. Di sana sudah banyak berkerumun blogger lain untuk melihat seorang ayah muda memasak. Chef Jun Joe, siang itu mengajak kami untuk memasak dan melihat kelihaiannya meramu makanan. Siang itu Chef Jun (@resepdapurayah) membuat dua masakan yaitu Ayam Rica-Rica ala Resep Dapur Ayah dan Puding Sarikaya Gula Merah sebagai dessert.

Chef Jun dikerubuti para blogger
Chef Jun dikerubuti para blogger

resep-dapur-ayahPanasnya siang itu yang beradu dengan aroma masakan membuat perut semakin keroncongan. Ingin rasanya segera mencomot masakan menggoda mata dan lidah yang sedang diracik Chef Jun. Tak berapa lama berselang, Chef Jun dan panitia pun berbaik hati membagikan dua menu tersebut yang sebelumnya memang sudah dimasak khusus untuk peserta piknik siang itu. Sungguh, siang itu menjadi siang yang berkesan karena selain otak kenyang dengan pengetahuan tentang batik, perut pun juga kenyang dengan menu makanan yang disajikan Chef Jun dan panitia.

Ketika perut sudah kenyang, ada kabar menggembirakan dari Honestbee. Belanjaan para blogger yang tadi pagi sudah berhasil berbelanja via Honestbee sudah sampai. Para kurir sudah menunggu di halaman Museum Tekstil. Para blogger tambah ceria menyambut kurir-kurir yang memang ramah. Bahkan, blogger laki-laki pun ikut heboh untuk mencari barang belanjaan mereka. Para laki-laki ini juga ikut berbelanja lho, malah mereka sangat senang dengan benefit yang diberikan karena Honestbee bisa mengemas kegiatan belanja menjadi sesuatu yang menyenangkan. Apalagi buat laki-laki yang biasanya malas ribet keliling supermarket sambil menenteng belanjaan.

beberapa blogger yang sudah menerima belanjaan (atas), barang belanjaan saya (bawah)
barang belanjaan saya 

kurir-honestbee-2

kurir-honestbee
beberapa blogger yang sudah menerima belanjaan di Museum Tekstil

Terima kasih Honestbee, Museum Tekstil, dan Chef Jun. Hari itu saya pulang dengan senyum bahagia karena banyak dapat pelajaran baru. Ternyata piknik di museum itu mengasyikkan kok andai kita tahu caranya menikmati. Apalagi sekarang piknik juga bisa disambi dengan berbelanja. Jadi, jangan jadikan alasan untuk tidak mau berkunjung ke museum ya. Yuk kita kunjungi museum-museum agar tahu betapa kayanya peradaban dan kebudayaan Indonesia.

 

ratna dewi

 

61 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023