#CeritaIbu: Mengatasi Bapil Anak di Tengah Ketakutan terhadap Obat

#CeritaIbu: Mengatasi Bapil Anak di Tengah Ketakutan terhadap Obat

Setengah bulan ini, hidup saya kek porak-poranda. Masalahnya, sakit demam-batuk-pilek sambung-menyambung menimpa keluarga saya. Pingpong aja gitu terus menerus. Sakit yang sambung menyambung ini sejujurnya bikin lelah dan jadi nggak produktif. Ditambah lagi akhir-akhir ini ada berita soal kasus gagal ginjal akut pada anak yang berujung pada penarikan sejumlah merek obat anak, bikin saya tambah puyeng apalagi ketika akhirnya Aqsa sakit.

Baca Juga:   Pengalaman Sakit saat Pandemi

Selama 3 bulan sejak tahun ajaran baru alias masuk-masukan sekolah, hampir tiap bulan Aqsa tuh batuk pilek atau demam. Saya tandain banget nih karena tiap dia bapil, saya yang paling pertama ketularan. Ampun deh…

Tapi, puncaknya sepertinya memang bulan ini. Soalnya selain Aqsa, anggota keluarga lain juga tumbang kena batuk pilek. Tumbangnya tuh yang benar-benar parah. Bahkan suami saya yang biasanya masuk kantor, yang saat ini hanya seminggu sekali, terpaksa harus izin nggak masuk ke kantor.

Pingpong Batuk Pilek Sekeluarga

Siklus penularan batuk pilek bulan ini tuh gini: dari Aqsa-suami saya-saya-adik saya-Aqsa lagi.

Awalnya, Aqsa yang udah ada tanda-tanda batuk dan badannya hangat. Curiga saya, ini karena ketularan teman-teman mainnya yang notabene anak usia sekolah dan pada batuk. Kala itu, kasus gagal ginjal akut belum melebar ke masalah obat cair pada anak. Jadi, saya kasih Aqsa obat batuk langganannya, Hufagrip, yang juga buat mengatasi flu. Aqsa sembuh hanya dalam 1-2 harian tanpa harus ada drama demam atau sesak nafas.

Selanjutnya suami saya yang tepar karena batuk pilek. Alhamdulillahnya, suami saya nggak demam tapi emang batuknya parah sih. Tenggorokannya gatal trus sampai lemas gitu. Saya suruh minum obat batuk sama flu juga. FYI, pas sekarang udah jadi ortu, kami tuh cenderung minum obat kalau udah sakit. Kalau dulu zaman masih bujang atau belum punya anak sih lebih RUM alias bisa ditahan dengan istirahat, tidur, dan minum air hangat. Kalau sekarang tuh susah. Mau tidur atau istirahat lama, ada Aqsa yang harus diurusin.

Selang sehari suami saya udah rada baikan, eh saya yang tepar. Saya pusing, lemas, dan hidungnya meler. Ada satu hari saya benar-benar merem tiduran terus saking beratnya kepala. Saya udah sebodo teuing sama Aqsa yang untungnya diurus suami saya yang sudah rada mendingan. Bahkan makan aja sampai nggak nafsu tapi kudu dipaksain karena saya punya maag.

Setelah 2 hari saya lumayan enakan, suami saya tumbang lagi karena batuk. Batuknya yang benar-benar ngikris banget. Ditambah adik saya yang serumah dengan kami juga mulai demam sama flu. Dahlah lengkap serumah. Adik saya pun berujung batuk. Jadi ada hari-hari di mana saya flu dan adik serta suami saya batuk. Sementara Aqsa segar-bugar alias sehat.

Setelah sembuh pusing, saya memang masih ingusan. Karena sinus, flunya jadi berasa lebih berat. Hidung mampet sampai nggak bisa nafas, sementara tulang hidung sakit banget sampai ke kepala. Rasanya emosi mulu deh hidup jadinya.

Sementara suami dan adik saya dah tumbang karena batuk. Mereka masih minumin obat batuk cair saat itu karena belum ada isu Kemenkes soal obat dalam bentuk sirup yang ditarik dan diperiksa. Sampai saat ini, suami saya masih batuk tapi sesekali. Sementara adik saya masih batuk rada sering. Itu juga sesudah mereka minum obat batuk habis satu botol. Dan setelah habis satu botol, suami udah nggak mau lagi minum obat sirup. Parno katanya.

Di tengah isu soal obat sirup, gagal ginjal akut anak, serta pingpong sakit di keluarga kami, satu hal yang saat itu saya acungi jempol adalah daya tahan tubuh Aqsa yang prima banget. Kami di rumah bapil nggak pakai masker, begitu pun Aqsa. Pikir kami adalah karena Aqsa sudah sakit pertama, mungkin dia sudah kebal. Bahkan teman-teman mainnya bapil juga sampai meler-meler ingusnya, saya santai saja ketika Aqsa main sama mereka tanpa masker.

Sampai akhirnya saya, suami, dan adik saya sudah much much better, eh Aqsa kok ada tanda-tanda bapil. Tadinya sih cuma batuk kayak berdahak aja yang saya pikir biasa karena Aqsa emang punya alergi dan sering batuk yang seperti itu. Puncaknya adalah 2 hari setelah vaksin JE (Japanese Encephalitis), Aqsa akhirnya tumbang juga karena batuk dan pilek. Padahal pas vaksin JE, kami ketemu dokter anak dan habis curhat soal Aqsa yang juga mengalami batuk-sembuh-batuk-sembuh. Huft….

Baca Juga:   #CeritaIbu: Pengalaman Memvaksin Anak di Masa Pandemi

Meredakan Batuk Pilek Anak secara Alami

Aqsa tuh jarang batuk. Kalau pilek atau demam sih sering akhir-akhir ini. Tapi kalau batuk sampai yang parah banget sih kayaknya baru kali ini deh karena sampai keluar mengi alias bunyi ngik-ngik pas tidur.

Jadi, awalnya Aqsa cuma kayak batuk berdahak, eh lama-lama pilek. Mana katanya badannya lemas dan kakinya sakit buat jalan. Asli, sebenarnya saya rada panik karena kalau sudah sakit, dia akan susah makan dan turun BB. Tapi saya coba lihat dulu perkembangannya dan mengafirmasi positif di diri sendiri bahwa sakit Aqsa kali ini nggak akan parah.

Untungnya, teteup ya masih ada untung di tengah musibah, Aqsa nggak ada demam. Sumeng sih iya tapi datang dan pergi dan itu cuma anget-anget aja. Jadi, saya bisa fokus buat menyembuhkan batuk dan pileknya.

Makin tambah hari, anaknya juga makin loyo. Bayangin aja, bocah yang biasa gedebukan cuma lemas minta tidur karena kakinya sakit, lemas, dan susah nafas karena mampet. Patah hati saya kalau Aqsa sakit, mana pas dia sakit pas lagi hot-hotnya banyak obat ditarik sama Kemenkes buat diuji coba di lab. Dah lah, kalau dibilang panik sih iya tapi saya nggak mau buru-buru kasih obat sirup ke Aqsa karena takut.

Kalau saya sih sebenernya tipe ibu yang cukup rasional menuju ke panikan. Tiap anak sakit kayak demam atau batuk dan udah lemas, mending langsung hajar obat aja. Daripada nantinya berefek domino kayak anak susah makan, muntah terus, dan BB turun. Sementara suami saya tipe ayah yang RUM (rational using medicine). Jadi kalau nggak yang parah-parah amat, selagi masih bisa istirahat, minum air hangat yang banyak, atau pakai selimut tebal saat tidur, mau demam atau bapil jangan minum obat dulu buat Aqsa.

Baca Juga:   #CeritaIbu: Tentang Flu dan Bagaimana Menghadapinya

Untungnya, saat itu saya juga rada mikir RUM. Apalagi banyak berita kematian balita karena gagal ginjal akut. Dah lah, stok obat sirup yang baru dibeli sepertinya nggak akan berguna alias calon-calon dibuang. Pas banget juga Aqsa sakit pas weekend di mana saya ada live IG di jam-jam krusial dan Hari Minggu banyak poliklinik anak yang tutup. Jadi saat itu memang sepertinya jalan kami satu-satunya diarahkan sama Tuhan buat pakai pengobatan alami dulu.

 

Kondisi terparah saat itu, saat puncak Aqsa sakit adalah batuk berdahak yang kalau didengarkan pasti bikin sakit di dada, pilek, hidung tersumbat, ada mengi khususnya saat tidur, napas tersengal, lemah lesu, sampai kaki sakit kalau buat berjalan.

sebelum dan saat sakit

Dengan keadaan seperti itu, biasanya saya panik. Tapi entah kenapa alhamdulillah nggak sama sekali. Padahal saya udah tanya ke sepupu yang juga apoteker di klinik biasa Aqsa periksa soal obat bapil apa saja yang sudah diperbolehkan buat anak saat ini. Yah, buat jaga-jaga aja kalau bapil Aqsa makin parah dan harus banget minum obat.

Amazingnya, saya masih bisa berpikir waras saat itu dan malah bikin obat-obatan alami buat Aqsa. Saya nggak ada angin nggak ada hujan marut kencur tengah malam buat Aqsa, paginya beli rempah-rempah di tukang sayur, masak ayam jahe, sampai saya kasih Aqsa jeruk nipis dan kecap buat pengobatannya.

Kalau dirangkum, kira-kira begini yang saya lakukan 2 harian ke Aqsa sekaligus bisa jadi tips mengatasi batuk pilek anak secara alami/ tanpa obat kimia:

  • Beri perasan jeruk nipis dan kecap. Karena sifatnya alami, jadi saya nggak worry kalau ngasihnya 3 kali sehari dan di jam yang berdekatan sama jadwal minum susu. Beda kalau minum obat kimia kan pasti harus dijarak dari jam minum susu. Saya kasih perasan jeruk nipis dan kecap buat Aqsa di siang hari untuk meredakan batuk.
beli jeruk nipis di online pas banget pas murah
  • Parutkan kencur dan campur dengan air hangat, apalagi Aqsa batuknya berdahak. Kalau saya sih nggak usah direbus, cukup campur ke air panas lalu saring plus tambah madu biar nggak terlalu pedas. Saya parutkan 3 ruas kencur dicampur dengan 100 ml air dan 1/2 sdt madu. Alhamdulillah Aqsa mau minum air kencur ini dan sepertinya setelah minum, tidurnya jadi lebih nyenyak dan nggak begitu mampet hidungnya. Perasan air kencur ini saya berikan sebelum dan setelah bangun tidur.

  • Selimuti anak agar tubuhnya hangat dan berkeringat serta beri baju yang nyaman plus menyerap keringat. Ganti baju apabila berkeringat banyak dan basah. Kalau ini mah sepertinya protokol wajib yang hampir semua orang tua tahu ya. Ini saya lakukan saat Aqsa mulai sumeng atau saat suhu tubuhnya biasa saja tapi buat pencegahan dia agar jangan sampai demam.
  • Humidifier full on sepanjang hari. Buat saya si alergian dan punya sinus, peran humidifier ini krusial banget. Walaupun cuma kayak asap-asap aja, tapi seriously bikin napas lebih lega saat bangun tidur. Itu sebabnya pas Aqsa sakit, humidifier selalu stand by dan terus diisi.
Baca Juga:   #CeritaIbu: Berdamai dengan Alergi
  • Baluri anak dengan minyak kayu putih di dada. Apalagi pas saat itu Aqsa sering banget batuk di malam hari. Saya cuma bisa baluri dada dan punggungnya dengan minyak kayu putih biar legaan karena saya nggak punya EO buat bapil.
  • Tempelkan lubang minyak kayu putih ke lubang hidung saat tidur dan hidung mampet. Ini lumayan works buat bikin napasnya lega. Kenapa saat tidur? Karena saat bangun, udah pasti Aqsa nggak mau sih, bisa teriak-teriak dia. Buat Aqsa mendingan dia minum obat nggak enak daripada hidungnya harus ditempel-tempel. Sebenarnya ada juga sih metode uap air panas dikasih minyak kayu putih yang efektif membuat hidung lega. Tapi berhubung kami sudah ada humidifier dan anaknya pengen terus-terusan tidur, makanya kami tempel aja tuh minyak kayu putih di hidungnya.
Baca Juga:   Kisah Si Penderita Alergi Bertahan saat Musim Hujan dan Pandemi
  • Masak makanan berkuah dan berempah. Saya masak ayam jahe, resepnya nyontek di Youtube Willgoz (One Big Hap) yang resep nasi hainan. Tadinya saya nggak expect banyak soal makanan ini karena maklumlah Aqsa lagi sakit. Tapi, untuk ukuran anak sakit, makannya lahap karena emang hangat dan efek jahenya bikin enak di tenggorokan. Pas suami nyobain juga dia bilang enak makanya Aqsa mau makan.
ayam jahe, jadi comfort food Aqsa banget nih

Satu hal yang saya syukuri dari Aqsa adalah dia nggak susah minum obat. Apapun itu, walaupun ramuan rempah nggak enak sekalipun, asal labelnya obat dia pasti mau minum. Makanya dia nurut aja kalau disuruh minum air kencur yang buat saya rasanya nggak enak dan jeruk nipis kecap yang asem banget.

Well, walaupun belum sembuh sempurna, sekarang Aqsa sudah jauuuhh lebih baik setelah 2 harian tepar. Dia sudah bisa gedebukan lagi walaupun masih sesekali terdengar batuknya. Batuk berdahaknya sih masih tapi frekuensinya jauh berkurang. Menginya sudah hampir hilang, sesekali masih kedengaran tapi udah juarang banget. Sumengnya juga udah nggak datang dan pergi. Hanya nafsu makannya saja yang masih rada kurang.

Ternyata saya bisa juga lho mengobati bapil anak dengan cara alami, tanpa obat kimia. Kalau ditanya kuncinya apa? Sabar dan telaten. Sabar dengan hasil dan telaten action ke anak.

Semoga setelah ini drama bapil atau batuk-sembuh-batuk-sembuh sudah nggak ada lagi ya. Jujur, saya capek kalau tiap bulan harus ketularan Aqsa. Kasihan juga Aqsa dan mungkin banyak anak lain di luar sana yang kerap kali bapil karena ketularan.

Yuk parents yang anaknya sedang bapil, bisa dicoba tips dan pengalaman saya mengobati bapil anak secara alami. Apalagi di masa obat buat anak lagi banyak yang ditarik. Bisa kok, bisa insyaallah mengobati anak dengan cara alami.

Semoga sehat selalu, ya!

 

9 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023