Ketika saya dan suami akhirnya fix akan pulang kampung akhir Oktober lalu, saya sudah bertekad dan bilang ke suami untuk mengajak Aqsa ke pantai. Nggak perlu pantai yang jauh-jauh, yang dekat rumah saja nggak apa-apa. Tujuannya biar memperkenalkan Aqsa dengan lingkungan dan hal-hal yang baru kok. Nggak usah jauh-jauh ke Bali dulu, yang dekat rumah saja juga sudah cukup.
Dan ketika kami jadi pulang, gayung pun bersambut. Belum juga bikin jadwal hari apa mau ke pantai, ibu mertua saya sudah mengajak kami ke pantai Hari Minggu paginya karena warga desa suami saya memang sedang ada rencana ke pantai hari itu. Saya pulang Sabtu malam dan sampai Kutoarjo sekitar jam 02.00. Jadi, paginya kami langsung ke pantai. Masih capek sih, tapi kapan lagi pergi sama ibu mertua saya. Soalnya beliau cuma libur kan Hari Minggu.
Akhirnya setelah menunggu Aqsa bangun jam 07.00 lebih (Aqsa tidur lagi jam 03.00 lebih, sempat melek begitu sampai rumah mbahnya), kasih dia makan, dan siap-siap, kami pun langsung pergi. Kali ini tanpa mandi karena toh mau mainan air. Padahal alasan utamanya memang karena malas mandi dan memandikan Aqsa, hahaha. Warga desa suami saya ke pantai naik odong-odong, saya menolak gabung dengan mereka karena odong-odong menurut saya bukan kendaraan dan membahayakan. Pun dengan mertua saya. Maka kami pun memilih naik mobil saja ke pantai.
Pantai yang kami tuju adalah Pantai Jetis di Ketawang. Sebelum ke pantai, saya sudah menyiapkan banyak hal. Dari bawa sunblock buat anak, bawa ban sendiri buat berenang di kolam-kolam anak di pinggir pantai, sampai browsing soal kondisi ombak di Pantai Selatan. Maklum saja, Pantai Jetis yang kami datangi ini masih berada di kawasan Pantai Selatan yang memang terkenal ombaknya besar. Bahkan, pernah sampai merusak bangunan di pinggiran pantai saking besarnya. Untunglah, saat itu kondisi pantai lagi stabil. Ombaknya sih tetap besar tapi masih cukup aman buat dikunjungi.
Pantai Jetis ini, selain dekat rumah (hanya sekitar 15km dari rumah saya) juga murah banget tiket masuknya. Biaya retribusi per orang saja hanya Rp2.000,00. Ini juga bayi nggak dihitung. Sementara parkir mobil hanya Rp10.000,00 sepuasnya. Tarif ini sudah ada kemajuan pesat sejak pertama kali saya kesana sama suami beberapa tahun yang lalu di mana ketika masuk belum ada tarif retribusi dan parkir motor saat itu hanya Rp2.000,00.
Apa reaksi Aqsa begitu kami masuk kawasan pantai? Guess what, dia malah bobok donk. Dia mulai tidur pas udah dekat-dekat sampai ke tujuan. Kayaknya sih karena masih ngantuk dan capek. Kasihan juga sih sebenarnya tapi ya gimana lagi karena waktu dan jadwal kami juga terbatas, dibagi dua tempat juga buat di rumah saya dan suami. Makanya pas begitu sampai dan masih bobok, saya biarkan saja terus bobok di gendongan sampai dia puas.
Saya kira begitu ada di gendongan lalu dibuat jalan dan dengar suara banyak orang serta debur ombak akan membuat Aqsa bangun. Ternyata nggak donk. Dia malah tidur makin nyenyak. Apalagi siang itu sekitar jam 10.00 anginnya sepoi-sepoi banget di Pantai Jetis walaupun panas. Saking nyenyaknya, saya bahkan bisa mendengar Aqsa ngorok walaupun nggak kencang. Mungkin dia pikir suara debur ombak dan orang-orang itu white noise yang bisa bikin tidur tambah nyenyak kali ya.
Karena ´bintang utama´ tidur, kami jadi mati gaya. Akhirnya cuma duduk-duduk di pinggir pantai sambil lihat ombak. Btw, ternyata saya baru tahu lho kalo gubuk-gubukan di pinggiran Pantai Jetis itu dikomersilkan. Udah kayak di Bali aja. Buat duduk di situ, kami harus bayar Rp5.000,00 buat gubukan yang kecil dan nggak ada tutup di sampingnya. Untuk ukuran yang agak besar dan ada tutupan di sampingnya, harganya Rp10.000,00 sepuasnya. Selain duduk-duduk, sesekali saya juga foto-foto sambil lihat orang ngambilin ikan dari hasil menjaring. Untung Pantai Jetis saat itu nggak begitu ramai walaupun Hari Minggu. Kalau kata bapak mertua saya sih, jam ramainya sudah lewat karena biasanya orang ke Pantai Jetis pagi di jam-jam setelah sunrise sampai jam 08.00.
Bosan lihat orang-orang dan ombak, saya pun mengajak suami buat minum es kelapa muda. Es kelapa muda di kawasan Pantai Jetis harganya Rp12.000,00. Ini jauh lebih murah dari kawasan pantai lain yang pernah saya kunjungi. Tapi semurah-murahnya di Pantai Jetis, pas saya minum lagi di warung sebelum pintu gerbang pantainya, harganya jauh lebih murah lagi yaitu Rp5.000,00. Ah elah, tau gitu beli di luar trus dibawa ke dalam aja yak, haha. Es kelapa muda ini bisa dibeli di warung-warung di pinggiran pantai. Sambil makan es kelapa, enaknya pakai ngemil gorengan. Dan gorengan di warung-warung ini murah banget, cuma Rp1.000,00. Gorengannya ada tempe, bakwan, atau pisang goreng.
Nggak lama duduk minum es kelapa di warung, Aqsa akhirnya bangun juga. Kali ini yang bangun benar-benar bangun, nggak tidur lagi dan untungnya nggak nangis. Pas saya kasih tahu dia lagi di pantai, dia masih ngumpulin nyawa. Trus saya turunin aja ke bawah yang notabene adalah pasir-pasir, dia suka donk. Aqsa langsung duduk dan pegang-pegang pasirnya.
Setelah ´pemanasan´ dengan pegang-pegang pasir di warung, kami bawa Aqsa ke pasir yang di dekat ombak sekalian pengenalan sama ombak laut. Pasir yang sering terkena ombak berbeda dengan pasir di warung es kelapa tadi karena yang di warung pasirnya kering sementara yang sering terkena ombak padat dan basah.
Pas pindah tempat inilah, Aqsa rada takut. Mungkin asing dan kaget lebih tepatnya apalagi liat ombak dan dengar suara deburannya. Tapi saya dan ayahnya dampingi dia selalu dan bilang kalau tidak apa-apa. Kami juga mengenalkan dia dengan pasir dan ombak dengan cara bilang langsung dan menunjukkan bendanya kayak ¨Kalau yang ini namanya pasir¨ sambil pegang pasir. Lalu ketika ombak datang saya atau ayahnya bilang ¨Yang ini namanya ombak¨.
Pengenalan ombak ke Aqsa juga pelan-pelan kok, apalagi kalau ombaknya lumayan besar dan kena kakinya dia, Aqsa masih takut. Mungkin kakinya berasa aneh kali ya kalau pas di atas pasir dan kena ombak. Saking takutnya dia sampe ngumpet di belakang ayahnya atau saya. Kalau pas udah gitu, biasanya kami peluk dan dia tenang lagi. Begitu aja terus sampai akhirnya dia biasa ketika ombak datang.
Karena ombak di Pantai Jetis itu besar, kami terus dampingi Aqsa. Apalagi standar keamanan di Pantai Jetis sangat minim, nggak ada beach guard yang memantau dan semuanya kembali ke masing-masing individu untuk menjaga dirinya masing-masing.
Setelah dirasa cukup untuk sebuah pengenalan dengan pantai dan matahari semakin panas, kami memutuskan untuk pindah tempat ke kolam renang anak-anak yang ada di pinggir-pinggir pantai. Jadi kalau di pantai-pantai di Purworejo, di pinggir pantainya biasanya ada kolam renang-kolam renang kecil yang HTM-nya murah banget buat anak-anak berenang. Mungkin kolam renang ini dibuat biar anak-anak bisa berenang dengan aman tapi tetap bisa merasakan atmosfer pantai. Soalnya kalau berenang di pantainya kan rada mustahil karena ombaknya gede banget.
Ada beberapa kolam renang anak yang buka di pinggir-pinggir pantai. Kolam renangnya sederhana banget kok, hanya kolam renang biasa dan kadang ditambahi ornamen kayak perosotan atau semprotan air buat mainan anak-anak. Air kolamnya juga air tawar bukan asin. Kami pilih yang paling ramai aja. Bayarnya adalah Rp10.000,00 per anak yang berenang, jadi saya hanya bayar buat Aqsa aja. Awalnya Aqsa rada takut pas masuk ke kolam renangnya. Tapi begitu dia dipasangkan pelampung yang memang kami bawa sendiri dari rumah dan dibawa ke tempat dimana dia mengambang bersama pelampungnya, dia suka. Malah sambil merem-merem menikmati gerakan airnya.
Kami nggak lama-lama mengajak Aqsa berenang karena takutnya dia kedinginan atau masuk angin. Apalagi ini kali pertama dia berenang. Setelah sekitar 30 menit berenang, akhirnya kami sudahi saja. Aqsa dan ayahnya bilas-bilas di WC umum dekat kolam renang yang bayar Rp2.000,00. Tapi sialnya, ayahnya Aqsa lupa bawa pulang lagi kaus dan celana pop yang dipakai buat Aqsa berenang, huhu. Ketinggalan deh, padahal saya sudah berkali-kali tanya dan katanya sudah dibawa.
Selesai menemani Aqsa berenang, saya, suami, Aqsa, dan mertua saya cari tempat adem buat makan. Kami sengaja bawa bekal buat ngebotram. Dipilihlan di area bawah pohon rindang dekat dengan ornamen payung-payung. Btw, pas dulu saya ke Pantai Jetis, ornamen payung-payung ini bagus banget dan jadi daya tarik tersendiri. Namun kini sayangnya, ornamen payung-payung ini udah banyak yang rusak dan dibiarkan saja sehingga mengganggu pemandangan. Oh ya, buat makan ini kami sewa tikar yang harganya Rp 10.000,00 saja sepuasnya.
Selesai makan, kami pun beranjak pulang. Ibu mertua saya menyempatkan beli clorot dari pedagang yang ada di sana. Saya beli bando-bandoan dan sunglasses karena sunglasses saya entah kemana. Sementara bapak mertua saya beli topi. Sungguh, jajan dan rekreasi di Pantai Jetis ini menyenangkan banget karena harga di sini murah-murah pakai banget. Saya berasa jadi orang kaya pas jalan-jalan ke sini. Hahaha.
Karena lelah main di pantai dan berenang, pulangnya saya dan Aqsa tepar tidur di mobil. Tapi kami bahagia. Oh ya, ini ada sedikit tips membawa anak ke pantai dari saya, siapa tahu berguna:
- Lihat kondisi cuaca, apakah cerah cenderung panas atau sering hujan. Ada baiknya pilih saat cuaca cerah jika ingin ke pantai.
- Cari tahu kondisi pantai yang akan dikunjungi. Cari tahu apakah bersih atau tidak, sedang ada ombak besar atau tidak, aman atau tidak untuk dikunjungi, dan lain sebagainya.
- Perhatikan kondisi tubuh anak. Saran saya sebaiknya jangan dulu main ke pantai kalau anak demam karena kemungkinan besar di pantai akan basah-basahan karena bermain air. Dikhawatirkan malah demamnya bisa tambah parah.
- Pakaikan sunscreen atau sunblock untuk anak. Bukan cuma kulit kita saja yang harus pakai sunblock, anak-anak juga, lho!
- Bawa baju ganti secukupnya, karena kalau sudah ketemu pantai biasanya anak-anak akan main basah-basahan.
- Makan dulu sebelum bermain, karena kemungkinan mereka akan berbasah-basahan dan terkena angin laut. Jadi tidak membiarkan mereka bermain dengan perut kosong itu penting.
- Pakai pakaian yang nyaman. Udara pantai cenderung panas dan bikin lengket di kulit, alangkah baiknya pakaikan pakaian-pakaian yang menyerap keringat pada anak.
- Bawa obat-obatan secukupnya, seperti minyak telon atau minyak kayu putih, spray antiseptik, plester luka,
- Awasi dan dampingi selalu ketika bermain di pantai. Anak kadang bisa saja overexcited atau penasaran sama ombak trus tanpa sadar ke daerah yang berbahaya. Nah, ini yang harus kita antisipasi.
Ada yang mau menambahkan tipsnya? Tulis jawabannya di kolom komen ya.
So kalau ditanya gimana rasanya bawa Aqsa ke pantai? Mengasyikkan dan bikin nagih. Kali ini mungkin hanya di Pantai Jetis, next time saya pengen ngajakin dia ke pantai-pantai lain di Indonesia yang memang terkenal indah. Bali? Lombok? Labuan Bajo? Belitung? Aceh? Who knows!
Happy traveling…