Laporan Keuangan Bulanan untuk Blogpreneur, Perlukah?

Laporan Keuangan Bulanan untuk Blogpreneur, Perlukah?

Tak biasanya beberapa hari kemarin saya mengecek mutasi di rekening bank milik saya. Yah, kali aja ada transferan nyasar tak terduga (asal bukan modus money laundring aja).Ternyata eh ternyata ada pembayaran fee sponsored post yang kurang dari yang dijanjikan. Padahal untuk mencapai fee yang dijanjikan saya butuh berulangkali nego dan berbalas email.

Saya pun bergerak cepat buat melihat dealing fee di email terakhir. Benar saja, fee yang ditransfer ternyata kurang. Saya akhirnya screenshot mutasi rekening dan mengirim email konfirmasi ke si pemberi job. Beruntung, sang pemberi job responsif dan kooperatif sehingga jawaban cepat didapat. Kekurangan pembayaran akan ditransfer minggu depannya.

Jujur, sebagai pribadi saya adalah orang yang cukup bisa untuk menjaga pengeluaran sesuai dengan pemasukan jatah bulanan yang diberi suami setiap awal bulan. Tapi sebagai pribadi juga kadang saya terlalu abai dengan detail berapa saja uang yang digunakan untuk keperluan ini itu. Bahkan kadang kalau uang masuk tanpa ada pemberitahuan dari sms banking, saya jarang cek mutasi rekening. Jadi itu uang kadang tanpa sadar suka terpakai.

Padahal di rekening saya semuanya bercampur. Dari uang tabungan saya, uang pemberian suami saat awal bulan, sampai uang hasil dari ngeblog. Makanya pas kemarin cek mutasi saya jadi tersadar kalau mulai sekarang harus bisa menghitung pemasukan dari blog dan mulai cermat pada setiap pembayaran job yang berhubungan dengan blog. Yah, walaupun pemasukan dari blog saya belum seberapa. Tapi kan kalau ada yang kurang tetap aja bikin nyesek.

Ini baru soal duit, belum lagi soal voucher. Beberapa waktu lalu karena beres-beres cari resep dokter yang terselip, saya pun menemukan beberapa voucher. Dari voucher belanja ratusan ribu, voucher makan di restoran siap saji, sampai voucher menginap di hotel. Semuanya akhirnya saya jadikan satu dalam sebuah amplop. Sayang kan kalau ada yang hilang atau terselip hingga voucher kadaluarsa. Apalagi kalau vouchernya bernilai ratusan ribu dan bisa dibelanjakan saat belanja bulanan. Duh bisa nangis bombay deh.

Baca Juga:   Semangat Ngeblog Turun? Yuk, Ikuti Tips Ala Ida Tahmidah

Dari sini saya jadi sadar bahwa saya nggak boleh terus-terusan slordeh dalam mengelola keuangan. Uang hasil sponsored post yang nilainya mungkin hanya ratusan ribu per artikel tapi kalau kurang atau hilang juga kan bikin ngenes. Makanya penting banget bagi saya selaku ibu rumah tangga dan juga blogger untuk membuat laporan keuangan per bulan. Gunanya antara lain:

1. Mengetahui pemasukan dan pengeluaran

Pemasukan dari hasil ngeblog itu menurut saya mencakup uang yang diperoleh dari memenangkan lomba atau sponsored post, barang yang bisa diuangkan seperti alat elektronik atau gadget, voucher belanja, dan voucher makan. Voucher belanja di minimarket/supermarket bisa menggantikan uang belanja bulanan sedangkan voucher makan di restoran bisa menggantikan uang entertainment bulanan. Nah kalau barang yang bisa diuangkan sewaktu-waktu laku dijual berarti masuk ke pemasukan berupa uang.

Kalau uang belanja bulanan dari suami tak terpakai kan bisa ditabung untuk keperluan lain. Sama halnya dengan uang entertainment bulanan. FYI, uang entertainment bulanan bagi keluarga saya mencakup uang makan di luar, jalan-jalan, atau nonton bioskop. Kalau makan di luar bisa pakai voucher berarti uang entertainment bulanannya sebagian aman dan ada yang bisa ditabung.

Sementara untuk pengeluaran, uang tabungan saya dan uang hasil ngeblog sepenuhnya saya dedikasikan buat keperluan kuliah adik saya. Jadi, pengeluaran dua pos uang ini ya hanya buat adik saya. Saya sudah deal sama suami kalau uang bulanan sisa bisa masuk ke tabungan saya. Sementara saya dan suami punya beberapa rekening lain untuk tabungan kami. Kalau saya cermat untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran ini berarti saya tahu berapa uang yang bisa saya hasilkan dari ngeblog, berapa uang jatah bulanan suami yang masuk, berapa uang per bulan yang bisa saya tabung, dan berapa uang per bulan yang harus saya keluarkan buat keperluan kuliah adik saya.

Baca Juga:   Fun Blogging 8, Ketika Ngeblog Bukan Sekadar Menulis

2. Menghindari bercampurnya uang

Poin kedua ini masih bersangkut paut dengan poin yang pertama. Karena saya hanya punya satu rekening bank yang saya pegang sehari-hari yang berisi uang tabungan, uang hasil ngeblog, dan jatah bulanan suami maka memang riskan sekali uang-uang itu untuk bercampur. Oleh karenanya, penting buat saya selalu melihat history transaksi rekening serta cek mutasi buat mengetahui pengeluaran dan mencatatnya. Kalau sudah begini kan jadi jelas uangnya berapa saja yang keluar dan masuk sesuai dengan pos-posnya.

3. Mengetahui grafik pemasukan dari hasil ngeblog

Mencatat keuangan per bulan bagi seorang blogger secara nggak langsung juga mengetahui performa-nya dalam ngeblog selama sebulan. Berapa besar pemasukan dari blog selama beberapa bulan bisa dibuat grafik. Kalau grafiknya menurun dan pemasukannya semakin sedikit bisa jadi ada yang salah dalam performanya ngeblog. Oleh karena itu penting sekali buat merapikan catatan keuangan per bulan bagi setiap blogger khususnya blogger yang memang telah memonetisasi blog dan social media-nya.

Jadi kalau ditanya penting nggak bikin dan mencatat keuangan dari hasil ngeblog? Penting, penting banget malah. Yuk, mulai mendisiplinkan laporan keuangan dari hasil ngeblog kita.

 

ratna dewi

24 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023