Idul Adha menjadi hari raya yang istimewa bagi umat Islam selain Idul Fitri. Di hari raya ini ada banyak orang yang memilih merayakan bersama keluarga layaknya Hari Lebaran. Mudik lalu Shalat Ied bersama keluarga menjadi tradisi tersendiri. Setelah itu dilanjutkan dengan melihat hewan kurban disembelih, menunggu pembagian daging kurban, dan menikmati masakan khas daging kambing atau sapi bareng keluarga.
Sebagai orang yang merantau ke kota besar, Jakarta, setiap Idul Adha tiba saya mendamba untuk pulang kampung dan merayakannya bersama keluarga. Namun, kadang niat tersebut tidak selalu bisa terlaksana. Saat masih single, saya terkendala jadwal kerja sebagai reporter. Maklum, hari libur Idul Adha buat pekerja kantoran tidak berlaku buat wartawan. Sedangkan saat sudah menikah, jadwal cuti saya kadang tidak selalu cocok dengan jadwal cuti suami. Jadilah saat Idul Adha tiba kadang saya legowo saja untuk tidak pulang kampung.
Tapi nggak selamanya saat Idul Adha saya nggak pulang kampung. Terakhir kali saya pulang kampung pas Idul Adha adalah dua tahun lalu. Sayangnya, saat itu saya nggak bisa menikmati nikmatnya sate kambing dan sapi karena sedang hamil. Jadilah pas yang lain makan sate saya gigit jari dan menikmati baunya saja, huhuhu. Tahun lalu saya dan suami memutuskan Idul Adha di Jakarta karena dua hari setelahnya kami pindahan rumah. Sedangkan tahun ini (hari ini) kami harus membatalkan rencana merayakan Idul Adha di rumah walaupun tiket sudah di tangan dari jauh-jauh hari karena satu dan lain hal.
Jujur, sebenarnya saya selalu ingin melewati Idul Adha bersama keluarga. Berkurban di rumah dan makan olahan daging kambing atau sapi dengan keluarga itu rasanya tak tergantikan. Tapi apa boleh buat, kalau memang tidak bisa ya tidak akan dipaksakan. Melewati beberapa kali Idul Adha di perantauan pun akhirnya jadi kebiasaan buat saya. Saya dan suami pun happy aja. Biar selalu happy dan bebas baper saat merayakan Idul Adha di perantauan, ini beberapa tips dari saya:
1. Legowo
Biar tetap merayakan Idul Adha di perantauan dengan menyenangkan yang pasti hati harus legowo. Kalau tidak legowo ujung-ujungnya pasti malah jadi sedih dan baper. Satu hal yang pasti saya yakini adalah saya tidak betul-betul sendiri saat merayakan Idul Adha. Ada teman, saudara, atau suami. Selain itu, saya sudah beberapa kali merayakan Idul Fitri di perantauan. Jadi, saya sudah cukup terlatih kalau hanya untuk merayakan Idul Adha di perantauan.
2. Mengunjungi saudara di perantauan
Beruntung saya masih punya saudara yang sama-sama tinggal di Jakarta. Jadi, saat Idul Adha tiba daripada merasa sendiri mendingan mengunjungi saudara di perantauan. Pas saya kuliah dan tidak pulang kampung saat Idul Adha, saya lebih memilih ke tempat budhe saya di Bandung. Soalnya, saat Idul Adha biasanya banyak penjual makanan nggak jualan jadi agak susah mencari makan. Kalau di tempat saudara kan bebas bisa makan, hihi. Selain itu, kalau di tempat saudara saya jadi nggak terasa sepi karena ada sepupu atau keponakan yang bisa diajak ngobrol atau becanda bareng.
3. Merayakan bersama teman
Kalau nggak punya saudara di perantauan, kita bisa merayakan Idul Adha bersama teman. Dari mulai Shalat Ied bersama, makan bareng, sampai acara bakar-bakaran sate bareng. Teman di perantauan merupakan saudara baru. Kalau dirayakan bersama teman paling tidak kita sejenak merasa merayakan Idul Adha bersama keluarga. Jika memang tidak kebagian daging kurban, bisa membeli daging sendiri atau barbeque dengan bahan lain misalnya sosis atau bakso.
4. Membuat acara sendiri
Tahun ini merupakan tahun pertama saya merayakan Idul Adha di rumah baru. Untungnya, penghuni kompleks perumahan saya orang-orangnya kompak. Walaupun tidak ada event khusus, beberapa kali sering ada acara makan-makan dan kumpul bareng. Nah, kalau memang tidak ada acara sama sekali dengan teman ataupun saudara rencananya Idul Adha esok saya dan suami merayakan bareng tetangga kompleks. Biasanya kami akan menggunakan sistem potluck untuk makanannya. Kalau tidak ada acara bareng teman, saudara, atau tetangga mendingan jalan-jalan ke mall atau ke tempat wisata sesudah Shalat Ied. Yah, biar nggak baper kalau tidak merayakan Idul Adha bersama keluarga di kampung.
Nah, ini cara saya merayakan beberapa kali Idul Adha di tempat perantauan dan tidak bersama keluarga. Toh rasanya tetap bahagia kok. Kalau kamu yang anak rantau gimana caranya merayakan Idul Adha di perantauan? Share juga, yuk!