¨Sa, sebutkan binatang yang makan daging!¨ perintah saya ketika bermain dengan Aqsa sambil belajar.
Baru-baru ini Aqsa sedang suka tebak-tebakan nama dan ciri-ciri binatang karena di kelompok bermainnya, ibu gurunya baru saja memberi tebak-tebakan yang sama. Jadi dia senang buat meneruskannya di rumah bersama saya.
¨Anjing, singa, harimau. Buaya juga bisa,¨ ujarnya.
¨Aqsa udah pernah lihat harimau sama singa?¨
¨Pernah pas aku masih bayi. Di kebun binatang sama ibu.¨
Begitulah percakapan sehari-hari kami yang sering dilakukan. Bicara soal binatang dan menebak-nebak ciri-ciri mereka. Kemudian Aqsa pun jadi penasaran dengan binatang yang ia sebutkan. Saya dan ayahnya pun berjanji kalau libur dan situasi untuk jalan-jalan memungkinkan dan kondusif, kami akan mengajaknya ke kebun binatang.
Situasi kayak gini sering kita temukan di ruang-ruang keluarga Indonesia. Kemudian, banyak orang tua dan keluarga mengajak anak-anak mereka ke kebun binatang untuk mengenal hewan-hewan yang biasa kita lihat di gambar. Hewan-hewan yang dilihat pun umumnya dilindungi dan keberadaannya semakin langka.
Coba bayangkan kalau hewan-hewan ini punah?
Kita mungkin cuma akan bercerita dan melihat gambar mereka di internet atau buku. Seperti halnya kita tahu Harimau Jawa tapi tak pernah bisa melihatnya lagi karena keberadaannya yang sudah punah. Sebagai seorang ibu, tentunya saya sangat sedih kalau anak-anak hanya tahu gajah, jerapah, zebra, harimau, atau singa dari buku tanpa pernah melihatnya langsung walaupun hanya di kebun binatang atau pusat konservasi. Padahal pembelajaran dari pengalaman yang melibatkan indera lebih berkesan daripada hanya tahu dari buku.
Saya anggap wajar terhadap kekhawatiran saya ini. Pasalnya semakin lama alam semakin menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Hutan yang notabene habitat asli para binatang buas sudah banyak yang gundul. Populasi para binatang pun semakin sedikit seiring dengan rusaknya hutan. Berita soal konflik manusia dengan para satwa pun semakin sering berseliweran dan bikin sedih. Hutan yang kaya dan jadi habitat ternyaman satwa sudah semakin berkurang karena ulah manusia. Saya, kamu, kita harus apa untuk melindunginya?
Hutan Indonesia dan Segala Pasang Surutnya
Hutan dan Indonesia merupakan dua hal yang sudah melekat kuat. Kita, saya khususnya, merasa bangga karena lahir di Indonesia yang kontur alamnya sangat beragam. Pun memiliki hutan yang sangat luas, sehingga kita bisa tunjukkan pada dunia #IndonesiaBikinBangga karena hutan dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Meskipun berita dan informasi soal hutan akhir-akhir ini banyak yang menyedihkan, tetapi sebagai warga negara Indonesia ada baiknya kita mengetahui beberapa fakta bahwa hutan Indonesia adalah satu hal yang bisa kita banggakan.
1. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan hutan terluas di dunia
Hutan di Indonesia didominasi oleh tipe hutan hujan tropis. Indonesia sendiri terletak di daerah iklim tropis yang dilintasi garis Khatulistiwa. Hutan hujan tropis Indonesia terluas ketiga di dunia dan memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi sehingga seolah menjadi supermarket alam yang menyediakan banyak kebutuhan bagi manusia.
Fakta membuktikan bahwa hampir setiap ekspedisi ekologi penjelajahan hutan tropis di Indonesia, ditemukan spesies baru. Bahkan sejumlah spesies bersifat endemic, yang tidak ditemukan ditempat lain. Bekantan di Kalimantan, burung cendrawasih di Papua dan anoa di Sulawesi merupakan sebagian contoh hewan endemik.
2. Indonesia memiliki berbagai macam jenis hutan
Saking luasnya hutan di Indonesia, selain memiliki keanekaragaman hayati di dalamnya, hutan Indonesia juga bisa dikelompokkan berdasarkan jenisnya, seperti:
Berdasarkan bentang alam:
- Hutan pegunungan
- Hutan dataran rendah
- Hutan pantai
- Hutan rawa
- Hutan gambut
- Hutan mangrove
- Savana
Berdasarkan fungsi:
- Hutan Lindung
- Hutan Konservasi
- Hutan Produksi
Tiap hutan ini punya karakteristik dari jenis pepohonan hingga fungsinya sendiri. Berbagai jenis hutan ini tersebar di banyak daerah di Indonesia.
3. Hutan di Indonesia membantu mencegah bencana
Akhir-akhir ini sering kita dengar banyak bencana dari banjir, tanah longsor, abrasi, hingga banjir rob akibat rusak atau tidak berfungsinya lagi hutan sebagaimana mestinya. Hutan di Indonesia memang berfungsi besar dalam upaya pencegahan bencana alam. Ketika hutan dibabat, maka Indonesia tak terelakkan dari serbuan bencana alam.
Sebagai contoh hutan mangrove. Luas ekosistem mangrove Indonesia yakni 3,5 juta hektar yang terdiri dari 2,2 juta ha di dalam kawasan dan 1,3 juta ha di luar kawasan mangrove. Secara ekologis hutan mangrove berfungsi sebagai:
- Penangkal gelombang agar pantai tidak terjadi abrasi
- Pelindung Pantai
- Memecah gelombang laut
- Ekosistem hutan mangrove layakna sebuah restoran untuk biota laut
Ketika hutan mangrove beralih fungsi, untuk tambak misalnya, maka siap-siap dengan abrasi yang bisa melanda kapanpun di pesisir laut.
4. Hutan Indonesia menyimpan berbagai sumber makanan, minuman, hingga obat-obatan
Air yang biasa kita konsumsi, madu, kayu, tanaman yang bisa untuk obat atau skincare, biji-bijian, hingga beberapa kerajinan tangan serta perabot rumah tangga, bahan-bahan atau sumbernya berasal dari hutan Indonesia. Hebatnya lagi, semua itu gratis. Bayangkan jika setiap kita ambil, walaupun sedikit, harus bayar. Otomatis #HutanKitaSultan saking kayanya.
Nah, karena manusia dianugerahi akal pikiran dan juga perasaan, walaupun gratis kita juga nggak lantas jadi semena-mena sama hutan dan produk-produk yang ada di dalamnya. Karena bagaimanapun juga, ketika kita mengambil secara masif hasilnya, hutan tidak bisa langsung melawan. Hutan akan melawan nanti, dalam jangka panjang dengan cara perubahan iklim atau bencana alam. Ngerinyaaa…
5. Hutan Indonesia menjadi sumber ekonomi
Hutan kita bukan hanya mampu menghidupi masyarakat di sekitarnya tetapi juga dapat menjadi sumber ekonomi bagi negara. Olahan kayu dari hutan berperan penting dalam perekonomian Indonesia.
Situs Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten menyebutkan manfaat sumber daya hutan bagi sektor perekonomian yaitu:
- Penyedia devisa untuk membangun sektor lain
- Hutan dan lahan sebagai modal awal untuk pembangunan kegiatan perkebunan dan industri
- Peran kehutanan dalam pelayanan jasa lingkungan hidup dan lingkungan sosial masyarakat.
Sedihnya, ketika hutan sudah dijadikan tempat untuk berkembangnya industri dan komersialisme, mereka berhadapan dengan keserakahan manusia. Pengrusakan secara masif pun tak terelakkan. Bahkan hingga sekarang. Kebakaran hutan, kerusakan hutan dimana-mana, konflik ruang antarsatwa, kepunahan ragam tumbuhan asli Indonesia, bencana banjir akibat kurangnya daerah resapan air, dan krisis air bersih akibat pengurangan luas kawasan hutan terjadi akibat perbuatan manusia yang tak bertanggung jawab.
Setiap tahun juga, angka deforestasi alias penggundulan hutan semakin besar. Bahkan penggalakkan reforestasi angkanya tak bisa menyalip laju deforestasi yang sepertinya berlari kencang. Memang sedih banget dengarnya. Sebagai ibu rumah tangga bahkan saya kayak nggak bisa berbuat apa-apa. Padahal dalam hati kecil ingin sekali ikut berperan.
Bisakah ibu rumah tangga memberikan sedikit sumbangsihnya untuk kelestarian hutan Indonesia?
Langkah Kecil Ibu Rumah Tangga Menjaga Kelestarian Hutan dan Alam
Menjaga hutan berarti menjaga alam. Menjaga hutan Indonesia, berarti menjaga alam dan lingkungan Indonesia dari kerusakan. Sebagai ibu rumah tangga, yang kadang posisinya dalam social standar masyarakat khususnya Indonesia dipandang sebelah mata dan terpinggirkan, tampaknya akan susah untuk ikut menjaga hutan secara langsung.
Lha gimana, setiap hari urusan kami dapur, sumur, dan kasur. Pagi sudah sibuk ngurus ini-itu, belum lagi digendolin anak kemana-mana. Tampaknya sulit buat ibu rumah tangga bisa berperan aktif untuk menjaga hutan dan juga lingkungan.
Jangankan untuk ikut program reforestasi, penghijauan kembali, masuk ke hutan untuk melawan para pembakar, untuk punya waktu sendiri atau sekadar mandi aja sangat susah untuk kami, saya khususnya.
Tapi ternyata menjaga hutan tak harus selalu turun langsung ke tempatnya. Menjawab pertanyaan saya di atas, bisakah ibu rumah tangga punya peran walaupun kecil untuk kelestarian hutan dan alam Indonesia? Jawabannya bisa.
Ibu rumah tangga sangat bisa untuk menjaga hutan dan lingkungan melalui langkah-langkah kecil yang berharga. Bayangkan kalau jutaan ibu rumah tangga lain menirukan atau bersama-sama melakukan langkah-langkah kecil ini, efeknya bakalan signifikan dan sangat terasa.
Langkah boleh kecil. Tapi ibarat lidi kalau berkumpul bersama maka bisa membersihkan satu halaman yang kotor. Inilah langkah kecil yang bisa saya lakukan sebagai ibu rumah tangga untuk menyelamatkan bumi, menjaga kelestarian alam, dan hutan:
1. Mengurangi penggunaan kertas dan tisu
Kertas dan tisu adalah 2 hal yang cukup akrab dengan ibu rumah tangga. Tapi tahukah kamu bahan baku kertas dan tisu berasal dari kayu yang ada di hutan? Untuk membuat kertas dan tisu, butuh serat kayu dan selulosa yang bahannya dari hutan. Kebutuhan kertas di Indonesia sekitar 8-10% dipasok dari Hutan Tanaman Industri (HTI). Yang 90-92% disuplai dari illegal logging. Pemakaian satu rim kertas A4 setara dengan sebatang pohon berusia minimal 5 tahun.
Bayangkan jika setiap hari kita secara masif menggunakan 2 bahan ini tanpa memikirkan berapa banyak kayu yang ditebang hanya untuk membuat bahan yang pada akhirnya berakhir juga di tempat sampah.
Oleh karena itu, yuk mulai gaya hidup go digital yang paperless. Menulis apa-apa bisa di gadget. Pun dengan baca koran, hampir semua surat kabar sudah menyediakan e-paper untuk produknya.
Begitu pula dengan tisu. Mulai kurangi dan ganti penggunaan tisu di rumah dengan serbet, kain perca atau sapu tangan. Dengan begini, perlahan juga kita akan mengurangi ketergantungan kita pada produk rumah tangga yang berbahan baku kayu dari hutan.
2. Mengurangi penggunaan minyak goreng
Pengalihan hutan yang dipakai untuk keperluan pembangunan industri, terutama industri minyak sawit, kertas dan tambang mengakibatkan kerusakan yang sudah sangat menghawatirkan pada 2 dekade terakhir. Berapa banyak hutan Indonesia yang akhirnya berakhir menjadi perkebunan sawit? Belum lagi tempat tinggal satwa liar yang harusnya tenang dan nyaman menjadi terusik karena pembukaan lahan. Udah mah gitu, harga minyak tetap aja mahal. Duh lah, ingin rasanya berteriak sebagai ibu-ibu yang setiap hari di dapur.
Tapi saya lihat ini justru sebagai momentum untuk mengurangi penggunaan minyak sawit. Sudahlah mahal, mengubah fungsi hutan pula. Makanya yuk kurangi konsumsi makanan yang digoreng khususnya deep fry yang menggunakan minyak sangat banyak. Opsi bakar, kukus, atau rebus selain mengurangi penggunaan minyak goreng juga jauh lebih sehat untuk badan.
3. Mengurangi produksi sampah
Teman saya bilang, masyarakat kita masih sampai di tahap buang sampah di tempatnya, belum mengurangi produksi sampah. Benar juga sih kalau dipikir. Rumah tangga adalah salah satu kategori kelompok yang menghasilkan sampah. Banyak masalah kesehatan lingkungan saat ini yang berasal dari racun, yang dilepaskan ke lingkungan oleh sampah. Tak sedikit dari kita yang menggunakan plastik, produk kemasan sekali pakai, tisu, styrofoam, hingga kertas yang dengan mudahnya dibuang begitu saja. Tapi tahukah kita bahwa sampah yang dihasilkan apalagi yang butuh waktu lama untuk terurai berpotensi mencemari lingkungan?
Sebagai ibu rumah tangga, saya merasa punya peran penting untuk mengurangi produksi sampah di rumah. Ada banyak cara untuk melakukannya, salah satunya adalah perlahan mengubah gaya hidup menjadi zero waste lifestyle. Beberapa hal sederhana yang bisa saya lakukan sebagai IRT untuk mengurangi produksi sampah adalah:
- Membawa kantung belanja sendiri saat berbelanja
- Mengganti produk berkemasan plastik dengan isi ulang yang kini mulai dijual oleh beberapa pihak
- Membiasakan tidak menyisakan makanan saat makan
- Menggunakan skincare sampai habis
- Membawa botol minum sendiri saat bepergian
- Memilah sampah
Beberapa langkah di atas hanya upaya kecil untuk mengurangi produksi sampah di lingkungan. Masih ada banyak cara lain yang bisa dilakukan oleh ibu rumah tangga sesuai dengan bagaimana situasi dan standar hidup mereka.
4. Hemat energi
Buibuk ini kalau bayar listrik atau beli tokennya jadi hemat, pasti makin happy. Bayar listrik atau beli token semakin murah adalah bonus dari hemat energi. ´Grand prize´-nya adalah kita turut menjaga dan menyelamatkan bumi dari kerusakan.
Cara hemat energi pun bisa dimulai dari hal-hal sederhana kok. Kayak mematikan lampu saat sudah nggak terpakai, cabut colokan charger yang tidak digunakan buat charging hape, ganti peralatan rumah tangga ke peralatan yang hemat energi, atau gunakan peralatan elektronik dengan bijak misalnya AC hanya menyala saat malam hari sementara siang diganti dengan membuka jendela. Dengan begitu, kita sebagai ibu rumah tangga juga bisa punya andil dalam penyelamatan bumi meskipun hanya langkah kecil.
5. Hemat air
Forum Air Dunia II (World Water Forum) memprediksi pada 2025 akan banyak penduduk dunia, termasuk Indonesia diprediksi akan lebih sulit mendapatkan air bersih. Sejak pindah rumah dan merasakan sekali air bersih susah didapat, saya otomatis jadi hemat air. Sejak itu pula saya juga jadi menyadati ternyata nggak semua orang punya privillege air bersih di rumahnya.
Banyak orang yang saya kenal karena tinggal di lingkungan perumahan yang notabene kanan dan kirinya penuh dengan rumah, susah untuk mendapatkan air yang bersih dan jernih untuk kebutuhan sehari-hari. Akhirnya mereka menggantungkan diri dari air isi ulang, paling tidak untuk kebutuhan memasak, seperti halnya saya.
Gunakan air seperlunya saja. Ada banyak kebiasaan kecil yang bisa membantu kita untuk menghemat air, seperti:
- Matikan air atau keran ketika memakai sabun saat cuci tangan. Hayo berapa orang nih yang saat cuci tangan airnya dibiarkan mengucur aja? Sayang banget kan kebuang sia-sia airnya.
- Mandi pakai shower, dinilai lebih sedikit menghabiskan air daripada mandi memakai gayung
- Mencuci piring pakai air mengalir, dinilai lebih sedikit menghabiskan air daripada menggunakan air yang ditampung di bak
6. Transfer dan edukasi ilmu tentang pelestarian alam pada anak
Ilmu dan informasi yang baik dan berguna untuk kelestarian alam jangan hanya berhenti di kita. Ibu yang juga berperan sebagai madrasah pertama anak, wajib mentransfer dan mengajari anak bagaimana caranya bersikap baik dan menjaga alam, hutan, lingkungan, serta sumber daya yang ada di dalamnya. Hal ini dilakukan agar generasi-generasi selanjutnya bisa juga cinta dengan alam dan meneruskan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan generasi sebelumnya semata-mata #UntukmuBumiku.
Transfer dan edukasi ilmu tentang pelestarian alam bisa dimulai dari hal kecil dan menyenangkan. Dari mengajari dan mengenalkan anak soal satwa yang dilindungi seperti gajah atau harimau saja kita bisa menceritakan banyak hal. Bukan hanya soal gajah dan harimaunya sendiri, tetapi soal bagaimana kehidupan mereka, di mana mereka tinggal yang mana tempat ternyaman mereka adalah habitatnya yang mostly di hutan, populasi mereka yang semakin sedikit, hingga apa yang harus kita lakukan untuk tetap melindungi mereka.
Pengetahuan sederhana seperti ini bisa diceritakan pada anak mulai usia dini, usia 3-5 tahun di mana ia sedang gampang-gampangnya menyerap suatu informasi. Dari sinilah, kecintaan anak pada alam dan lingkungan bisa sedikit demi sedikit ditumbuhkan.
7. Konsumsi hasil hutan non-kayu
Hutan yang kaya akan bahan makanan dan produk alam sangat bisa kita manfaatkan dan ambil hasilnya. Akan tetapi, bijaksanalah untuk mengambil segala sesuatu dari hutan karena jika salah sedikit saja bisa merusaknya. Merusak hutan, berarti bisa merusak habitat suatu makhluk hidup. Merusak habitat, bisa berarti mengurangi populasi mereka di bumi ini. Sengaruh itu memang.
Tapi bukan berarti hutan tidak boleh dikonsumsi hasilnya untuk kepentingan manusia. Boleh, sangat boleh. Akan tetapi yuk mulai bijak mengonsumsi hasil hutan dengan mengonsumsi hasil hutan non-kayu yang juga menjadi mata pencaharian masyarakat di sekitarnya, misalnya madu, tepung porang, rotan, kopi hutan, mentega tengkawang, dan bunga telang. Biasanya masyarakat di sekitar hutan selama puluhan, bahkan ratusan tahun, telah berhasil memanfaatkan hutan Indonesia sambil menjaga kelestariannya.
8. Buat atau apresiasi karya tentang hutan dan alam
Ada banyak cara untuk menjaga bumi dan hutan dari kerusakan selain terjun langsung ke lapangan. Membuat karya seperti tulisan di media, puisi, cerita, atau lagu bisa dilakukan apalagi untuk mereka yang memang berbakat di bidangnya. Dengan karya-karya yang tercipta itulah, kesadaran dan pintu hati banyak orang bisa diketuk. Sementara bagi yang menilai dirinya tak punya bakat, bisa apresiasi karya-karya mereka dengan membaca, mendengar, atau membelinya lalu nikmati apa yang sudah para kreator itu ciptakan.
Seperti halnya karya tentang alam dengan media musik. Selain cinta dan kuliner, musik adalah bahasa universal yang bisa menembus ruang, waktu, dan jarak. Musik juga yang bisa mengetuk pintu hati orang dengan cara yang lebih menyenangkan. Seperti halnya dalam lagu Dengar Alam Bernyanyi yang disenandungkan Laleilmanino, Chicco Jerikho, HIVI!, dan Sheila Dara yang notabene royaltinya akan digunakan untuk perlindungan hutan di Indonesia.
Oya, lagu ini selain bisa dinikmati di Youtube juga bisa didengarkan di platform platform musik seperti di Spotify dan Apple Music, lho. Semakin banyak yang mendengarkan lagu ini maka akan semakin banyak royalti yang digunakan untuk perlindungan hutan di Indonesia.
Lagu #DengarAlamBernyanyi ini adalah media yang menyenangkan untuk menginformasikan bagaimana kondisi alam sekarang. Liriknya menggambarkan bagaimana alam, hutan, dan lingkungan yang sejuk bersinergi menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menenangkan. Bagaimana alam sudah memberikan banyak hal pada manusia dan sepatutnya manusia harus menjaganya, bukan terus-terusan merusak alam.
Bayangkanlah hidupmu bila tak ada kami
Suatu lirik yang sepertinya sepele. Tapi lihat deh konteks dan video klipnya. Bayangkan hidup kita jika tidak ada hutan, pepohonan, dan satwa di dalamnya. Polusi, panas, perubahan iklim, dan kesulitan air bersih akan menghantui. Sementara itu, anak-anak kita hanya akan melihat gajah, singa, harimau, jerapah, dan binatang-binatang lain dari dalam gambar tanpa punya kesempatan melihat aslinya. Sedihnya…. Jangan sampai ini terjadi.
Saya yakin setiap orang punya porsi dan peranannya masing-masing dalam menjaga hutan dan alam. Begitu pun dengan menjadi ibu rumah tangga. Posisi yang kelihatannya sebelah mata tapi bisa menjadi #TeamUpforImpact bersama keluarga dan generasi selanjutnya (anak) untuk menjaga alam, hutan, dan bumi dari mencintai mereka.
Langkah saya, atau mungkin banyak orang seperti saya yang juga ibu rumah tangga, yang juga ingin berdaya dan berdampak bagi penyelamatan hutan memang terlihat sepele. Tapi jika langkah kecil ini diikuti ribuan atau mungkin jutaan ibu atau rumah tangga lain, saya yakin akan berdampak secara signifikan.
Ibu rumah tangga mungkin memang tidak punya waktu turun ke hutan. Tidak punya tenaga untuk melawan pembalak. Tapi kami bisa memulainya dengan mengubah habit dan menggenggam generasi selanjutnya untuk turut mencintai bumi, menjaga hutan, dan menyelamatkan lingkungan agar anak cucu kami nantinya masih bisa hidup dengan nyaman. Serta melihat hewan dan pepohonan di kenyataan, bukan hanya di atas kertas atau video-video masa lalu.
Ayo para ibu rumah tangga, kita pasti bisa!
Sumber tulisan:
- https://hutanitu.id/forest-101-mengenal-hutan-lebih-dekat/
- https://hutanitu.id/hutan-mangrove-penjaga-laut/
- https://katadata.co.id/safrezifitra/berita/6103accd9876b/pentingnya-mengenal-manfaat-hutan-bagi-kehidupan
- https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/06/03/hutan-indonesia-berkurang-21-hektar-sepanjang-2015-2020
- https://ceritafaktasumberdayaalamtropis.tp.ugm.ac.id/index.php/cerita-fakta/cerita-fakta-alam-liar/10-fakta-hutan-indonesia-kerusakan-pernah-mencapai-3-5-juta-ha-per-tahun#:~:text=Pernah%20pada%20tahun%202011%2C%20Kementrian,5%20juta%20ha%20per%20tahun.
- http://ksdae.menlhk.go.id/info/983/hutan-dan-lautan-adalah-harta-berharga-indonesia.html