Kalau ditanya apa hal yang terbersit saat mendengar kata asuransi, di bayangan saya atau mungkin banyak orang lainnya adalah kesan buruk. Agen yang nakal, klaim yang susah, administrasi yang ribet, premi yang mahal tapi tidak sebanding dengan fasilitasnya, dan banyak keluhan lainnya. Wajar sih, karena memang masih banyak asuransi atau oknum agen nakal yang bahkan hingga saat ini masih ada.
Nggak usah jauh-jauh, saya sendiri masih ingat tiba-tiba ditelepon agen asuransi yang panjang lebar menawari produknya saat sedang rempong bawa tripod di Mabes Polri saat dulu masih jadi wartawan. Saya nggak tahu dia dapat nomer telepon saya dari mana tapi saat itu penawarannya terkesan memaksa.
Lain lagi yang terjadi sama ibu saya. Pas beliau lagi sakit, ada seseorang yang menelepon dan panjang lebar menawarinya produk asuransi. Ibu saya yang waktu itu sedang sakit dan nggak tahu banyak soal asuransi, iya-iya saja. Setelah itu, bulan-bulan berikutnya saldo rekening yang kartu ATM-nya saya pegang sudah terpotong Rp 25.000 tiap bulan. Bagi saya yang waktu itu masih kuliah, sekitar tahun 2010, potongan jumlah segitu lumayan banget dan berpengaruh ke uang bulanan saya karena otomatis yang kepotong kan uang saku saya saat masih kuliah.
Kisah saya dan ibu mungkin adalah segelintir kisah nggak enak yang berhubungan dengan asuransi. Saya yakin di luar sana banyak juga kisah serupa atau malah lebih parah yang berhubungan dengan asuransi. Ya, selama ini memang kesan asuransi kurang begitu baik di mata masyarakat. Hal itu pula yang diamini kala saya bersama teman-teman FWD Blogger Squad bertemu dengan tim FWD di acara Virtual FWD Blogger Squad.
Dari situ juga, saya tahu banyak insight soal kesan masyarakat terhadap asuransi, antara lain:
- Prosedur klaimnya rumit dan berbelit-belit
- Oknum agen nakal asuransi membuat masyarakat susah percaya pada asuransi
- Agen umumnya ‘pandai’ merayu calon nasabah, tapi tidak berkata sejujurnya atau terbuka apalagi soal term & conditions produk asuransi yang ditawarkan
- Asuransi zaman dulu identik dengan penawarannya yang manual, salesnya door to door mengetuk pintu
- Preminya mahal
- Asuransi belum dianggap begitu perlu apalagi untuk kaum muda yang sehat dan masih bekerja
Kira-kira seperti itu kesan-kesan yang timbul dari masyarakat ketika mendengar kata asuransi. Bayangan soal rumit hingga konvensionalnya layanan asuransi masih melekat di benak mereka.
Tim dari FWD yang kala itu juga hadir di antara para blogger menampung semua insight dan pendapat yang diutarakan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki layanan mereka dan mengubah branding buruk soal asuransi. So nggak heran kalau FWD selama ini melakukan kegiatan-kegiatan yang ‘antimainstream’ untuk memperkenalkan produknya. Hal ini semata-mata agar pandangan masyarakat kepada asuransi perlahan bisa berubah.
Beberapa kali saya ikut kegiatan bersama FWD dan para blogger. Dari main permainan outdoor seperti gocart hingga mengadakan konser musik mengundang 5 band megabintang pada masanya mereka tempuh semata untuk memperbaiki kesan masyarakat terhadap asuransi yang buruk, konvensional, dan diperuntukkan untuk orang tua saja.
Padahal, FWD memiliki beberapa produk asuransi yang bahkan memiliki premi cukup terjangkau dan bisa di-apply untuk semua kalangan terutama kaum muda. Salah satunya adalah Asuransi Bebas Handal yang juga bisa mulai dibeli di aplikasi online travel agent (OTA) atau bahkan aplikasi FWD Max yang sudah bisa diakses dalam genggaman.
Buat yang belum tahu, FWD memiliki aplikasi yang memudahkan calon nasabah untuk membeli produk asuransi mereka. Jadi nggak ada lagi cerita agen asuransi menelepon atau mengetuk pintu door to door untuk menawarkan produknya. Mindset yang ingin diubah adalah, masyarakat bisa dengan mudah membeli asuransi secara online dengan kesadaran sendiri dan kemudahan bertransaksi. Caranya ya dengan download aplikasi FWD Max.
Banyak cara yang telah ditempuh FWD untuk memperkenalkan digitalisasi asuransi dan mengubah kesan soal asuransi. Kebanyakan caranya adalah melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara offline karena erat kaitannya dengan passion seperti olahraga, traveling, atau kegiatan musik.
Sayangnya, setahun ini pandemi melanda dan sangat membatasi ruang gerak kegiatan masyarakat. Di sinilah FWD bersama timnya dan FWD Blogger Squad bertukar pikiran untuk mendapatkan cara apa saja yang bisa ditempuh untuk memperkenalkan produk asuransi sesuai dengan passion tetapi tidak melanggar protokol kesehatan dan membuat cluster baru covid 19. Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan, antara lain:
- Melalui tulisan, karena menggandeng blogger, tulisan sudah pasti jadi perisai mereka. Melalui tulisan maka gagasan, pernyataan, atau memori kegiatan bisa dituangkan dan bisa terus diakses oleh masyarakat.
- Kegiatan konser musik virtual atau online traveling yang bisa menyasar kaum muda sesuai minat mereka kemudian di antara kegiatan-kegiatan itulah produk-produk asuransi dari FWD bisa sembari diperkenalkan
- Talkshow virtual dengan banyak tema populer yang sedang ramai dibicarakan dan digalakkan seperti mindfullness living, financial planning (yang erat kaitannya dengan asuransi), atau bicara seputar parenting karena anak relate dengan para perempuan/ibu selaku ‘menteri keuangan’ keluarga
- Web atau mini series yang mengangkat tema tentang pentingnya asuransi tapi dikemas dengan cerita dan plot yang apik layaknya Drama Korea. Web atau mini series ini bisa memuat pesan tentang pentingnya asuransi yang dikemas secara soft dan bisa ‘masuk’ untuk kalangan anak muda. Konsep ini bisa ditayangkan di channel Youtube atau akun instagram @fwd_id
So, dulu dan kini pasti ada yang berbeda. Begitu juga dengan asuransi. FWD Insurance ingin mengubah stigma negatif asuransi menjadi positif. Asuransi bagai sebuah payung sebelum hujan. Tapi payung yang baik tentunya harus mudah dibuka, tidak sobek saat terkena angin, dan benar-benar melindungi dari tetesan air dan panas terik. Payung yang baik adalah yang membuat pemakainya nyaman baik itu di bawah terik matahari atau derasnya hujan. Dan FWD Insurance terus berbenah untuk menjadi payung yang baik itu.