Saat pulang kampung kemarin, saya dan suami bertekad buat mencari informasi sebanyak-banyaknya soal Batik Purworejo. Bukannya apa-apa, soalnya saya gemas pas browsing tentang Batik Purworejo ternyata sedikit sekali informasi yang bisa digali. Jadilah saya bertekad untuk mencari info dan menulis soal Batik Purworejo. Sayang kan kalau kerajinan daerah yang bagus dan berpotensi nggak dikenal karena kurangnya publikasi.
Sebelum cerita tentang Batik ABK, saya cerita dulu ya sedikit soal behind the story-nya kenapa pengen mencari tahu dan menulis soal Batik Purworejo.
Iya, saya suka gemas soalnya melihat pariwisata, kuliner, atau kerajinan kampung halaman saya yang belum begitu terkenal. Padahal kalau disandingkan, bisa bersaing dengan daerah-daerah lain di sekitarnya seperti Kulon Progo, Kebumen, bahkan Yogyakarta. Cuma memang karena kurang publikasi via internet jadi banyak yang tidak tahu. Dan saya? Apa yang bisa saya lakukan buat kampung halaman saya? Saya hanya bisa mempublikasikannya lewat tulisan di blog dan media sosial. Ini sumbangsih yang saat ini bisa saya lakukan. Meskipun kecil, semoga berguna ya.
Tekad kami memang nekad banget karena saya ataupun suami nggak ada yang kenal orang penting atau berpengaruh yang bisa kami mintai informasi soal Batik Purworejo. Berbekal browsing sana-sini dan mencari by hashtag di Instagram, beberapa nama sudah saya kantongi. Namun saya tetap nggak yakin karena takutnya berurusan dengan orang atau yang menyangkut dengan pemerintahan di daerah akan berbelit-belit layaknya pas saya skripsi. Mentok-mentoknya, saya akan meliput dan menulis ke tempat tetangga saya yang suka membuat Batik Purworejo. Tapi ternyata semua prasangka saya salah.
Mereka ramah. Iya, narasumber saya semua sangat terbuka dan ramah. Saya sampai merinding pas menulis ini. Bahkan dari saya nge-chat salah satu narasumber Batik Purworejo pun sudah terlihat keramahannya. Padahal saya sudah pasrah sebelumnya. Narasumber lainnya pun sangat ramah. Karena sikap terbuka mereka inilah, saya jadi punya tanggung jawab penuh untuk menulis dan mengedit semua informasi tentang Batik Purworejo.
Menelusuri Batik Purworejo dari Sekolah Luar Biasa
Oke, lanjut ke penelusuran saya tentang Batik Purworejo. Lokasi pertama saya kali ini adalah Sekolah Luar Biasa Negeri (SLB N) Purworejo. SLB N Purworejo ini saya ‘temukan’ setelah keputusasaan saya mencari informasi tentang Batik Purworejo di internet. Saya pun akhirnya mencari hashtag #BatikPurworejo di instagram dan muncul banyak sekali foto dari akun sekolah @slb_n_purworejo disertai dengan nama admin akun tersebut.
Admin akun, Ibu Endah Kartika, merupakan pengajar batik di sana. Saya sempat chat sebelum saya pulang kampung untuk memastikan apakah kegiatan membatik masih ada. Ternyata Ibu Endah, begitu ia disapa, sangat ramah dan menjelaskan sedikit tentang kegiatan membatik di SLB N Purworejo. Saya pun berjanji akan mengunjungi sekolah saat saya pulang kampung,
Sayangnya, saat saya pulang kampung nomor hape Bu Endah nggak aktif. Saya sempat khawatir kalau tiba-tiba ke sekolah akan ditolak atau bahkan Bu Endah nggak mengenali saya lagi. Tapi tekad saya sudah bulat. Saya niatkan bismillah ke SLB N Purworejo dan semoga bertemu Ibu Endah di sana.
Saya dan suami sempat keder ketika ke SLB N Purworejo. Kami mencari sesuai alamat ternyata sempat nyasar sampai ke Desa Wonoroto. Berbekal bertanya orang sekitar (karena sinyal susah untuk pakai Google Maps) hingga sempat salah masuk kantor, akhirnya kami pun ketemu juga tempatnya. SLB N Purworejo terletak di Cangkrep Lor, belakang Kantor BLK (Balai Latihan Kerja) Purworejo.
Saat memasuki area sekolah, saya pun langsung dipanggilkan pada Bu Endah oleh salah seorang guru. Ternyata Bu Endah Kartika orangnya sangat ramah. Meskipun beliau sempat mengingat sejenak siapa saya. Ia menyambut hangat saya dan langsung membawa saya menuju ruangan workshop membatik di SLB N Purworejo.
Kegiatan membatik di SLB N Purworejo ini sudah berlangsung kurang lebih tiga tahun. Awalnya, Bu Endah diberi pelatihan terlebih dahulu di Semarang tentang cara membatik ini kemudian diajarkan pada siswa SLB. Ada dua tantangan yang harus ditaklukan Bu Endah yaitu memulai dari awal belajar membatik dan mengajar anak berkebutuhan khusus (ABK). Iya, ini karena sebelumnya background Bu Endah bukan berasal dari Pendidikan Guru Luar Biasa.
Mengajar Membatik dengan Hati
Di SLB N Purworejo, pelajaran membatik diikuti semua siswa. Tetapi yang menekuninya adalah siswa tuna rungu dan tuna grahita. Dengan bantuan berbagai pihak, SLB pun memiliki ruangan kecil di belakang sekolah sebagai ruangan workshop membatik. Di ruangan ini, kegiatan membatik diajarkan. Di ruangan ini pula, setiap hari diproduksi Batik Purworejo setiap harinya oleh seorang alumni yang juga tuna rungu bernama Estu.
Walaupun berkebutuhan khusus, siswa-siswi SLB pun bisa menghasilkan karya batik. Sejauh ini, sudah banyak jenis batik yang dihasilkan dari batik tulis, cap, ciprat, hingga salur. Ketelatenan Bu Endah dalam mengajar membuahkan hasil. Batik Purworejo karya siswa SLB ini sudah memiliki brand sendiri yaitu Batik ABK yang berarti Batik Anak Berkebutuhan Khusus. Batik ABK ini sudah dijual untuk umum dan dipamerkan di beberapa event pameran di Purworejo.
*Duh, pas bagian ini minder nggak sih? Yang ABK dan punya keterbatasan aja bisa berkarya. Lha sementara saya dan mungkin kalian yang punya fisik sempurna sudah bisa punya karya apa? Malu kan kalau kita yang jauh lebih diberi kesempurnaan fisik tapi malah dihabiskan dengan banyak nyinyir atau doing nothing.*
Batik ABK ini diproduksi oleh siswa dan alumni tuna rungu dan tuna grahita. Menurut Bu Endah, dari segala difabilitas dua kategori inilah yang paling memungkinkan untuk menekuni kegiatan membatik. Itu pun harus telaten untuk dilatih karena melatih mereka yang spesial jelas berbeda dengan orang biasa. Pada mereka yang tuna wicara, sebisa mungkin komunikasi dilakukan dengan gerak bibir. Sementara pada mereka yang tuna grahita, Bu Endah melakukannya perlahan. Bisa konsentrasi apalagi berhasil membatik bagi penyandang tuna grahita ini sudah prestasi yang sangat besar.
“Biasanya saya kasih contoh di depan biar mereka melakukan. Kalau susah ya saya berdoa memohon sama Tuhan biar bagaimana mereka bisa,” ujar Ibu Endah.
Semua kegiatan membatik ini memang dipusatkan di ruang workshop yang berukuran sekitar 5×8 meter di belakang sekolah ini. Mulai dari membuat motif batik, mengecap/menulis, hingga mencuci batik. Dari ruangan sederhana itulah tercipta karya yang luar biasa. Berbagai motif Batik Khas Purworejo sendiri pun dibuat seperti motif nDolalak (tarian khas Purworejo), kambing etawa, durian, manggis, atau Bedhug Pendowo untuk batik cap.
Rata-rata batik yang dihasilkan di sini memang batik cap dan ciprat karena metode ini yang paling mudah dan murah. Sementara dari batik tulis biasanya akan menghasilkan hiasan dinding. Untuk batik tulis motif yang biasa diproduksi adalah parang dan juga bunga.
“Untuk batik cap mudah karena kita sudah ada cap tembaga-nya. Ini pun dibuat dari bahan tembaga yang relatif murah dan ringan sehingga memudahkan siswa untuk mengangkatnya. Sementara kalau batik ciprat relatif mudah proses pembuatannya karena tinggal ciprat-ciprat,”ujar Bu Endah Kartika.
Selain itu, Bu Endah pun terkadang mengkreasikan atau mengkombinasikan berbagai motif batik dalam satu kain. Bahkan, Bu Endah mulai menggabungkan beberapa warna dalam satu kain serta mulai memproduksi batik dengan teknik dua kali pewarnaan.
Untuk pewarnaan, saat ini Batik ABK masih menggunakan pewarna remasol yang mudah didapat dan biasa digunakan. Bu Endah tidak menargetkan dalam sehari berapa batik yang diproduksi. Namun, rata-rata satu lembar kain batik diproduksi dua hingga tiga hari.
“Kendalanya cuma satu yaitu cuaca. Kalau cuaca sedang hujan biasanya terkendala dalam pengeringan batik,” ucapnya.
Batik ABK Dikenal Masyarakat
Nampaknya, Ibu Endah dan pihak sekolah sangat serius untuk melatih anak-anak dan membangun brand Batik ABK ini. Keseriusannya itu dilihat dari produksi batik yang dilakukan setiap hari. Bahkan, kain batik produksi batik ini sudah dijual pada masyarakat.
“Kain Batik ABK ini sudah jadi seragam sekolah dan kantor. Kadang ada guru yang pesan juga untuk oleh-oleh,” ungkap Bu Endah.
Namun sayangnya keterbatasan tenaga produksi membuat Batik ABK belum bisa untuk berlari mengejar jumlah produksi batik per harinya. Itulah sebabnya, Bu Endah belum mau menjual secara massal karena memang tenaga produksi tetapnya hanya satu. Tenaga ini sudah berkurang dari yang sebelumnya yaitu dua orang. Yang ditakutkan Bu Endah adalah banyaknya pesanan atau permintaan sementara pihak Batik ABK sendiri kewalahan dalam memproduksinya.
Saat ini, Batik ABK masih dipasarkan di lokasi sekolah yaitu SLB N Purworejo. Bagi yang berminat untuk membeli batik oleh-oleh khas Purworejo karya anak-anak difabel ini bisa langsung mengunjungi SLB N Purworejo atau buka instagramnya (info detail nanti saya beritahu di bagian akhir tulisan ya). Harganya pun sangat terjangkau yaitu antara Rp 125.000 hingga Rp 150.000 tergantung kualitas bahan batiknya. Nah, kapan lagi bisa beli oleh-oleh khas Purworejo sambil menghargai karya anak-anak difabel? Yuk kunjungi Purworejo, beli karya Batik ABK, atau dukung mereka dengan sebarkan informasi tentang Batik ABK.
Masih penasaran sama Batik ABK ini? Simak yuk video pas saya berkunjung kesana:
BATIK ABK
Lokasi penjualan: SLB Negeri Purworejo
Jalan WR Supratman KM 2, Cangkrep Lor, Purworejo
Telp. 0275 3128165
Instagram: @slb_n_purworejo
Admin: Endah Kartika
Kontak: 081903980898